APAKAH ANDA TAHU BAHWA GERAKAN ‘BLACK LIVES MATTER’ MENDUKUNG ABORSI, HOMOSEKUALITAS, AGENDA ANTI-KELUARGA?
Banyak orang yang terkejut menemukan
manifesto anti-keluarga dari kelompok gerakan Black Lives Matter.
Wed Jun 10,
2020 - 9:22 pm EST
·
·
JOHNNY SILVERCLOUD / SHUTTERSTOCK.COM
10 Juni 2020 (LifeSiteNews) - Sementara Black Lives Matter tampaknya, di luar, menjadi
organisasi keadilan sosial yang bertujuan untuk memajukan hak-hak orang
Afrika-Amerika, namun banyak yang terkejut mengetahui bahwa kelompok ini
memiliki agenda pro-aborsi yang mengkhawatirkan, pro homoseksual, dan
anti-keluarga, sebagai inti dari misinya untuk merombak kembali Amerika.
Dalam manifesto online-nya yang berjudul “What We Believe,” penyelenggara Black Lives Matter, Patrisse
Khan-Cullors, Alicia Garza, dan Opal Tometi, mengatakan bahwa mereka dan para
pengikutnya sengaja ‘merusak’ keluarga ‘yang telah mapan di Barat.’ Mereka juga
mengatakan telah membebaskan diri dari ‘pemikiran heteronormatif’ dan menuntut ‘keadilan
reproduksi.’
“Kami akan mengganggu persyaratan struktur keluarga inti yang
ditentukan Barat dengan mendukung satu sama lain sebagai keluarga besar dan
'desa' yang secara kolektif saling menjaga, terutama anak-anak kami, sampai
pada tingkat yang nyaman bagi ibu, orang tua, dan anak-anak,” tulis mereka.
“Kami membina jaringan yang mendukung agenda kami. Ketika
kami berkumpul, kami melakukannya dengan maksud membebaskan diri dari
cengkeraman ketat pemikiran heteronormatif, atau lebih tepatnya, kepercayaan
bahwa semua orang di dunia adalah heteroseksual (kecuali jika mereka
mengungkapkan sebaliknya),” kata mereka melanjutkan.
“Kami layak dan karenanya kami menuntut keadilan reproduksi
[yaitu, aborsi] yang memberi kami otonomi atas tubuh dan identitas kami sambil
memastikan bahwa anak-anak dan keluarga kami didukung, aman, dan mampu
berkembang.”
Meskipun bertujuan untuk mengganggu ‘keluarga inti,’ ketiga
pendiri gerakan Black Lives Matter dibesarkan
dalam keluarga yang utuh. Patrisse
Khan-Cullors, 36, adalah seorang aktivis LGBT yang meninggalkan rumah
orangtuanya yang sudah menikah pada usia 16 tahun setelah memberi tahu mereka
tentang identitas homoseksualnya. Alicia
Garza, 39, juga tumbuh dengan kedua orang
tua di rumah dan sekarang ‘menikah’ dengan seorang wanita kulit putih
yang diidentifikasi sebagai ‘pria transgender.’ Garza juga menganggap dirinya
seorang aktivis LGBT. Opal Tometi, 35, tumbuh
bersama ibu dan ayah Nigeria dan dua saudara lelaki di Arizona.
Dalam sebuah wawancara
2015 dengan MSNBC, Khan-Cullors menekankan ‘identitas aneh’ dari para
pendiri Black Lives Matter.
"Bahkan tagar [#BlackLivesMatter] diciptakan oleh dua
wanita aneh hitam, saya dan Alicia, dan satu wanita Nigeria-Amerika, Opal
Tometi," katanya.
Khan-Cullors menjelaskan bahwa ‘sejak awal’ penting bagi
gerakan mereka untuk mengatasi tidak hanya ‘pembunuhan anak laki-laki kulit
hitam muda,’ tetapi juga ‘semua kehidupan kulit hitam,’ termasuk orang-orang
transgender. Khan-Cullors mengemukakan bahwa para pemimpin hak-hak sipil di
masa lalu belum mewakili semua orang kulit hitam.
"Narasi historis orang kulit hitam telah memperjuangkan
laki-laki Kristen cis-hetero kulit hitam, baik kehidupan mereka [dan] juga
mereka berada di dalam pokok pembicaraan," katanya.
Black Lives Matter telah dituduh oleh beberapa pakar, telah
membajak kasus pembunuhan George Floyd demi keuntungan politik mereka.
Ryan Bomberger, seorang aktivis pro-kehidupan
campuran ras, mengatakan fokus organisasi Black Lives Matter pada ideologi LGBT
adalah salah satu dari sepuluh alasan ia tidak akan pernah bergabung dengan
gerakan ini.
"Mereka sangat mempromosikan
homoseksualitas dan transgenderisme," tulis Bomberger pada 5 Juni untukmedia
Townhall.
"Aku tidak mau
merangkul kebingungan," tambahnya. "Mencintai setiap manusia tidak
sama dengan mencintai setiap manusia."
Bomberger juga keberatan atas penolakan Black
Lives Matter untuk mengatasi masalah besar ‘suasana tak-memilik-ayah’ di
komunitas kulit hitam Amerika.
"Mereka benar-benar mengabaikan peran
sebagai ayah," tulisnya. “Setiap 'desa' yang memiliki keluarga tanpa ayah
adalah desa yang menderita tingkat kejahatan yang lebih tinggi, penggunaan
narkoba yang lebih tinggi, tingkat aborsi yang lebih tinggi, tingkat putus sekolah
yang lebih tinggi, tingkat kemiskinan yang lebih tinggi, dan banyak lagi.
#DadsMatter. "
Bomberger juga mencatat bahwa kehidupan (nyawa) kulit hitam
termuda tampaknya tidak menjadi perhatian bagi penulis manifesto Black Lives
Matter.
“Anak-anak yang digugurkan tidak berkembang. Kelompok BLM mengumumkan 'solidaritas'
dengan kelompok 'keadilan reproduksi'
pada Februari 2015. Anda tidak dapat berteriak memerangi kekerasan saat melakukan
kekerasan itu, secara bersamaan,” katanya.
Khan-Cullors dan Garza memulai gerakan ‘Black Lives
Matter’ setelah George Zimmerman, orang Hispanik, dibebaskan pada tahun 2013
atas kasus pembunuhan tingkat dua dan pembantaian terhadap seorang bocah lelaki
kulit hitam berusia 17 tahun bernama Trayvon Martin. Nama gerakan itu sekarang
identik dengan protes yang tengah melanda Amerika Serikat dan negara-negara
Barat lainnya sejak penjahat terpidana George Floyd, difilmkan sekarat di bawah
lutut seorang petugas polisi kulit putih.
*****
ayo tes keberuntungan kamu di agen365*com :D
ReplyDeleteWA : +85587781483