SEORANG
PENGUNGKAP KEBENARAN MENYATAKAN BAHWA KOMUNIS CINA TELAH MEMBAYAR SUAP KEPADA VATICAN $ 2
MILIAR
23 Jun 2020
ROMA – Seorang pembangkang
Cina yang kemudian diasingkan, Guo Wengui, menyatakan akhir pekan ini bahwa Partai
Komunis Cina (PKC) "mengalokasikan $ 2 miliar per tahun" untuk membayar
suap kepada Vatikan agar bersikap diam terhadap kekejaman di Cina.
Dalam wawancara 20
Juni 2020 di The War Room, Guo
mengatakan bahwa PKC menetapkan sejumlah besar dana setiap tahun untuk
memenangkan kesetiaan negara-negara asing, termasuk Vatikan, Italia, dan
Australia. Di antara mereka, Vatikan menerima hingga 2 miliar dolar dari Partai
Komunis Cina setiap tahun, katanya.
"Partai Komunis Cina mengalokasikan 2 miliar dolar AS
setiap tahun" untuk mendapatkan pengaruh atas pembuatan kebijakan internal
Vatikan dan untuk membayar ‘kebisuannya’ pada penindasan PKC terhadap kebebasan
beragama di Cina, kata pengungkap
kebenaran yang kontroversial itu.
Guo sebelumnya menyatakan bahwa Cina telah
menyusun strategi lengkap untuk dominasi dunia yang dikenal dengan inisial
"BGY," yang merupakan
singkatan dari Blue (mengendalikan
Internet), Gold (Gold atau emas - membeli
pengaruh dengan uang), dan Yellow / Kuning
(untuk merayu orang-orang kunci dengan seks).
Sejak 2014, PKC telah merumuskan kebijakan internal untuk
menginvestasikan persentase tertentu dari perdagangan dengan negara-negara
asing dalam program BGY untuk melemahkan sistem negara setempat, kata Guo,
Sabtu, dan kuota BGY saat ini untuk Amerika Serikat adalah 5%.
Menurut data dari Kantor Perdagangan AS, total volume
perdagangan antara Cina dan AS pada 2018 adalah $ 7,37 triliun. Jika dihitung
berdasarkan angka 5% untuk BGY, maka jumlah yang digunakan untuk suap BGY di
Amerika Serikat akan berkisar $ 36,8 miliar, kata Guo.
Guo juga menyampaikan perhitungan serupa untuk Australia. "Volume perdagangan antara PKC dan Australia adalah
sekitar US $ 200 miliar," katanya. “Sebelumnya, 1 persen digunakan untuk
BGY, tetapi sekarang naik menjadi 5 persen. Yaitu, $ 10 miliar digunakan untuk
BGY.”
Menurut Guo, sejumlah besar dana BGY ini digunakan untuk
berbagai keperluan, termasuk menyuap pejabat lokal, mengatur pesan media, dan
mengendalikan sumber daya lokal.
Sebuah laporan
tahun 2019 yang dirilis oleh International
Cyber Policy Center di Australian
Strategic Policy Institute mengungkapkan ada ratusan akun Twitter yang
terkait dengan upaya yang didukung negara untuk menindas dan merendahkan protes
pro-demokrasi di Hong Kong sebelumnya, kini juga digunakan untuk menindas atau
meredam kritik terhadap pemerintah Cina, kata Guo Wengui.
Akun tersebut adalah bagian dari kampanye informasi
terkoordinasi yang beroperasi selama lebih dari dua tahun untuk menyerang Guo
dan juga seorang penerbit yang dipenjara, Gui Minhai.
"Upaya-upaya awal itu merupakan usaha untuk membentuk
sentimen dan narasi internasional seputar para kritikus terkemuka yang mengkritik
pemerintah Cina dan untuk membentuk mereka sedemikian rupa sehingga memengaruhi
persepsi diaspora orang-orang Cina terhadap orang-orang ini," kata Jake
Wallis, salah satu laporan dari penulis utama.
Untuk bagiannya sendiri, Vatikan telah melakukan ‘serangan
pesona’ dengan PKC selama beberapa tahun, dan pada bulan September 2018 Vatikan
menandatangani perjanjian rahasia penting dengan Beijing mengenai penunjukan
uskup Katolik di Cina oleh pemerintah Cina / partai Komunis.
Menurut jurnalis veteran Vatikan, John L. Allen, Jr., Vatikan
tidak
perlu berusaha terlalu besar dalam upaya untuk merayu Beijing ke dalam
hubungan diplomatik penuh, ini adalah prioritas utama kepausan Francis.
Dalam hal ini Vatikan bersikap "tamak dalam hubungan
dengan Cina, dan sering nampak bahwa Vatikan bersedia untuk menindas alasan keberatan
dan memberikan banyak hal" untuk bergerak menuju tujuan itu, demikian Allen
menulis bulan lalu.
Singkatnya, "Vatikan bergerak maju dengan cepat di masa relasinya
dengan Beijing, dengan hadiah pamungkas berupa hubungan diplomatik penuh,
kedudukan hukum yang aman untuk gereja, dan kemitraan di panggung global,"
tulis Allen.
Pembukaan diri Vatikan tahun 2018 kepada Beijing dipermanis
dengan peluncuran
edisi baru bulan Mei dalam bahasa Cina dari jurnal yang diedit Jesuit, Civiltà Cattolica, dimana media itu menikmati
status semi-resmi Vatikan, kata Allen.
La Civiltà
Cattolica mengatakan
edisi baru itu dimaksudkan "sebagai isyarat persahabatan, mengingat
semakin pentingnya peran bahasa Cina di dunia kontemporer dalam konteks
global."
Penilaian Mr. Allen tentang relasi Vatikan di Cina sama dengan
apa yang diamati oleh pengamat Vatikan lainnya.
Francis bermimpi menjadi paus yang akan menjalin hubungan
diplomatik dengan Beijing, dan untuk mencapai tujuan ini dia bersedia membuat
"konsesi," kata analis Vatikan Alban Mikozy di televisi Prancis
Desember lalu.
"Paus Francis adalah orang yang bijaksana," kata
Mikozy. "Dia mengejar mimpi: menjadi paus berkuasa yang akan
memulihkan hubungan antara Cina dan Vatikan."
“Untuk melakukan ini, paus Francis siap untuk membuat
beberapa konsesi: tidak mengatakan apa-apa (bersikap diam) tentang Hong Kong, tidak
ikut campur ketika pemimpin Cina berniat untuk menulis ulang Alkitab,"
tambahnya, dimana dia merujuk pada pengumuman yang dimaksudkan oleh PKC untuk
menerjemahkan kembali Alkitab dan teks-teks suci lainnya agar sesuai dengan
ideologi sosialis komunis.
Karena keinginan besar ini, kata Mikozy, paus bersedia
menutup mata atas semua pelanggaran PKC terhadap kebebasan beragama dan masalah
hak asasi manusia lainnya.
November lalu, misalnya, pada konferensi pers dalam penerbangannya
kembali dari Asia, Paus menegaskan kembali keinginannya untuk mengunjungi Cina,
sambil menghindari
pertanyaan tentang protes pro-demokrasi Hong Kong.
"Saya ingin pergi ke Beijing," kata Francis.
"Aku cinta Cina."
Menurut Mikozy, sikap diam paus Francis atas kejadian di Hong
Kong menunjukkan bahwa dia berusaha keras untuk tidak menyinggung PKC.
Paus telah memberikan pujian yang besar kepada Cina, dengan bersikeras
bahwa pemerintah komunis Cina melindungi kebebasan beragama dan bahwa
"gereja-gereja penuh dengan umat."
Sementara
itu, kanselir Akademi Ilmu Sosial Kepausan di Vatikan, Uskup Argentina Marcelo Sanchez Sorondo, telah mengakui bahwa Cina komunis
sebagai model terbaik untuk menjalani pengajaran sosial Katolik saat ini.
*****
No comments:
Post a Comment