Tuesday, June 23, 2020

Vortex - MASA DEPAN - DIPENUHI DENGAN KETIDAKPASTIAN





THE VORTEX :

MASA DEPAN - DIPENUHI DENGAN KETIDAKPASTIAN



June 22, 2020

Ketika umat Katolik dan warga Amerika pada umumnya (terutama Katolik Amerika) mengintip ke masa depan, maka setidaknya mereka akan melihat bahwa masa depan itu nampak lebih dari sedikit keruh. Ada begitu banyak kemungkinan sehingga tidak mungkin melakukan analisis yang nyata dan bijaksana. Antara pengkhianatan di dalam Gereja oleh para pemimpinnya, dengan banyak lagi pengecut yang bercampur baur, dan pengkhianatan di pihak politisi Marxis yang sejak dulu menebar kepura-puraan seolah mempedulikan bangsa, maka beberapa kemungkinan dari masa depan nampak amat suram.

Ketika mencoba memelototi masa depan, akan sangat membantu untuk melihat beberapa fakta yang relevan. Dan satu yang harus diakui adalah ini: kaum Marxis mengendalikan setiap lembaga budaya utama di negara ini - media berita, pendidikan, pengadilan, Hollywood, teknologi raksasa, dan menambahkan di atas semua itu (berbicara secara sementara): Gereja. Dan perhatikan, ini bukan sekedar pihak Kiri. Kalau saja itu hanya kaum kiri saja yang berulah.

Istilah yang licin sejak lama telah kehilangan nilai sampul yang dimilikinya. Kami menatap langsung ke wajah Marxisme budaya (dan sangat mungkin, segera, Marxisme politik). Bunda Terberkati telah mengatakan bahwa lebih dari yang disadari oleh hampir semua orang, ketika dia dengan tegas  memperingatkan bahwa Rusia akan menyebarkan kesalahannya ke seluruh dunia. "Komunis," seperti yang sekarang kita pahami, tidaklah hilang – atau pun menguap menjadi udara tipis - ketika Uni Soviet bubar. Justru mereka baru saja berubah.

Banyak kisah sedih tentang kedatangan mereka kepada posisi dominan, adalah berupa kisah pengkhianatan. Tetapi pengkhianatan terbesar adalah dari hukum kodrat, moral, dan tidak ada yang memiliki dampak yang lebih besar daripada apa yang terjadi di dalam Gereja. Hukum kodrat, yang secara khusus dirujuk dalam dokumen pendiri negara (yaitu, "hukum alam dan dewa alam"), telah hampir sepenuhnya dibuang, diabaikan dan dibunuh. Ini telah digantikan oleh yurisprudensi subyektif, berbasis perasaan yang telah membawa bangsa ini ke tepi transformasi radikal - dan mungkin final.


Pada 2016, kemenangan Trump yang mengejutkan, tidak hanya membuat kaum Marxis lengah, tetapi kita juga diamankan oleh rentetan doa kepada Bunda Maria untuk melestarikan bangsa Amerika Serikat selama empat tahun lagi. Tweet


Yang jelas adalah bahwa tidak ada yang jelas. Sepertinya negara ini menarik napas kolektif dan bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya. Beberapa masa depan yang tidak menyenangkan harus dipertimbangkan, betapa pun hal itu tidak menyenangkan, karena itu adalah kemungkinan yang sangat nyata. Dan alasan mengapa hal itu harus dipertimbangkan adalah karena masa depan itu menghadirkan alasan yang bahkan lebih mendesak bagi umat Katolik yang setia untuk memahami zaman kita sekarang dan mulai dengan serius memikirkan apa artinya semua ini bagi diri mereka sendiri dan orang-orang yang mereka cintai.

Pada tahun 2016, kemenangan Trump yang mengejutkan tidak hanya membuat kaum Marxis lengah, tetapi kita juga diamankan oleh rentetan doa kepada Bunda Maria untuk melestarikan bangsa Amerika Serikat selama empat tahun lagi. Mereka yang berdoa dengan sungguh-sungguh pasti berpikir bahwa dalam empat tahun itu, hakim agung Mahkamah Agung yang baru akan ditunjuk dan nasib Roe v. Wade akan dimeteraikan. Juga selama empat tahun itu, kekotoran dan kebusukan yang sebenarnya mendominasi begitu banyak orang di dalam Gereja akhirnya akan sepenuhnya terbuka.

Tetapi apa yang terjadi? Cukup banyak. Banyak kehebohan dan teater politik dimainkan, dan ketika debu telah mengendap, segalanya tetap sama. Di Gereja, para uskup sekali lagi diberikan izin untuk berbuat seenaknya oleh ‘orang-orang Katolik zombie yang mati otak’ (setelah hanya beberapa hari yang buruk sempat muncul di media massa). Aborsi terus berlanjut; homoseksualitas telah membuat langkah lebih besar, dibantu oleh para klerus gay; para pemimpin belum juga bertobat, bahkan niat bertobat pun tidak ada; dan situasi dalam Gereja yang sudah sengsara, kini kian memburuk.

Maka timbul pertanyaan: Apakah Amerika dan, khususnya, umat Katoliknya, pantas mendapat anugerah lain dari Surga? Akankah empat tahun lagi bisa mengakhiri pembantaian atas jutaan orang tak berdosa? (melalui aborsi). Akankah empat tahun lagi bisa membawa perubahan besar pada penerimaan budaya amoralitas seksual? Akankah umat awam mau bangkit secara massal dan mengguncang gereja-gereja agar terbebas dari kekotoran dan kebusukan kaum gerejawi dan menuntut pertanggungjawaban? - atau akankah mereka, sekali lagi, hanya berguling-guling manja dan tunduk kepada uskup-uskup yang suka berbohong ketika mereka kembali tidur nyenyak?


Apa yang akan Anda lakukan dengan waktu tambahan jika Tuhan memberikan penangguhan hukuman lebih panjang? Tweet


Ketika kita mengintip ke masa depan, dan beberapa orang meningkatkan rantai doa mereka lagi, kita harus mengajukan pertanyaan: "Apa yang akan kita janjikan kepada Surga selama empat tahun ke depan?" Budaya kita telah berada dalam kekacauan yang kotor dan busuk karena satu alasan dan hanya satu alasan saja: para uskup bangsa ini telah mengkhianati Kristus secara menyeluruh. Bahkan sekarang, mereka mewartakan kejahatan; racun tercurah keluar dari mulut mereka, dan hanya sedikit saja yang merasa khawatir atau prihatin. Media mereka, yang berpakaian layaknya anjing piaraan, masih terus membuat cerita sampul bagi uskup-uskup yang bengkok perbuatannya. Para uskup agung dan para kardinal akan terus duduk dengan memangku miliaran dolar sebagai dana abadi sambil menipu kawanan dombanya. Seminari-seminari masih akan terus menghasilkan para pria yang dikebiri, meski dalam jumlah yang jauh lebih sedikit daripada dalam beberapa dekade terakhir, karena keburu ketahuan orang banyak.

Apa yang sebenarnya akan berubah, setidaknya dalam hal kebaikan? Akankah berbagai imam yang kurang lebih memahami krisis ini, akan berhenti mengoceh tentang hal-hal bodoh dan tak berguna seperti "nada" dan "perpecahan"? Akankah para uskup yang tahu sesama uskup mereka yang selalu mengkhotbahkan bidaah dan perbedaan pendapat, berani menantang mereka secara terbuka di depan wajah mereka dan menyebutkan kejahatan mereka?

Fakta yang menyedihkan adalah ini: Kita sedang berperang. Orang-orang jahat akan meledakkan kita keluar dari dalam air dan (jika mereka memiliki kesempatan) menghapus semua sisa-sisa kita, umat beriman yang tetap setia, dari muka bumi, dan sangat sedikit sekali orang yang benar-benar memahami hal ini - terlalu sedikit. Ketika Abraham melakukan tawar-menawar dengan Tuhan atas nasib Sodom, ia terus mendapatkan jaminan dari Tuhan (tawar-menawar hingga harga yang paling minim) bahwa jika ia dapat menemukan bahkan 10 orang baik, Tuhan akan menyelamatkan kota Sodom.

Ingatlah: Sodom dihancurkan.

Gereja Katolik - dan ia sendiri - didirikan oleh Putra Allah untuk memerangi dan mengalahkan kejahatan. Itu adalah satu-satunya cara keselamatan. Terlalu banyak umat Katolik, serta para pemimpin mereka, yang tidak percaya hal ini. Maka, muncul pertanyaan: Apakah kita layak untuk diselamatkan? Apa yang akan Anda lakukan dengan waktu tambahan jika Tuhan memberikan penangguhan hukuman lebih panjang? Karena jika hal itu hanya kembali kepada rutinitas lama yang sama, lalu mengapa menunda-nunda sesuatu yang sudah tak terhindarkan?

Namun pemilihan yang akan datang dan tahun-tahun berikutnya yang berjalan, apa yang akan dituntut dari setiap umat Katolik yang setia tidak lain adalah kepahlawanan, dengan satu atau lain cara. Jadi, ingatlah apa yang selalu dikatakan kepada Anda : berhati-hatilah dengan apa yang Anda doakan!


*****









*****





No comments:

Post a Comment