Wednesday, June 24, 2020

SEORANG PENGUNGKAP KEBENARAN MENYATAKAN...


SEORANG PENGUNGKAP KEBENARAN MENYATAKAN BAHWA KOMUNIS CINA TELAH MEMBAYAR SUAP KEPADA VATICAN $ 2 MILIAR





 

23 Jun 2020


ROMA – Seorang pembangkang Cina yang kemudian diasingkan, Guo Wengui, menyatakan akhir pekan ini bahwa Partai Komunis Cina (PKC) "mengalokasikan $ 2 miliar per tahun" untuk membayar suap kepada Vatikan agar bersikap diam terhadap kekejaman di Cina.

Dalam wawancara 20 Juni 2020 di The War Room, Guo mengatakan bahwa PKC menetapkan sejumlah besar dana setiap tahun untuk memenangkan kesetiaan negara-negara asing, termasuk Vatikan, Italia, dan Australia. Di antara mereka, Vatikan menerima hingga 2 miliar dolar dari Partai Komunis Cina setiap tahun, katanya.

"Partai Komunis Cina mengalokasikan 2 miliar dolar AS setiap tahun" untuk mendapatkan pengaruh atas pembuatan kebijakan internal Vatikan dan untuk membayar ‘kebisuannya’ pada penindasan PKC terhadap kebebasan beragama di Cina, kata pengungkap kebenaran yang kontroversial itu.

Guo sebelumnya menyatakan bahwa Cina telah menyusun strategi lengkap untuk dominasi dunia yang dikenal dengan inisial "BGY," yang merupakan singkatan dari Blue (mengendalikan Internet), Gold (Gold atau emas - membeli pengaruh dengan uang), dan Yellow / Kuning (untuk merayu orang-orang kunci dengan seks).

Sejak 2014, PKC telah merumuskan kebijakan internal untuk menginvestasikan persentase tertentu dari perdagangan dengan negara-negara asing dalam program BGY untuk melemahkan sistem negara setempat, kata Guo, Sabtu, dan kuota BGY saat ini untuk Amerika Serikat adalah 5%.

Menurut data dari Kantor Perdagangan AS, total volume perdagangan antara Cina dan AS pada 2018 adalah $ 7,37 triliun. Jika dihitung berdasarkan angka 5% untuk BGY, maka jumlah yang digunakan untuk suap BGY di Amerika Serikat akan berkisar $ 36,8 miliar, kata Guo.

Guo juga menyampaikan perhitungan serupa untuk Australia. "Volume perdagangan antara PKC dan Australia adalah sekitar US $ 200 miliar," katanya. “Sebelumnya, 1 persen digunakan untuk BGY, tetapi sekarang naik menjadi 5 persen. Yaitu, $ 10 miliar digunakan untuk BGY.”

Menurut Guo, sejumlah besar dana BGY ini digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk menyuap pejabat lokal, mengatur pesan media, dan mengendalikan sumber daya lokal.

Sebuah laporan tahun 2019 yang dirilis oleh International Cyber ​​Policy Center di Australian Strategic Policy Institute mengungkapkan ada ratusan akun Twitter yang terkait dengan upaya yang didukung negara untuk menindas dan merendahkan protes pro-demokrasi di Hong Kong sebelumnya, kini juga digunakan untuk menindas atau meredam kritik terhadap pemerintah Cina, kata Guo Wengui.

Akun tersebut adalah bagian dari kampanye informasi terkoordinasi yang beroperasi selama lebih dari dua tahun untuk menyerang Guo dan juga seorang penerbit yang dipenjara, Gui Minhai.

"Upaya-upaya awal itu merupakan usaha untuk membentuk sentimen dan narasi internasional seputar para kritikus terkemuka yang mengkritik pemerintah Cina dan untuk membentuk mereka sedemikian rupa sehingga memengaruhi persepsi diaspora orang-orang Cina terhadap orang-orang ini," kata Jake Wallis, salah satu laporan dari penulis utama.

Untuk bagiannya sendiri, Vatikan telah melakukan ‘serangan pesona’ dengan PKC selama beberapa tahun, dan pada bulan September 2018 Vatikan menandatangani perjanjian rahasia penting dengan Beijing mengenai penunjukan uskup Katolik di Cina oleh pemerintah Cina / partai Komunis.

Menurut jurnalis veteran Vatikan, John L. Allen, Jr., Vatikan tidak perlu berusaha terlalu besar dalam upaya untuk merayu Beijing ke dalam hubungan diplomatik penuh, ini adalah prioritas utama kepausan Francis.

Dalam hal ini Vatikan bersikap "tamak dalam hubungan dengan Cina, dan sering nampak bahwa Vatikan bersedia untuk menindas alasan keberatan dan memberikan banyak hal" untuk bergerak menuju tujuan itu, demikian Allen menulis bulan lalu.

Singkatnya, "Vatikan bergerak maju dengan cepat di masa relasinya dengan Beijing, dengan hadiah pamungkas berupa hubungan diplomatik penuh, kedudukan hukum yang aman untuk gereja, dan kemitraan di panggung global," tulis Allen.

Pembukaan diri Vatikan tahun 2018 kepada Beijing dipermanis dengan peluncuran edisi baru bulan Mei dalam bahasa Cina dari jurnal yang diedit Jesuit, Civiltà Cattolica, dimana media itu menikmati status semi-resmi Vatikan, kata Allen.

La Civiltà Cattolica mengatakan edisi baru itu dimaksudkan "sebagai isyarat persahabatan, mengingat semakin pentingnya peran bahasa Cina di dunia kontemporer dalam konteks global."

Penilaian Mr. Allen tentang relasi Vatikan di Cina sama dengan apa yang diamati oleh pengamat Vatikan lainnya.

Francis bermimpi menjadi paus yang akan menjalin hubungan diplomatik dengan Beijing, dan untuk mencapai tujuan ini dia bersedia membuat "konsesi," kata analis Vatikan Alban Mikozy di televisi Prancis Desember lalu.

"Paus Francis adalah orang yang bijaksana," kata Mikozy. "Dia mengejar mimpi: menjadi paus berkuasa yang akan memulihkan hubungan antara Cina dan Vatikan."

“Untuk melakukan ini, paus Francis siap untuk membuat beberapa konsesi: tidak mengatakan apa-apa (bersikap diam) tentang Hong Kong, tidak ikut campur ketika pemimpin Cina berniat untuk menulis ulang Alkitab," tambahnya, dimana dia merujuk pada pengumuman yang dimaksudkan oleh PKC untuk menerjemahkan kembali Alkitab dan teks-teks suci lainnya agar sesuai dengan ideologi sosialis komunis.

Karena keinginan besar ini, kata Mikozy, paus bersedia menutup mata atas semua pelanggaran PKC terhadap kebebasan beragama dan masalah hak asasi manusia lainnya.

November lalu, misalnya, pada konferensi pers dalam penerbangannya kembali dari Asia, Paus menegaskan kembali keinginannya untuk mengunjungi Cina, sambil menghindari pertanyaan tentang protes pro-demokrasi Hong Kong.

"Saya ingin pergi ke Beijing," kata Francis. "Aku cinta Cina."

Menurut Mikozy, sikap diam paus Francis atas kejadian di Hong Kong menunjukkan bahwa dia berusaha keras untuk tidak menyinggung PKC.

Paus telah memberikan pujian yang besar kepada Cina, dengan bersikeras bahwa pemerintah komunis Cina melindungi kebebasan beragama dan bahwa "gereja-gereja penuh dengan umat."

Sementara itu, kanselir Akademi Ilmu Sosial Kepausan di Vatikan, Uskup Argentina Marcelo Sanchez Sorondo, telah mengakui bahwa Cina komunis sebagai model terbaik untuk menjalani pengajaran sosial Katolik saat ini.

*****





No comments:

Post a Comment