MAIKE
HICKSON
USKUP AGUNG VIGANÒ:
BUNDA MARIA MEMPERINGATKAN TENTANG TERJADINYA ‘KEMURTADAN BESAR’
DI DALAM GEREJA YANG DIIKUTI OLEH RESIKO PD III
'Semua bukti menunjukkan bahwa kita
telah memasuki masa pencobaan ini, sebuah ujian yang menentukan'
Tue Jun 2,
2020 - 5:55 pm EST
·
Archbishop Carlo Maria ViganòDiane
Montagna / LifeSiteNews
2 Juni 2020 (LifeSiteNews) - Uskup Agung Carlo Maria
Viganò, dalam sebuah wawancara dengan LifeSiteNews
(baca wawancara lengkap di bawah), menjelaskan sejarah penampakan Bunda Maria
di Civitavecchia, Italia, yang terjadi 25 tahun lalu. Selama
peristiwa-peristiwa ajaib ini, Bunda Maria merujuk kembali kepada penampakan
dan pesannya di Fatima (1917), dan Bunda Maria memperingatkan bahwa Setan sudah
bergerak keluar untuk menghancurkan keluarga.
Selain itu, Bunda Maria juga berbicara tentang kemurtadan di
dalam Gereja, kegelapan yang membayangi Roma, kebutuhan untuk mengkonsekrasikan
Italia kepada Hati Maria yang Tak Bernoda, dan menambahkan bahwa “dunia telah
semakin menjadi tawanan kegelapan dan kejahatan Setan, tanpa mengecualikan
banyak sekali para hamba Gereja (klerus)." Bunda Maria juga berbicara
tentang risiko perang dunia ketiga jika kemurtadan ini terus berlangsung.
Bunda Maria berbicara kepada keluarga Gregori, setelah patung
Maria di rumah mereka mulai meneteskan air mata darah pada tanggal 2 Februari
1995. Bunda Maria menjelaskan bahwa penampakan ini terkait dengan penampakannya
di Fatima. Bunda Maria menyatakan: “Anak-anakku, kegelapan Setan sekarang telah
mengaburkan seluruh dunia dan juga mengaburkan Gereja Tuhan. Bersiaplah untuk
menjalani apa yang telah kusampaikan kepada putri-putri kecilku di Fatima ”
Memang, kata Viganò itu, "ramalan tentang ‘bunuh diri’
Gereja Katolik ini sebagian besar telah dipenuhi melalui upaya Setan-Masonik
untuk merubah agama Katolik, mereduksinya menjadi salah satu dari banyak kepercayaan
yang merupakan bagian dari satu agama tunggal dunia."
Lebih lanjut, menjelaskan pengaruh Masonik di dalam Gereja
dan di dunia, Uskup Agung Viganò menambahkan: “Bahwa gurita Masonik yang
mencengkeram Gereja Katolik dalam tentakel-tentakelnya bukanlah rumor atau
rahasia. Tepat di jantung Vatikan, benteng yang sangat kuat dari Gereja
Katolik, Masonry telah mempersenjatai diri dengan kesabaran jahat dan menunggu
sampai mencapai tuas kekuasaan dan komando. Jantung agama Katolik, yang dengan
mandat ilahi harus menjadi lampu suar dunia, telah lama menjadi rumah bagi
kemegahan dan kepura-puraan yang meluruhkannya.” Namun ada juga sebuah pesan
pengharapan. Bunda Maria menyatakan selama penampakannya di Civitavecchia,
Italia: "Setelah tahun-tahun yang menyakitkan dari kegelapan Setan,
tahun-tahun kemenangan dari Hatiku yang Tak Bernoda kini sudah dekat." Dan
Bunda Maria mendesak kita untuk berdoa Rosario sebagai senjata yang kuat
melawan kuasa-kuasa jahat. Seperti dinyatakan oleh Uskup Agung Viganò,
penampakan-penampakan ini telah diakui oleh Keuskupan Civitavecchia dan
bahkan Paus Yohanes Paulus II secara pribadi memberkati patung ajaib disitu.
Selain itu, Viganò memberi tahu kita bahwa Pastor Gabriele Amorth, kepala
pengusir setan yang dihormati dan sekarang telah meninggal, sangat percaya pada
penampakan-penampakan ini dan bahkan meminta keluarga Gregori untuk berdoa
baginya ketika dia berada di akhir hidupnya. Uskup Agung Viganò mengunjungi
keluarga Gregori dan bahkan menyaksikan beberapa fenomena supernatural ketika
berdoa di hadapan patung ajaib itu.
LifeSite menghadirkan disini sebuah wawancara panjang yang
dilakukan dengan Uskup Agung Viganò setelah dia baru-baru ini menyebut tentang penampakan
Civitavecchia dalam pernyataannya yang lain. Berbicara dengan situs web
Portugis tentang pesan Fatima dan setelah mengatakan bahwa rahasia ketiga
Fatima belum sepenuhnya terungkap, uskup Italia itu mengatakan, "Selain
itu, [Kardinal Tarcisio] Bertone sendiri
yang sangat mendiskreditkan dan mengecam Madonnina
delle Lacrime (Bunda Airmata) dari Civitavecchia, yang pesannya sangat
sesuai dengan apa yang dia katakan di Fatima."
Bagi Uskup Agung Viganò, peringatan-peringatan dari Bunda
Maria di pinggiran Keuskupan Metropolitan Roma ini telah menjadi kenyataan di
zaman kita sekarang. Berbicara tentang pesan-pesan Bunda Maria, tentang
serangan Setan terhadap keluarga-keluarga - sesuatu yang pernah dibicarakan
juga oleh Suster
Lucia dalam suratnya kepada Kardinal Carlo Caffarra, Uskup Agung
Viganò menjelaskan:
“Pertempuran menentukan antara Kerajaan Kristus dengan
kerajaan Setan adalah menyangkut masalah pernikahan dan keluarga. Menyerang
keluarga berarti menghancurkan sel fundamental masyarakat, dan juga Gereja. Agresi terhadap
keluarga juga memanifestasikan dirinya di dalam Gereja, yang secara eksplisit
tertuang dalam Anjuran atau Desakan Apostolik Amoris Laetitia (AL), dimana di dalam AL disebutkan adanya
kemungkinan untuk menolak kaidah tidak terceraikannya perkawinan (yang berarti
AL membuka peluang bagi perceraian), dan dengan memberikan legitimasi kepada perbuatan
homosex dan promosi terhadap ideologi gender.
Civitavecchia, seperti Fatima, berisi sebuah peringatan bagi
Gereja dan sebuah penghakiman atas Sejarah, dan menawarkan satu-satunya obat
yang menentukan, Penangkal Ilahi, bagi kejahatan dan kutukan Sejarah dan
manusia.
Adalah penting untuk mengetahui bahwa Jessica Gregori, putri
keluarga yang menyaksikan penampakan-penampakan dan peristiwa-peristiwa
supernatural ini, diberi oleh Bunda Maria isi dari rahasia ketiga Fatima dan
bahwa pesan ini kemudian disampaikan kepada Paus Yohanes Paulus II saat itu. Jessica
Gregori sendiri dapat bertemu, pada tahun 1996, dengan Suster Lucia dari Fatima
dan membandingkan pesan yang mereka terima mengenai rahasia ketiga. Ternyata
pesan yang mereka terima adalah cocok.
Penampakan-penampakan Bunda Maria di Civitavecchia tampaknya
belum banyak dikenal di dunia berbahasa Inggris. LifeSite berterima kasih kepada media Daily Compass yang telah secara luas melaporkan
penampakan ini dan yang telah melakukan wawancara
dengan Pastor Flavio Ubodi, wakil presiden komisi keuskupan yang mengakui penampakan
tersebut, di mana patung ajaib itu ditempatkan di sebuah gereja untuk adorasi. Pastor
Ubodi baru saja menerbitkan sebuah buku, dalam bahasa Italia, yang berjudul Civitavecchia. 25 years
with Mary.
Tampaknya sudah takdir bahwa sekarang Uskup Agung Viganò yang
membawa pesan peringatan dan harapan yang diberikan kepada kita oleh Bunda
Maria dari Civitavecchia, Italia, kepada dunia berbahasa Inggris. Di
tengah-tengah kekacauan dan kehancuran yang kita saksikan saat ini, marilah
kita ingat bahwa kita memiliki Bunda Maria di surga yang selalu memperhatikan
kita, kepada siapa kita dapat berpegang teguh, dan Bunda Maria telah berjanji
akan menolong kita.
Viganò juga berkata: “Jika kemenangan Hati Tak Bernoda sudah tidak
jauh, maka sekarang adalah waktu dari pertempuran itu, dan Bunda Maria yang menjadi
Pemimpin dan Coredemptrix kita, ingin melihat kita ikut bertarung, menderita
dan memohon kemenangannya, yang sekarang ada di pintu gerbang." Dan
kemudian Viganò mengutip perkataan Bunda Maria sendiri: “Melalui kamu, aku dapat menyebarkan
cahaya iman pada hari-hari kemurtadan besar ini. Kamu adalah terang Tuhan,
karena kamu adalah anak-anak yang dikuduskan sepenuhnya bagiku. Biarkan dirimu
dibimbing olehku ... Jika kamu mendengarkan aku dengan kasih yang sejati, dan
memenuhi permintaanku dengan berjalan di jalan yang kutunjukkan kepadamu di dalam
pikiran dan hatimu, maka melalui kamu aku akan dapat mewujudkan Rencana Ilahi
yang agung dari kemenangan besar Hatiku yang Tak Bernoda.”(8 September
1995).
*****
Wawancara Lifesite Dengan Uskup Agung Carlo Maria Viganò
LifeSiteNews: Baru-baru ini Anda menyebutkan penampakan Bunda
Civitavecchia dalam kaitannya dengan pesan-pesan Bunda Fatima. Anda mengatakan
dalam sebuah wawancara baru-baru ini: "Selain itu, Bertone sendiri yang sangat mendiskreditkan dan mengecam Madonnina
delle Lacrime [Patung Menangis Bunda Maria] dari Civitavecchia, yang pesannya sangat sesuai dengan apa yang
dikatakannya di Fatima." Bisakah Anda ceritakan kepada kami tentang
kejadian di Civitavecchia, yang terletak di pinggiran Keuskupan metropolitan
Roma? Apa yang terjadi disana?
Uskup Agung Carlo Maria
Viganò: “Papa, papa, Madonna menangis!” Pada tanggal 2
Februari 1995, jam 16:21, Jessica Gregori, seorang gadis kecil yang belum genap
berusia enam tahun, akan pergi ke Misa Kudus bersama keluarganya, ketika
pertama kalinya dia melihat patung kecil Mary Most Holy menangis air mata darah
di gua batu kecil yang baru dibangun ayahnya di depan rumah mereka.
Fabio, ayahnya, sedang memasukkan putranya yang berusia 18
bulan, Davide, ke dalam mobil ketika dia mendengar putrinya berseru berulang
kali. Ketika dia mendengar kata "darah" dia bergegas dan menyadari
apa yang terjadi, meskipun pada awalnya hal itu cukup membingungkan dirinya.
Istrinya, Annamaria, sudah menunggu mereka di gereja, tetapi dia tidak terkejut
mendengar apa yang telah terjadi di rumahnya, karena dia tidak melupakan mimpi yang
dia alami 18 Januari sebelumnya, yang merujuk pada peristiwa menyakitkan yang
akan terjadi pada hari perayaan Candlemas. Sejak hari itu, fenomena itu
berulang sebanyak tiga belas kali, di depan kerumunan banyak saksi mata, hingga
6 Februari. Sejumlah agen keamanan publik, yang segera dipanggil oleh Fabio,
juga hadir tanpa melakukan gangguan selama hari-hari itu untuk menjaga patung
kudus itu dan juga akan memberikan kesaksian dibawah sumpah tentang peristiwa itu
selama dilakukan investigasi.
Badai pecah di sekitar keluarga muda itu. Pastor paroki, yang
adalah saksi mata pertama setelah anggota keluarga, memberi tahu Uskup setempat,
Mgr. Girolamo Grillo, tetapi uskup ini tidak
ingin tahu tentang peristiwa itu, dan dia merobek laporan pertama yang
ditulis oleh pastor paroki sendiri.
Perlawanan Mgr.Grillo terhadap peristiwa itu sangat kuat dan
memicu reaksi media yang negatif. Atas permintaan berbagai pihak, Pengadilan
menginvestigasi keluarga tersebut dalam berbagai hal. Mereka melakukan segala
macam penelitian dan pemeriksaan pada cairan, pada patung dan di rumah keluarga
Gregori serta kerabat mereka. Fabio Gregori sendiri mendorong agar penyelidikan
ini dilakukan, karena dia ingin kebenaran diungkapkan dan untuk melindungi
keluarganya, bahkan dia sampai mengusulkan untuk menggadaikan rumahnya untuk
membayar pengujian DNA yang sangat mahal yang perlu dilakukan.
Patung Maria yang ada disitu, disita oleh Uskup Grillo dan
disimpan di rumahnya sendiri, di mana patung itu terus menangis darah di depan
banyak saksi sampai 15 Maret. Uskup Grillo sendiri menceritakan kepada saya apa
yang terjadi hari itu. Saat itu jam 8:15 pagi. Setelah merayakan Misa Kudus,
Uskup Grillo menyetujui permintaan saudara perempuannya untuk berdoa di hadapan
patung suci itu, yang telah disimpannya di lemari. Bersama dengan orang-orang
yang hadir hari itu, Uskup Grillo mulai mendaraskan doa "Salam, Ratu
Suci." Ketika mereka mengucapkan kalimat, "Oh pembela yang murah
hati, arahkanlah pandangan kasihmu kepada kami," patung itu mulai menangis
darah. Uskup Grillo terkejut begitu hebatnya hingga dia harus menerima
pertolongan darurat dari seorang ahli jantung.
Setelah peristiwa yang cukup mengejutkan ini, Uskup Grillo
secara radikal merubah sikapnya. Dia menghentikan penyelidikan DNA, membentuk
Komisi Teologis dan memulai proses gerejawi untuk mempelajari dan memverifikasi
peristiwa itu. Seperti yang dia nyatakan, dia berubah dari menjadi hakim, kemudian
menjadi saksi. Sementara itu, Paus, Yohanes Paulus II, memberi tahu Uskup bahwa
dia secara pribadi merasa tertarik dan memintanya untuk tidak bersikap skeptis.
Kini keadaan mulai berbalik: media massa berbalik melawan Uskup dan mereka tidak
mau menerima kesaksiannya dan kemudian pihak Pengadilan menaruh patung kecil
itu ke dalam tahanan. Saat itu, Yohanes Paulus II memberikan tanda nyata
dukungan dan kedekatannya: pada 10 April 1995, dia mengirim teman dekatnya,
Kardinal Andrzej Maria Deskur untuk memimpin sebuah acara doa di katedral
keuskupan, demi pembebasan penyitaan patung itu. Pada kesempatan itu, kardinal
juga memberkati, atas nama Paus, patung kedua yang identik dengan patung pertama
yang menangis, yang kemudian diberikan kepada keluarga itu. Selanjutnya patung pengganti
ini menampilkan fenomena memancarkan minyak yang sangat harum di hadapan banyak
saksi.
Patung yang sama [patung kedua] menangis air mata selama
hari-hari penderitaan terakhir Yohanes Paulus II pada 2005, dan sekali lagi
pada hari yang sama, dari 28 Maret hingga 2 April, pada tahun berikutnya. Pada
tanggal 31 Maret 2006, Uskup Grillo secara pribadi menyaksikan tangisan ini
sekali lagi, dan dia bersaksi di depan umum di hadapan media massa.
Setelah patung Bunda Maria yang pertama dilepaskan dari
tahanan oleh Pengadilan pada tanggal 11 Juni 1995, Yohanes Paulus II ingin
memuliakan dan memahkotainya di Vatikan, di apartemennya, tetapi dilakukan secara
rahasia, agar tidak mengganggu penyelidikan oleh Komisi Keuskupan. Dia kemudian
mengkonfirmasi secara tertulis bahwa peristiwa ini sungguh terjadi, dalam
sebuah dokumen tertanggal 8 Oktober 2000, yang ditandatangani secara pribadi
olehnya pada 20 Oktober berikutnya.
Pada tanggal 17 Juni 1995, patung asli Bunda Maria diberkati
dengan upacara besar di gereja paroki di Civitavecchia dan bagi adorasi umat beriman,
di mana ia berada sampai hari ini.
Pada 15 Maret 2005, peringatan sepuluh tahun terakhir kali
patung itu menangis pada 1995, uskup setempat mengeluarkan dekrit untuk
pembangunan sebuah tempat suci keuskupan.
LifeSite: Apa pesan utama Bunda Maria kepada Jessica dan ayahnya,
Fabio Gregori?
Uskup Agung Viganò: Dimulai pada 6 Februari 1995, tak lama setelah kesempatan
ketiga belas patung Bunda Maria menangis, Fabio mendengar suara dari luar
dirinya yang berbicara kepadanya. Sebenarnya, Annamaria sebelumnya telah
menerima wahyu dalam bentuk mimpi, dan sedikit demi sedikit seluruh keluarga
secara bertahap terlibat dalam manifestasi Surgawi ini. Sejak saat itu, suara itu
berbicara berkali-kali, tetapi dengan identitas yang berbeda - kadang-kadang dari
Allah Bapa, kadang-kadang Allah Putra. Kemudian, mulai pada 2 Juli 1995,
serangkaian penampakan mulai terjadi dari Yesus, Maria, dan para Malaikat,
termasuk banyak pesan diberikan, dan berakhir pada 17 Mei 1996. Perawan Maria Terberkati
juga muncul lagi baru-baru ini, memberikan pesan pada 23 Desember 2018. Selain
itu, peristiwa itu sendiri dan penglihatan secara diam-diam adalah menjadi tanda
signifikan yang membawa pesan penting di dalamnya.
Ketika Jessica, ditanya tentang pesan utama yang diberikan
oleh Bunda Maria di Civitavecchia, dia menjawab: “Pesan utamanya adalah bahwa
mereka ingin menghancurkan keluarga. Dan kemudian menciptakan kemurtadan di dalam
Gereja dengan resiko perang dunia ketiga."
Pesan yang paling jelas adalah patung Bunda Maria yang menangis
air mata darah. Suara yang didengar oleh Fabio mengungkapkan bahwa itu adalah
Darah Yesus "yang ditumpahkan bagi semua anak-anak yang berpaling menjauh dari
Hatinya yang Tak Bernoda, untuk memberi Anda keselamatan" (17 Mei 1995).
Ini, pada saat yang sama, merupakan peringatan akan adanya bahaya yang besar serta
melakukan cara-cara keselamatan.
Ada juga peringatan tentang bahaya tertentu bagi Italia: “Bangsamu
berada dalam bahaya besar. Di Roma kegelapan sedang turun dan menyelimuti Batu
Karang yang ditinggalkan bagimu oleh Putraku, Yesus, dimana kamu harus membangun,
mendidik, dan secara rohani membesarkan anak-anak-Nya. Para uskup, tugasmu
adalah untuk melanjutkan perkembangan Gereja Allah, karena kamu adalah pewaris Allah."
Selalu saja ada ajakan kepada persatuan di dalam Gereja
Yesus, para imam dan umat yang bersatu dengan para Uskup, sementara para Uskup
dipanggil untuk "kembali menjadi satu hati yang penuh dengan iman dan
kerendahan hati yang sejati."
Pesan-pesan itu dengan tegas mengajak orang-orang untuk
kembali kepada kehidupan sakramental, berbicara tentang perlunya umat diberi
makanan Komuni Ekaristi, setiap hari jika mungkin; untuk pergi kepada Pengakuan
Dosa secara teratur ‘pada hari-hari Minggu’ (penekanan yang bijaksana diberikan
tentang pentingnya menerima Komuni dalam keadaan rahmat); pesan-pesan itu mengajak
semua umat untuk melakukan adorasi Ekaristi.
Ada seruan kuat untuk doa pribadi, untuk menempatkan diri
dalam Kehadiran Yesus di dalam Ekaristi selama setidaknya seperempat jam
sehari, untuk berdoa Rosario setiap hari, "sebuah senjata ampuh untuk
mengalahkan setan," dan untuk pengudusan kehidupan sehari-hari dengan
mengubah semua aktiitas kehidupan keluarga menjadi "tindakan kasih"
yang "menyelamatkan jiwa dari ancaman Setan."
Ada juga ajakan untuk menerapkan kasih dalam keluarga, kasih
kepada anak-anak, yang adalah "milik Kami dan milikmu." Pada Hari untuk Kehidupan di Italia, patung
itu menangis hingga tujuh kali. Pada saat yang sama pesan itu berisi peringatan
tentang adanya serangan sengit oleh setan terhadap keluarga, sebagai strategi
untuk menghancurkan Gereja bersama dengan serangan internal yang dilakukan melalui
sarana banyak sekali imam.
Ada juga seruan untuk “mendengarkan Putraku Yesus, Allah yang
sejati dan Saudaramu. Dengarkanlah dan laksanakan Firman-Nya, yang diwahyukan
kepada Gereja Kudus agar kamu dapat menjadi anak-anak Allah yang sejati,
sehingga kamu dapat melakukan kehendak Allah dalam kehidupanmu sehari-hari demi
pengudusan dirimu. Dunia semakin menjadi tawanan kegelapan dan kejahatan setan,
tanpa mengecualikan banyak sekali para pelayan Gereja (klerus).”
Nasihat yang tulus dan serius juga disampaikan oleh seorang Ibu
yang sangat sedih: “Anak-anak, Gereja telah memasuki masa pencobaan besar, dan banyak dari
kamu akan goyah imanmu.”
Seperti yang telah kita katakan, pesan-pesan peringatan
tentang adanya bahaya besar dari perang dunia ketiga, yang mungkin merupakan
perang nuklir, tetapi yang dapat dihentikan dengan melalui "senjata yang
lebih kuat dari yang digunakan setan, yaitu kasih, doa, kerendahan hati,
Rosario dan pertobatan sejati kepada Tuhan melalui Bunda Surgawi kita, yang
memeluk semua orang dalam pelukannya, dekat dengan Hatinya yang Tak Bernoda.”
Ada juga permintaan yang mendesak untuk melakukan konsekrasi
keluarga kepada Hatinya yang Tak Bernoda, juga konsekrasi Paroki, Kota,
Keuskupan, dan Dunia, sebagai sebuah janji perlindungan dari Bunda Maria.
"Konsekrasikanlah dirimu kepadaku, kepada Hatiku yang
Tak Bernoda, dan aku akan melindungi bangsamu di bawah mantelku yang saat ini penuh
dengan rahmat. Dengarkanlah aku, tolong, aku mohon! Aku adalah Ibu Surgawimu,
aku mohon: jangan membuatku menangis lagi karena melihat begitu banyak
anak-anakku yang mati karena kesalahanmu sendiri dengan tidak mau menerima aku
dan membiarkan setan berkuasa atas dirimu.”
Namun seruan Bunda Maria juga menanamkan kedamaian yang luar
biasa: "Biarkan dirimu dibimbing
dengan kesederhanaan dalam setiap langkahmu, yang dengan hal itu seorang anak
meletakkan tangannya di Tangan Bapanya."
"Hatiku yang Tak Bernoda
akan merubah penderitaanmu menjadi sukacita yang kau terima dengan kasih
sejati, karena ini adalah cobaan yang diijinkan terjadi oleh Tuhan Yesus." (8 September 1995)
LifeSite: Apa saja temuan penyelidikan polisi, serta temuan medis
mengenai sifat darah yang dicucurkan oleh patung Bunda Maria?
Uskup Agung Viganò: Cairan merah pada patung pertama dianalisis di tempat patung
itu berada, oleh dokter resmi, yang menemukan fakta bahwa itu adalah darah
manusia yang asli. Patung Bunda Maria belum berhenti menangis. Bukti foto
setelah menangis pada 15 Maret 1995, ketika patung itu berada di tangan uskup
Grillo, juga sangat mengesankan, karena jejak darah menutupi noda identik yang
sama dengan yang sebelumnya yang telah dihapus untuk diperiksa, meskipun patung
itu sekarang dalam posisi horisontal. Analisis X-ray dilakukan dengan 42 CT
scan, dan juga analisis pertama dari darah yang bertujuan mengisolasi DNA dan tim
medis menemukan lima polimorfisme dan memberikan hasil yang berganti-ganti mengenai
jenis kelamin, dimana pada satu saat menunjukkan jenis pria dan pada waktu yang
lain wanita, tetapi diakui sebagai dominan pria.
Ada sebuah kampanye media yang tidak jujur, yang bertujuan untuk
mendiskreditkan keluarga Gregori, dengan mengatakan bahwa mereka menolak untuk
tunduk pada tes DNA komparatif karena mereka ingin menghindari penyelidikan
lebih lanjut. Bahkan baru-baru ini, seseorang mencoba untuk membuka kembali
masalah itu dengan melakukan tindakan yang memalukan. Patut diingat bahwa
sebagian besar peristiwa patung menangis disitu terjadi tanpa kehadiran
keluarga Gregori.
Yang benar adalah bahwa pada saat itu, Fabio menolak untuk
membiarkan darahnya diambil semata-mata karena kepatuhan kepada Uskup, dimana
uskup itu sangat menentang peristiwa itu. Hanya sebuah pesan yang terdengar
dari suara yang berbicara (melalui patung itu) kepadanya yang bisa menghentikannya
untuk menolak pemeriksaan. Sangat menarik untuk mendengar pesan ini: “Jalan
kebenaran ada di dalam Gereja Allah. Kebenaran berasal dari Allah. Janganlah
takut kepada manusia, takutlah kepada Allah ”(6 Mei 1995).
Kemudian diketahui dengan jelas bahwa sampel darah yang
diambil dari patung telah diambil secara keliru, tanpa adanya seorang ahli,
tanpa alasan yang masuk akal, dan oleh karena itu tidak mungkin untuk secara
prosedural memastikan keabsahan slide dari cairan yang diambil. Lebih jauh
lagi, bahkan jika sampel darah itu telah diterima, jumlahnya tidak cukup untuk
memungkinkan pemeriksaan DNA secara lengkap. Karena tidak ada lagi tangisan
selanjutnya, tidak ada kemungkinan material darah untuk membuat perbandingan.
Tetapi harus diingat bahwa Fabio Gregori selalu mengatakan
kepada Gereja bahwa dia sepenuhnya bersedia untuk melakukan segala jenis
penyelidikan.
LifeSite: Ada penyelidikan tentang peristiwa supernatural ini oleh
Komisi Keuskupan; dapatkah Anda memberi tahu kami tentang hasil penyelidikan
itu dan apakah penampakan ini telah disetujui oleh Gereja?
Uskup Agung Viganò: Komisi Teologi Keuskupan yang dibentuk oleh Uskup menyatakan
mendukung sifat supernatural dari peristiwa tersebut oleh suara mayoritas
anggotanya. Pada tahun 1997, Uskup Grillo sendiri meneruskan hasilnya kepada Kongregasi
untuk Ajaran Iman, dan pada tanggal 27 Oktober 1997, CDF mengumumkan
pembentukan Komisi yang dipimpin oleh Kardinal Camillo Ruini. Komisi ini kemudian
dibubarkan tanpa pernah menerbitkan satu pun keputusan, yang secara yuridis
berarti memberi konfirmasi diam-diam atas putusan Komisi Keuskupan.
Ada banyak tanda pengakuan secara
tidak langsung oleh Gereja:
- Penempatan
secara khidmat patung Bunda Maria ajaib itu untuk menerima penghormatan
publik di gereja paroki, sesuai dengan permintaan yang dibuat kepada Fabio
melalui suara yang didengarnya pada 6 Februari 1995.
- Konsekrasi
kota Civitavecchia dan Keuskupan oleh Uskup sehubungan dengan pesan
Perawan Maria 7 Desember 1995, yang dibacakan di depan umum selama upacara
pada 8 Desember 1996.
- Dokumen
yang disusun oleh Uskup pada 8 Oktober 2000, dan ditandatangani kembali
oleh John Paul II pada 20 Oktober 2000, mengesahkan pemujaan kepausan dan
pemberian mahkota kepada patung itu.
- Keputusan
pendirian Tempat Suci Diosesan di gereja paroki tempat patung itu
dihormati.
- Misa Kudus
dirayakan oleh uskup setempat di rumah keluarga Gregori, serta penghapusan
tertulis secara simultan dari semua larangan yang sebelumnya dikeluarkan
terhadap keluarga.
- Publikasi
oleh uskup setempat atas sebuah dokumen tentang acara peringatan 10 tahun patung
Bunda Maria disitu yang menangis, dalam terbitan Diocesan
Review 2005.
- Keinginan yang
diungkapkan secara tertulis oleh Uskup Grillo untuk mempublikasikan berita-berita
dan pesan-pesan Bunda Maria, dalam sebuah buku yang ditulis oleh Wakil
Presiden Komisi Teologi Keuskupan, yang diterbitkan pada 2005 oleh Pastor
Flavio Ubodi.
- Banyak
kesaksian tertulis dan melalui film oleh Uskup Grillo tentang aliran air
mata dan minyak dari patung itu, serta hubungannya dengan keluarga Gregori.
- Pengumuman
awal pembangunan Tempat Suci Maria oleh penerus Uskup Grillo, Uskup Carlo
Chenis, pada 28 Agustus 2008. Dia kemudian meninggal sebelum waktunya dan
tidak dapat menyelesaikan proyek itu. Namun dia meninggalkan surat
tertulis pengesahan kesetiaan keluarga Gregori kepada Gereja pada 1 Maret
2008.
- Pemahkotaan
Patung Bunda Maria oleh penerus Uskup Chenis, Uskup Luigi Marrucci, pada
tanggal 26 April 2014, yang adalah uskup pada waktu itu (sejak saat itu
dia kemudian mengundurkan diri) di hadapan uskup emeritus dan Uskup Agung
Giovanni Marra.
LifeSite: Karena Anda menyebutkan peran Kardinal Tarcisio Bertone,
dalam wawancara Anda baru-baru ini, dapatkah Anda memberi tahu kami, apa yang dia
coba lakukan ketika Uskup Grillo, meskipun ia tidak diwajibkan untuk
melakukannya, meminta Vatikan untuk melakukan penyelidikan sendiri tentang
penampakan di Civitavecchia?
Uskup Agung Viganò: Saya telah menyebutkan sebelumnya bahwa Uskup Grillo sendiri
meminta Kongregasi untuk Ajaran Iman untuk melanjutkan studi atas peristiwa tersebut.
Komisi dipimpin oleh Kardinal Ruini sebagai pengawas, tetapi didelegasikan
kepada pengawasan Mgr. Domenico Pecile, Uskup Latina. Dan dia tidak pernah mempublikasikan temuannya sampai sekarang,
seperti yang telah dikatakan.
Pada 17 Februari 2005, Kardinal Bertone, yang telah menjadi
Uskup Agung Genoa sejak tahun 2002, melakukan intervensi di jaringan televisi
RAI nasional untuk menyatakan bahwa Komisi Vatikan telah menyatakan penilaian yang
tidak terkait [yang berarti bahwa penampakan itu diragukan atau tidak dapat
dipercaya]. Keesokan harinya, uskup setempat, Uskup Grillo, secara
terbuka menyatakan bahwa dirinya belum pernah menerima pemberitahuan tentang
pernyataan semacam itu oleh Komisi. Tidak pernah ada tindak lanjut dengan dokumen
tertulis yang mengkonfirmasi pernyataan Bertone. Selain itu, Grillo kemudian
mengaku bahwa dia sebelumnya pernah mendengar tentang kecenderungan Komisi
untuk mengeluarkan pendapat yang mencurigakan, tetapi Kardinal Ruini, yang
telah mengomunikasikan hal ini kepadanya, kemudian memintanya untuk diam
mengenai masalah ini setelah dia mengetahui ketertarikan Yohanes Paulus II
dengan kasus ini. Uskup Pecile dapat mengkonfirmasikan kepada Wakil Presiden
Komisi Keuskupan, Pastor Flavio Ubodi, sikap positif dari Komisi Vatikan
terkait peristiwa patung Bunda Maria menangis disitu.
Setelah itu, pengangkatan Mgr. Chenis sebagai uskup
Civitavecchia [pada tahun 2006], yang memang diinginkan oleh Kardinal Bertone,
menegaskan niat Bertone untuk menghentikan penyelidikan atas peristiwa tersebut,
karena uskup baru itu secara terbuka menyatakan tujuan dari pengangkatannya.
Sampai saatnya, seperti yang saya sebutkan sebelumnya, Tuhan memanggilnya
melalui penyakit mendadak yang dengan cepat menyebabkan kematiannya, dia mampu
menunjukkan rasa hormat kepada keluarga Gregori dan komitmen nyata untuk
menumbuhkan pemujaan patung Bunda Maria.
LifeSite: Karena diketahui juga bahwa Kardinal Bertone sangat terlibat
dalam debat soal Fatima, menurut Anda apa tujuannya? Mengapa dia berusaha merusak
pesan yang bersifat ortodoks dan Katolik seperti itu?
Uskup Agung Viganò: Kardinal Bertone, dalam konferensi pers tentang Rahasia
Ketiga Fatima, yang diadakan pada bulan April 2000, membuat deklarasi yang
mencengangkan yang diakhiri dengan kata-kata ini: “Rahasia Ketiga Fatima tidak ada hubungannya dengan kemurtadan yang
terkait dengan Konsili, Novus Ordo (Misa) dan para Paus konsilier, seperti yang
diklaim oleh para pendukung Fatima selama beberapa dekade.” Mari kita coba
membandingkan pernyataan-pernyataan ini dengan pernyataan mengejutkan yang
dibuat oleh Kardinal Pacelli, Paus Pius XII di masa depan, enam belas tahun
setelah penampakan Fatima, pada tahun 1933:
“Saya prihatin tentang
pesan-pesan Perawan Suci kepada Lucia kecil Fatima. Desakan Maria ini, tentang
bahaya yang mengancam Gereja, adalah peringatan ilahi terhadap tindakan ‘bunuh
diri’ Gereja melalui perubahan di dalam Iman, Liturgi, di dalam teologinya dan
di dalam jiwanya ... Saya merasakan di sekeliling saya adanya para inovator
yang ingin membongkar Kapel Suci (Gereja), menghancurkan nyala api iman
universal dari Gereja, menolak segala hiasannya, dan menyulut penyesalan pihak
Gereja atas masa lalu historisnya.” Sementara itu ramalan tentang
’bunuh diri’ Gereja Katolik sebagian besar telah dipenuhi melalui upaya
Setan-Masonik untuk merubah agama Katolik, meredahkannya menjadi salah satu
dari banyak kepercayaan yang merupakan bagian dari satu agama tunggal dunia.
Kita dapat mempertimbangkan kata-kata Suster Lucia berikut ini
sehubungan dengan ulah Kardinal Bertone: “Ada disorientasi kejam yang sangat membingungkan
dunia dan jiwa ... Hal terburuk adalah bahwa hal itu telah berhasil menimbulkan
kesalahan dan menipu jiwa-jiwa yang memiliki tanggung jawab besar karena posisi
yang mereka pegang ... Mereka buta dan sedang menuntun orang buta ... Mereka
membiarkan diri mereka didominasi oleh gelombang jahat yang menyerang
dunia."
Benediktus XVI sendiri menanggapi upaya untuk mengurangi teks
Rahasia Fatima dengan adanya serangan tahun 1981 terhadap Yohanes Paulus II
selama perjalanannya tahun 2010 ke Fatima. Mengacu pada teks bahwa pada tahun
2000, Kardinal Ratzinger, sebagai Prefek Kongregasi untuk Ajaran Iman, dia
telah menguraikan sebagai komentar pada teks Rahasia yang diterbitkan, katanya,
pada 13 Mei 2010, ketika dia pergi sebagai paus, ke Fatima: "Seseorang
akan menipu dirinya sendiri jika dia berpikir bahwa misi kenabian Fatima telah
berakhir."
Terhadap pertanyaan Pastor Lombardi yang menanyakan apakah
Rahasia Ketiga juga mengatakan tentang “penderitaan Gereja saat ini karena dosa-dosa
pelecehan seksual anak di bawah umur,” Benediktus XVI menjawab: “Di luar visi besar
tentang penderitaan Paus ini, yang pertama-tama kita dapat hubungkan dengan
Paus Yohanes Paulus II: ada realitas yang diindikasikan tentang masa
depan Gereja yang secara bertahap berkembang dan mengungkapkan diri. Oleh
karena itu memang benar bahwa di luar momen yang ditunjukkan di dalam visinya, kita
bisa berkata, kita bisa melihat perlunya semangat Gereja, yang tentu saja
tercermin dalam pribadi Paus, tetapi Paus mewakili Gereja, dan oleh karena itu,
hal itu merupakan penderitaan Gereja yang diumumkan. Tuhan memberi
tahu kita bahwa Gereja akan selalu menderita, dengan cara yang berbeda, sampai
akhir dunia. Yang penting adalah bahwa pesan, tanggapan atas pesan Fatima, pada
dasarnya tidak terletak pada devosi tertentu, tetapi justru pada respons
mendasar umat beriman, yaitu pertobatan yang permanen, penebusan dosa,
doa, serta tiga kebajikan teologis: iman, harapan, dan kemurahan hati. Dengan demikian
kita melihat di sini respons yang benar dan mendasar yang harus diberikan
Gereja, yang kita, masing-masing individu, harus berikan dalam situasi saat
ini."
LifeSite: Civitavecchia juga berisi pesan bahwa akan ada kemurtadan besar
di dalam Gereja Katolik. Banyak yang percaya bahwa ada uskup dan kardinal di
dalam Gereja yang merupakan anggota Freemason atau bekerja sama dengan Freemason.
Apakah Anda sendiri memiliki pengetahuan tentang ini, terutama mengingat tugas Anda
sendiri di dalam korps diplomatik?
Uskup Agung Viganò: Bahwa gurita Masonik mencengkeram Gereja Katolik dalam
tentakelnya, bukanlah rumor atau rahasia. Tepat di jantung Vatikan, benteng
yang sangat kuat dari Gereja Katolik, Masonry telah mempersenjatai diri dengan
kesabaran jahatnya dan menunggu sampai mencapai tuas kekuasaan dan komando
tertinggi. Jantung agama Katolik, yang dengan mandat ilahi harus menjadi lampu suar,
telah lama menjadi rumah bagi kemegahan dan kepura-puraan yang meluruhkannya.
Di Civitavecchia, selama penampakan di taman dari rumah
Gregori, pada tanggal 27 Agustus 1995, Perawan Yang Terberkati memberikan pesan
yang cukup mengkhawatirkan, merujuk pada apa yang telah diungkapkan di Fatima
pada 1917: “Anak-anakku, kegelapan Setan sekarang mengaburkan seluruh dunia dan
hal itu juga mengaburkan Gereja Allah. Bersiaplah untuk menjalani apa yang
telah kukatakan kepada putri-putri kecilku di Fatima ... Setelah tahun-tahun
yang menyakitkan dari kegelapan Setan, tahun-tahun kemenangan Hatiku Yang Tak Bernoda kini sudah dekat." Semua
bukti menunjukkan bahwa kita sekarang telah memasuki masa pencobaan ini, sebuah
ujian yang menentukan. “Penderitaan Gereja,” kata Benediktus XVI dalam
perjalanan yang sama ke Fatima yang telah kami sebutkan, “berasal dari dalam,
dari dosa-dosa yang ada di dalam Gereja. Hal ini telah diketahui, tetapi hari
ini kita melihatnya dengan cara yang benar-benar menakutkan.”
"Ini adalah saat ketika penghakiman telah dimulai, dimulai
dari Rumah Allah!" (1 Ptr 4: 17). Murid-murid
Kristus dihadapkan dengan pilihan radikal dari konsistensi dan kesetiaan,
dedikasi total kepada-Nya, di dalam pengakuan tegas atas iman yang benar. Hal ini
dapat menuntut korban nyawa seseorang dalam kemartiran, sebagai kesaksian
tertinggi. Dengan doa dan kurban kita dapat mengurangi kesengsaraan yang kini menimpa
Gereja kita sebagai hukuman yang mengerikan, tetapi tidak mungkin lagi untuk
membalikkannya: karena hal itu adalah milik dari rencana pemeliharaan Allah.
Melalui pencobaan yang radikal ini, seperti melalui Triduum Paskah penderitaan,
kematian dan turun ke neraka, yang panjangnya kita tidak tahu, Gereja akan
secara efektif dimurnikan dari kejahatan yang menghancurkannya. Ini adalah apa
yang ditulis oleh Katekismus Gereja Katolik nmr. 675-677, yang menyebutkan
tentang kutukan dari penipuan antikristus. Gereja akan mengalami kemenangan
Kerajaan Maria, yang akan membuka pintu bagi Kerajaan Kristus.
Jika kemenangan Hati Tak Bernoda dari Maria itu sudah tidak
jauh lagi, maka sekaranglah saatnya pertempuran itu, dan Maria yang adalah
Pemimpin dan Coredemptrix kita, yang ingin melihat kita bertarung, menderita,
dan memohon Kemenangannya yang sekarang telah ada di pintu gerbang.
“Melalui kamu, aku dapat menyebarkan terang iman di zaman
kemurtadan besar ini. Kamu adalah terang Tuhan, karena kamu adalah anak-anak
yang dikonsekrasikan sepenuhnya kepadaku. Biarlah dirimu dibimbing olehku ...
Jika kamu mendengarkan aku dengan kasih yang tulus, dan melaksanakan
permintaanku dengan berjalan di jalan yang telah kutunjukkan kepadamu di dalam
pikiran dan hatimu, maka melalui kamu aku akan dapat mewujudkan Rencana Ilahi
yang agung dari kemenangan besar Hatiku yang Tak Bernoda.” (8 September 1995).
LifeSite: Bunda Maria memperingatkan kita di Civitavecchia:
"Setan ingin menghancurkan keluarga." Apakah Anda melihat di sini
hubungan antara apa yang terjadi di dalam Gereja Katolik dalam beberapa tahun
terakhir, kemungkinan peran Freemasonry, dan Civitavecchia?
Uskup Agung Viganò: Pertempuran yang menentukan antara Kerajaan Kristus dan
Kerajaan Setan menyangkut masalah perkawinan dan keluarga. Menyerang keluarga
berarti menghancurkan sel fundamental masyarakat, dan juga menghancurkan Gereja.
Agresi terhadap keluarga juga memanifestasikan dirinya di dalam Gereja, yang secara
eksplisit telah dilakukan melalui Desakan Apostolik Amoris Laetitia, dengan membuka kemungkinan untuk membatalkan perkawinan,
beserta dengan legitimasi terhadap perbuatan homosex dan promosi ideologi
gender.
Civitavecchia, seperti Fatima, berisi peringatan bagi Gereja
dan sebuah penghakiman tentang Sejarah, dan menawarkan satu-satunya obat yang
menentukan, sebagai Penangkal Ilahi, bagi kejahatan dan kutukan Sejarah dan
manusia.
Dosa asal, juga asal mula dosa yang sebenarnya, terdiri atas
kepatuhan manusia terhadap saran Setan yang salah dan jahat. Setan ingin
memanipulasi dan menipu manusia, menuntunnya untuk melihat apa yang jahat
sebagai yang baik dan apa yang baik sebagai yang jahat. Setan menimbulkan
kecurigaan bahwa Tuhan ingin mencegah kita untuk bisa menjadi seperti Dia,
sehingga mengarah pada ilusi kebanggaan karena bisa menjadi Tuhan, tidak
menaati Allah yang benar. Dengan cara ini si Jahat mengejar tujuannya
menghancurkan rencana Kasih Ilahi, dan menjauhkan manusia dari Tuhan. Tidak
dapat dihindari bahwa ketika manusia jatuh ke dalam perangkap ini, maka dia
menjadi budak dosa, melihat jalan masuk kematian sebagai tempat keberadaannya, serta
kehancuran alam dan dunia. Babel, sebagaimana diingatkan dalam Liturgi
Pentakosta kepada kita, menunjukkan betapa kesombongan juga merupakan kutukan
Sejarah.
Hati Maria yang Tak Bernoda telah ditawarkan kepada umat
manusia sebagai penyembuh, karena di dalamnya, berdasarkan penyatuannya yang total
dengan Putra Ilahinya, maka segala sesuatu dikuduskan bagi Allah, semuanya
adalah milik eksklusif Allah. Di dalam Hati Maria yang Tak Bernoda semuanya adalah
murni dari dosa. Ini adalah awal dari Ciptaan yang Baru. Karena alasan inilah
di Civitavecchia, Italia, Perawan Suci berkata:
“Tuhan telah memberiku pakaian Cahaya-Nya dan Roh Kudus
dengan Kuasa-Nya. Tugasku adalah mengambil semua anakku dari setan dan membawa
mereka kembali kepada kemuliaan sempurna dari Tritunggal Mahakudus."
Dan Maria menambahkan: "Harapanku adalah agar kamu semua mengkonsekrasikan
dirimu kepada Hatiku yang Tak Bernoda sehingga aku dapat menuntun kamu semua
kepada Yesus, menumbuhkan dirimu di dalam taman surgawiku."
Gelar-gelar yang dia berikan pada dirinya sendiri juga
mencerminkan misi ini: "Aku menyerahkan diriku kepadamu sebagai Bunda
Maria dari Mawar dari Hati Yang Tak Bernoda, Ratu Surga, Bunda Keluarga,
Pembawa Kedamaian di dalam hatimu." Dan dia menambahkan, "Bertobatlah,
anak-anakku yang manis, karena waktunya hampir habis."
Manusia, yang dalam keadaan dosa, telah kehilangan persekutuan
dengan Allah, seperti ranting yang dicabut dari pokok anggur. Dan manusia, bisa
menemukan persekutuan itu kembali di dalam diri Maria, yang selalu menyatu
sempurna dengan Pokok Anggur, yang mampu membawa darah kehidupan kepada
ranting-rantingnya. Maria-lah yang bertindak sebagai titik penyatuan antara
cabang dan pokok anggur. Persatuan sempurna di dalam kerendahan Hati Bunda
Maria ini adalah keselamatan yang ditawarkan oleh Allah bagi umat manusia yang tersesat,
ini adalah kekalahan dari kesombongan Setan.
Jika Setan ingin merebut anak-anak Allah dari persekutuan dengan
Sang Pencipta dan Bapa mereka, jelaslah bahwa Perawan Maria, Wanita yang
tumitnya diserang oleh si ular tua, tidak bisa tidak menjadi musuh abadi dari
si ular, menurut janji yang abadi. Memang, setan tahu bahwa Maria akan
menghancurkan kepala ular, bahwa Maria telah mengalahkan kesombongan setan dengan
kerendahan hatinya yang sempurna.
Hal ini adalah juga merupakan inti dari drama Sejarah: mereka
yang memperbarui pilihan ketidaktaatan, ingin menjadi Tuhan, tidak bisa tidak akan
memihak Setan, dan tidak bisa tidak akan merasakan permusuhan yang sama
terhadap garis keturunan Wanita yang menghancurkan kepalanya, Bunda Allah yang
Tak Bernoda. Anak-anak Maria adalah rendah hati, dan Setan tidak dapat menanggung
hal ini, karena keberadaan mereka sendiri merupakan suatu tuduhan kepadanya
(lih. Keb. 2: 15-16). Setan berusaha dengan segala cara untuk menghasilkan
pemberontakan di dalamnya dengan menganiaya mereka. Oleh karena itu saya
percaya bahwa makna permintaan untuk melakukan konsekrasi kepada Hati Maria
yang Tak Bernoda itu jelas, baik konsekrasi pribadi dan dalam setiap lingkungan
komunitas manusia, baik di lingkungan agama maupun politik. Realitas sejarah
tidak akan ditebus sampai manusia kembali kepada Tuhan dengan sepenuh hati,
dalam setiap aspek kehidupannya: agama, publik, dan politik. Dalam sejarah
Israel, Tuhan, yang kemudian memberkati Daud, dalam memberikan Kerajaan kepada
Rakyat menjelaskan kepada mereka bahwa ini adalah sebuah kehendak permisif,
sehingga mereka dapat memahami kebodohan dari ketidakpuasan mereka karena tidak
memiliki raja seperti orang lain. Mereka berdosa terhadap Allah karena mereka
tidak mengakui bahwa Dia adalah Raja mereka satu-satunya, dan mereka menganggap
Dia masih tidak cukup.
Tidak hanya Gereja yang dapat benar-benar dimurnikan oleh
Allah melalui konsekrasi kepada Hati Maria yang Tak Bernoda, tetapi juga setiap
keluarga, setiap kota, orang-orang dan bangsa, dan seluruh umat manusia. Setiap
orang yang memiliki otoritas atas realitas-realitas ini memiliki tanggung jawab
untuk menerima ajakan yang tulus dari Maria untuk melakukan konsekrasi. Terjadinya
peristiwa-peristiwa destruktif yang amat menyakitkan saat ini, yang juga telah disampaikan
dengan sedih oleh Perawan yang Terberkati dalam upaya untuk mencegahnya, haruslah
bisa menggugah hati kita semua. Orang-orang tua dulu mengatakan bahwa Anda bisa
mengetahui adanya tembok dengan cara mematahkan hidung Anda. Namun sayangnya,
hari ini, kita melihat lebih dari sekadar hidung yang patah, tetapi tampaknya
umat manusia belum mau mengenali tembok itu, baik di luar Gereja maupun di
dalamnya. Pada hari raya Kenaikan Tuhan yang baru-baru ini, kita semua merenungkan
Yesus yang naik ke Surga, yang duduk sebagai Raja atas setiap kerajaan dan
kekuasaan, atas setiap penguasa dan dominasi: di hadapan-Nya seharusnya setiap lutut akan menekuk.
Kesombongan Setan mungkin dapat menerima bahwa suatu hari nanti
ia harus membungkuk rendah di hadapan Allah, tetapi ia tidak akan pernah
mentolerir penghinaan yang sebenarnya, dimana ia harus berada di bawah kaki
Maria. Ini adalah pertempuran eskatologis yang hebat, yang sisi-sisinya semakin
lama semakin terlihat. Si ular tua tidak bisa menyembunyikan permusuhannya
terhadap sang Wanita dan seluruh garis keturunannya.
Siapa pun yang secara spontan mengkonsekrasikan hati mereka kepada
Hati Maria yang Tak Bernoda, telah memberi kesempatan dan kemungkinan bagi
Maria untuk menumbuhkan dirinya di dalam taman Maria, demikian menurut perkataan
Maria sendiri, untuk mempersembahkannya kepada Allah dalam keadaan telah dimurnikan,
di dalam gambaran Hatinya yang Tak Bernoda, sehingga akhirnya kita akan mampu
menyambut kebaikan abadi di dalam kerendahan hati yang sejati, persekutuan
penuh dengan Allah, bagi apa kita semua diciptakan. Dalam kata-kata Yesus: “Bapa, kuduskanlah mereka dalam
kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran... dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka,
supaya merekapun dikuduskan dalam kebenaran.”
(Yoh.17:17 & 19)
LifeSite: Pernahkah Anda bertemu dengan visioner utama, Jessica
Gregori, dan keluarga Gregori?
Uskup Agung Viganò: Jessica dan seluruh keluarga Gregori tidak suka disebut
visioner sama sekali; akan lebih baik untuk menyebut mereka sebagai saksi.
Uskup Grillo - yang saya kenal dengan baik selama bertahun-tahun, karena dia
juga bekerja di Sekretariat Negara - mengundang saya ke Civitavecchia (bersama
dengan Pastor Giovanni D'Ercole, yang sekarang menjadi Uskup Ascoli Piceno)
untuk memperkenalkan saya kepada keluarga Gregori. Saat itu adalah hari raya
Pentakosta, setelah saya kembali dari Nigeria, pada akhir 1990-an. Kami
berkumpul dalam doa di depan gua kecil yang dikelilingi oleh semak-semak tempat
Patung Bunda Maria berada. Saat itulah saya secara pribadi menyaksikan
keluarnya balsem wangi dari bagian dasar patung. Balsem itu bahkan keluar dari
daun salah satu semak, dan ada setetes yang jatuh di kepala saya. Mengingat
pentingnya minyak yang mengalir keluar, Uskup Grillo mengambil patung itu di
tangannya, sementara Fabio Gregori mengajak kami ke dalam rumah. Kami mengambil
kapas dan mengumpulkan balsem yang terus mengalir keluar secara berlebihan. Saya
juga berkesempatan memegang Patung Sang Perawan di tangan saya sendiri. Untuk
mengenang peristiwa luar biasa itu, saya masih menyimpan sehelai saputangan dan
kapas yang telah direndam dalam balsem yang ajaib itu, serta daun kecil tempat
setetes balsem menetes pada kepalaku.
LifeSite: Kelihatannya Jessica menerima dari Bunda Maria isi dari Rahasia
Ketiga yang kemudian dia sampaikan kepada Paus. Bunda Maria berkata: “Kegelapan
Setan saat ini sedang menggelapkan seluruh dunia dan juga menggelapkan Gereja
Allah. Bersiaplah untuk menjalani apa yang telah kusampaikan kepada putri kecilku
di Fatima." Bisakah Anda memberi tahu kami tentang pertemuan Jessica
dengan Suster Lucia pada 1990-an dan apa yang dibicarakan mereka?
Uskup Agung Viganò: Mengenai isi rahasia yang diterima oleh Jessica dan
diperuntukkan bagi Paus saja, hal itu ditulis olehnya dan disegel dalam amplop
tertutup dan dikirim kepada Uskup Grillo, tetapi tidak pernah diungkapkan
apakah itu benar-benar dikirim kepada penerimanya atau tidak.
Hal ini tidak usah dikacaukan dengan pesan yang dia sampaikan
kepada Paus pada 26 Februari 2005, yang diakui oleh Sekretariat Negara dan diberikan
melalui Uskup. Jessica berkata kepada Bapa Suci: "Saya memiliki keinginan besar untuk bertemu dengan Anda dan
memberi tahu Anda begitu banyak hal yang belum mereka katakan kepada Anda dan menyangkut
diri Anda secara pribadi, tetapi itu terutama terkait dengan Fatima ...
Pesannya menyangkut kemanusiaan, Gereja dan keluarga."
Adapun pertemuan dengan Suster Lucia (Fatima), inilah yang
diketahui. Pada tahun 1996, Jessica pergi berziarah ke Fatima bersama
keluarganya. Mereka ditemani oleh penasihat spiritual mereka, Pastor Manuel
Hernandez Jerez, yang merayakan Misa di biara Coimbra di hadapan keluarga
Gregori dan Suster Lucia. Di akhir Misa, Jessica dan Sister Lucia melakukan
percakapan pribadi.
Mereka yang mengetahui sikap dan kepatuhan Suster Lucia dapat
memahami fakta bahwa pertemuan ini terjadi, tanpa didahului oleh prosedur yang
biasa, jelas merupakan sesuatu yang tidak biasa. Acara ini diabadikan secara
tertulis dengan sangat rinci dan tidak pernah ditolak.
Lebih dari ini saya percaya bahwa tidak ada orang lain yang
akan tahu, karena Suster Lucia sudah meninggal dan Jessica tidak akan membiarkan
sepatah kata pun disampaikan kepada siapa pun tentang rahasia itu.
Kisah kunjungan itu, yang ditulis oleh penasihat spiritual,
dapat ditemukan dalam buku Pastor Flavio Ubodi, Civitavecchia, 25 anni con Maria [Civitavecchia, 25 Years With Mary].
Setelah pergi berziarah ke Fatima bersama keluarga Gregori
(Fabio, Annamaria, Jessica, dan Davide, bersama saya, yang menceritakan kisah
ini), pada 15 Juni 1996, kami pergi ke Coimbra, khususnya ke Carmel of Coimbra,
karena kami tahu bahwa di antara biarawati-biarawati lainnya tinggallah visiuner
tertua Fatima, yaitu Lucia.
Kita memiliki keinginan yang besar untuk melihat Jessica dan
bertemu dengannya, secara alami karena pengalaman mistik, penampakan dan
pesan-pesan Bunda Maria di Civitavecchia.
Tak satu pun dari kami yang pernah ke Coimbra sebelumnya.
Kami meminta petunjuk dan pada akhirnya kami menemukan biara Carmel itu. Itu
setelah jam 9 pagi dan kami menemukan bahwa tempat itu sudah tutup. Kami
membunyikan interkom di pintu dan segera mendapat kesempatan untuk menjelaskan
siapa dan apa yang kami inginkan. Setelah menunggu sangat lama, kami diberi
tahu bahwa kami dapat memasuki gereja, bahwa mereka akan mengizinkan kami untuk
merayakan Misa Kudus, tetapi tidak diizinkan bagi kami untuk membiarkan kami
berbicara langsung dan sendirian dengan Suster Lucia.
Ketika kami pergi ke sakristi, Suster sakristan memberi saya
instruksi untuk perayaan Misa yang, katanya kepada saya, akan dihadiri oleh
seluruh Komunitas, termasuk si visioner. Lebih jauh lagi, dengan penuh
keyakinan, dia menunjukkan sebuah tempat Paduan Suara, dimana para biarawati
akan tinggal, yang akan ditempati oleh Suster Lucia.
Tempat Paduan Suara itu di sebelah kanan tempat kudus, yaitu
di sebelah kiri selebran sebagai kelanjutan dari tempat kudus itu sendiri, yang
dipisahkan oleh kisi-kisi dan tirai yang sesuai yang dibuka di kedua sisinya
pada saat itu, saat Perayaan Misa.
Dari altar, saya dapat melihat dengan jelas di bagian bawah
paduan suara, adanya Suster Lucia, yang kemudian juga membedakan dirinya pada
saat pembagian Komuni Suci.
Secara alami, saya dapat berbicara sebanyak yang saya pikir
pantas selama homili dan pada saat-saat ketika liturgi mengizinkannya, sebelum
dan sesudahnya, untuk menjelaskan dengan sedetail mungkin siapa kami dan
mengapa kami ada di sana.
Tidak ada yang mengganggu saya atau menghalangi saya dengan
cara apa pun. Saya percaya bahwa hanya kita dan para biarawati yang hadir dalam
Misa Kudus itu.
Setelah Ekaristi, mereka mengajak kami ke sebuah pertemuan
dengan seluruh Komunitas di ruang tamu, dengan cahaya yang terang. Kami hanya
dipisahkan oleh pembatas dalam gaya kebiasaan Carmel. Mereka memberi tahu kami
bahwa Suster Lucia ada di antara para biarawati tetapi kami harus menebak sendiri
dimana dia berada dan yang mana dia... Hal itu tidak sulit sama sekali.
Kami mulai bertukar pertanyaan dan jawaban. Saya tidak ingat
berapa banyak waktu yang dihabiskan dengan cara ini, tetapi semuanya terjadi
dengan tenang. Satu-satunya topik yang dibahas adalah kedatangan Bunda Maria
dan pesan-pesannya, peristiwa Fatima dan Civitavecchia.
Di akhir pertemuan, kami mendekati pembatas, dan ada
kesempatan untuk lebih mempersonalisasi hubungan timbal balik kami. Di sana,
agak jauh terpisah, ada juga kesempatan untuk pertemuan yang sangat pribadi
antara Jessica dan Sister Lucia.
Saya tidak mendengar apa pun dari apa yang mereka katakan
satu sama lain. Tetapi saya dapat meyakinkan Anda bahwa kita semua keluar dari
pertemuan itu dengan penuh rahmat dan sukacita. Kami sangat puas dengan
kunjungan dan hak istimewa yang telah diberikan kepada kami, yang jelas telah
diatur dalam rencana Tuhan. Dan itulah yang bisa saya katakan dalam hal ini.
LifeSite: Apakah Anda tahu, apakah Jessica akan pernah mengungkapkan
kepada dunia kata-kata peringatan rahasia Fatima?
Uskup Agung Viganò: Jawabannya sangat sederhana: pasti tidak pernah!
LifeSite: Bunda Maria Civitavecchia juga pernah menyatakan: "Setan menguasai seluruh umat manusia,
dan sekarang dia berusaha menghancurkan Gereja Tuhan melalui banyak imam."
Apakah Anda ingin mengomentari kalimat ini?
Uskup Agung Viganò: Komentar saya, apa pun, akan bersifat berlebihan. Marilah
kita menerima peringatan yang sangat serius dari Bunda Maria ini: “Aku
memberimu kabar yang menyakitkan. Setan mengambil alih seluruh umat manusia,
dan sekarang ia berusaha menghancurkan Gereja Allah melalui banyak imam ...
Setan tahu bahwa waktunya sudah hampir habis, karena Putraku Yesus akan turun
tangan. Saya mohon, tolonglah saya; jangan biarkan Putraku turun tangan, karena
aku, Ibumu, ingin menyelamatkan banyak jiwa dan membawanya kepada Putraku dan
tidak menyerahkannya kepada Setan. Berdoalah agar Allah, Bapa kita, akan
memberi saya waktu lagi, karena ini adalah periode terakhir yang diberikan
kepadaku oleh Allah. Mantelku sekarang terbuka untuk kalian semua, dalam
keadaan penuh rahmat, untuk menempatkan kamu semua dekat dengan Hatiku Yang Tak
Bernoda. Mantel ini akan ditutup; dan Putraku akan melepaskan pengadilan ilahi-Nya.
Bahaya besar membayangi Bapa Suci, serangan keji oleh Setan.” (30 Juli
1995).
LifeSite: Bunda Maria juga meminta umat Katolik Italia untuk mengkonsekrasikan
diri mereka kepada Hati Yang Tak Bernoda. Apakah Anda berpikir bahwa ‘penyerahan
hati’ baru-baru ini kepada Hatinya yang Tak Bernoda seperti yang dilakukan oleh
para uskup Italia, telah memenuhi standar itu?
Uskup Agung Viganò: Jawaban ini juga sangat sederhana: tidak! Di Tempat Suci Maria Caravaggio, pada hari pertama dalam bulan,
yang secara tradisional didedikasikan untuk Bunda Maria, tidak ada sama sekali tindakan
‘penyerahan hati’ ini - jangan dikacaukan dengan tindakan konsekrasi. Pada
malam tanggal 1 Mei, ketika upacara itu seharusnya diadakan di Tempat Suci itu,
gereja disitu dalam keadaan gelap. Hal itu dicatat sejak beberapa hari
sebelumnya dan disiarkan secara ulang. Malam itu Italia sama sekali tidak ‘diserahkan’
kepada Maria dengan partisipasi penuh doa dari orang-orang - apalagi orang-orang
tertahbis (klerus)! Bagaimana mungkin para gembala Gereja bisa membuat tipuan
seperti itu terhadap Maria?
Saya ingin menyampaikan permohonan yang tulus dari Fabio
Gregori: “Saya mohon: menangislah, mohonlah agar Gereja Italia, Jantung
Kekristenan, Tahta Petrus, juga mau melakukan konsekrasi kepada Hati Maria Yang
Tak Bernoda. Bunda Maria telah meminta hal ini selama 25 tahun. Jangan takut
untuk mendengarkan Bunda kita, mari kita membuat tindakan kepatuhan kepada
Surga, tindakan iman yang rendah hati. Mari kita menjadikan diri kita anak-anak
yang mempercayai Ibu mereka ... Mari kita tidak membiarkan Ibu kita menangis
karena begitu banyak jiwa yang mati karena tidak bersedia mendengarkannya.
Berapa banyak sih biaya yang kita keluarkan untuk meminta pertolongan Bunda
kita?”
LifeSite: Tampaknya pesan Bunda Maria Civitavecchia juga merupakan
salah satu harapan. Bisakah Anda memberi tahu kami caranya?
Uskup Agung Viganò: Pesan terakhir, yang diberikan pada 23 Desember 2018, bagi
saya tampaknya merupakan jawaban terbaik untuk pertanyaan itu. Pada hari itu,
di Tempat Suci Maria itu, di gereja paroki St. Agustinus, Perawan Suci
menampakkan diri kepada Fabio dan Annamaria selama Misa Kudus, dan menyampaikan
pesan ini. Mari kita dengarkan beberapa bagiannya:
Gereja Yesusku dikaburkan oleh asap Setan dan banyak orang
yang telah dikuduskan (imam-imam), yang dipanggil untuk mewartakan Firman-Nya,
telah jatuh ke dalam perangkap Setan, sama seperti Yudas juga jatuh! Tetapi
Yesus mengasihi mereka dan berharap akan pertobatan dan keselamatan mereka.
Kepada kamu, para imam, Kami telah mempercayakan tugas: untuk
bersaksi tentang Kebenaran, Yesus Kristus, sampai titik kenaikan ke Kalvari dan
dipaku di kayu Salib bersama-Nya. Kamu diminta untuk memberikan kesaksian
tentang apa yang telah Kami percayakan kepadamu, untuk selalu setia dan taat
kepada Gereja Putraku Yesus, memberikan kesaksian tentang Kebenaran dan menolak
Kebohongan ...
Dia memintamu untuk memanggul Salib. Jalannya akan panjang,
berliku dan penuh penderitaan, tetapi kemudian terang Tuhan akan bersinar, dan kamu
harus memberikan kesaksian akan terang ini dalam kehidupan sehari-hari dengan melalui
perkataan dan kehidupanmu.
Jadilah pembawa kasih selalu, bijaksana dan berhati-hati dalam
upaya mengetahui bagaimana membedakan jebakan Setan. Selalu bebas dari semua
kompromi manusia dan selalu mendengarkan Tuhan yang berbicara dalam keakraban hatimu.
Selalu menjadi garam dunia, terang dunia, bertumbuh di dalam kebajikan Keluarga
Suci Nazareth, sehingga setiap keluarga manusia dapat menerima melalui kesaksian
kita, jalan iman, harapan dan kasih. Dan Tritunggal Mahakudus akan mendirikan
kembali keluarga Allah yang sejati dan baru yang didirikan oleh-Nya.
LifeSite: Patung Bunda Maria yang menangis awalnya telah dibeli di
Medugorje. Apakah Anda melihat hubungan yang lebih dalam antara dua tempat dan
penampakan ini?
Uskup Agung Viganò: Banyak orang telah mencoba merenungkan hubungan antara dua
realitas ini, mulai dari bahan asal patung yang menangis dan yang kedua,
identik dengan yang pertama. Keluarga Gregori, sebagai penjaga dari seluruh
peristiwa, selalu sangat tegas dalam menghindari tindakan manipulasi. Mereka
selalu bersaksi tentang apa yang mereka terima di dalam pesan, dan di dalamnya
ada referensi eksplisit hanya kepada peristiwa Fatima dan tidak kepada peristiwa
lain. Adapun tanda-tanda eksternal, patung-patung yang merupakan objek dari
fenomena yang tak dapat dijelaskan ini, tidak hanya ada dua patung Perawan
Maria, tetapi juga patung Bunda Maria dari Fatima, gambar Padre Pio, dan bahkan
alam lingkungan di sekitar gua kecil itu. Oleh karena itu, untuk melacak
peristiwa di Civitavecchia kembali kepada keterkaitan dari bahan asal patung (Medugorje),
tampaknya hal itu agak dipaksakan.
LifeSite: Bisakah Anda memberi tahu kami tentang sikap Paus Yohanes
Paulus II terhadap Civitavecchia?
Uskup Agung Viganò: Kita telah merujuk pada minat awal Paus, dan pada
penghormatannya terhadap patung Bunda Maria. Kita dapat menambahkan bahwa Uskup
Grillo juga telah memberi kesaksian di depan umum beberapa kali secara terbuka
tentang kunjungan [Paus] ke Pantano. Fakta ini juga dapat disaksikan oleh
petugas polisi yang diberi “Monza 500” (kode radio yang digunakan pada saat itu
untuk mengumumkan pengawalan yang harus melakukan perjalanan penyamaran), dan
karena penasaran mereka menunggu untuk melihat siapa orang itu. Mereka tidak
dapat bersaksi secara formal karena mereka terikat pada kerahasiaan
profesional. Tentu saja jika investigasi dilakukan dengan izin yang diperlukan,
tidak akan sulit untuk mengkonfirmasi kebenaran fakta. Bahkan di antara para
imam di keuskupan setempat ada beberapa orang yang tahu kebenaran dengan sangat
baik; sayangnya iklim sosial tidak selalu menguntungkan untuk memberikan
kesaksian yang dirasakan tidak nyaman.
LifeSite: Salah satu pendukung Civitavecchia adalah Pastor Gabriele
Amorth. Apakah Anda tahu lebih banyak tentang ini dan apa yang dia ketahui
tentang Civitavecchia?
Uskup Agung Viganò: Pastor Amorth sangat percaya pada kebenaran peristiwa
penampakan itu. Dalam hal ini saya ingin memberi kesempatan kepada jurnalis
Antonio Socci, yang, selain peristiwa Fatima, juga belajar dengan hati-hati sesuatu
yang berhubungan dengan Patung Bunda Maria dari Civitavecchia.
Dia menulis demikian pada tahun 2007: “Semua orang bisa mengingat sikap skeptis awal yang amat kuat dari
uskup, Mgr. Grillo. Di halaman buku hariannya yang dia terbitkan, dia
menceritakan bahwa pada 13 Maret [1995] dia menerima panggilan telepon dari pastor
pengusir setan terkenal dari keuskupan Roma, Pastor Gabriele Amorth (seorang
pejabat sejati, yang juga adalah teman Padre Pio ).
Pastor Amorth meminta kepada
uskup (Mgr. Grillo) agar memiliki iman, “karena peristiwa itu telah diketahui olehnya
sejak musim panas sebelumnya, dari suatu jiwa yang secara spiritual dibimbing olehnya,
bahwa sebuah patung Bunda Maria akan menangis di Civitavecchia dan bahwa tanda
ini tidak akan menjadi pertanda baik bagi Italia, dan karenanya pantas bagi
semua orang untuk melakukan penebusan dosa dan untuk banyak berdoa.”
Uskup Grillo mencatat bahwa
dia tidak percaya kepadanya (Pastor Amorth) dan kemudian dia membicarakannya
dengan saudara perempuannya, Grazia, dengan aksen yang ironis. Akan tetapi
saudara perempuannya itu merasa sedih, dan keesokan harinya, pada tanggal 15
Maret 1995, pada jam 8:15 pagi, setelah misa, dengan mengingat perkataan Pastor
Amorth, Grazia mengungkapkan keinginannya
untuk berdoa di depan patung, yang telah disimpan selama berhari-hari di lemari
uskup Grillo. Uskup Grillo setuju, dan bersama-sama dengan yang lain mulai mendaraskan
doa "Salam Ratu Suci." Pada kalimat, “Oh pembela yang murah hati, arahkanlah
pandangan matamu yang penuh belas kasih kepada kami," tiba-tiba patung itu
mulai menangis darah lagi, untuk keempat belas kalinya, tetapi kali ini patung
itu sedang berada di tangan uskup yang sangat skeptis itu."
Banyak kali Pastor Amorth pergi berdoa di Civitavecchia dan
juga mengunjungi keluarga Gregori. Ketika dia mendekati kematiannya, Pastor
Gabriel Amorth mengirimkan salam kepada keluarga Gregori dan meminta mereka
untuk mendoakannya.
Di Civitavecchia, seperti di Fatima, Bunda Maria telah banyak
mengungkapkan dirinya, tetapi laporan pesan pewahyuan ini tidak diketahui
secara keseluruhan karena banyaknya ketidaktaatan dan ketidaksetiaan para pastor.
Peristiwa di Civitavecchia adalah bagian dari rencana Tuhan, yang ingin
menyelamatkan Gereja dan seluruh umat manusia melalui Maria, Yang Selalu Menjadi Pemenang,
sebagaimana St. Maximilian Kolbe suka menyebutnya, Musuh Yang Kekal dari Setan, seperti juga julukan yang diberikan
oleh Paus Pius IX Terberkati kepada Bunda Maria.
Semoga Gereja, di dalam diri Sisa Pasukan Gereja yang kecil dan
militan, terus berjuang dan melawan, pantang menyerah pada segala kompromi
dengan dunia dan Pangeran dunia; Sisa Gereja yang bersikap tidak peduli terhadap
pengakuan orang lain, yang tidak pernah mencari pujian, yang selalu terpaku
kepada Tuhan, seperti Maria, menyatu di dalam Dia dan selalu setia kepada-Nya.
Saya ingin menyimpulkan dengan kata-kata Paus Pius XII: "Anda, berlutut di kaki Ratu Yang Tak
Bernoda, harus rela untuk tidak beristirahat sampai Anda melihat dia berkuasa
atas segalanya dan atas semua orang, pertama-tama dalam diri Anda sendiri, dan kemudian
pada orang-orang di sekitar Anda, dalam keluarga, kelas dan kelompok sosial dan
dalam semua kegiatan pribadi dan publik." (7 September 1954)
"Tingkatkanlah, anak-anakku
yang terkasih, para pelopor suci dari pasukan yang heroik, yang tindakannya, atas
kehendak Allah, dapat mempersiapkan kemenangan dan kemuliaan yang hampir tidak
bisa dibayangkan." (18 Februari 1958)
Diterjemahkan
kedalam bahasa Inggris oleh Giuseppe Pellegrino
*****
Katekismus Gereja Katolik
Ujian Akhir bagi Gereja
675.
Sebelum kedatangan Kristus, Gereja harus mengalami ujian terakhir yang akan
menggoyahkan iman banyak orang. Penghambatan, yang menyertai penziarahannya di
atas bumi, akan menyingkapkan "misteri kejahatan". Satu khayalan
religius yang bohong dan memberi kepada manusia satu penyelesaian semu untuk
masalah-masalahnya sambil menyesatkan mereka dari kebenaran. Kebohongan
religius yang paling buruk datang dari Anti-Kristus, artinya dari mesianisme
palsu, di mana manusia memuliakan diri sendiri sebagai pengganti Allah dan Mesias-Nya
yang telah datang dalam daging.
676.
Kebohongan yang ditujukan kepada Kristus ini selalu muncul di dunia, apabila
orang mengkhayalkan bahwa dalam sejarahnya mereka sudah memenuhi harapan
mesianis, yang hanya dapat mencapai tujuannya sesudah sejarah melalui
pengadilan eskatologis. Gereja telah menolak pemalsuan Kerajaan yang akan
datang, juga dalam bentuknya yang halus, yang dinamakan
"milenarisme", tetapi terutama bentuk politis dari mesianisme sekular
yang secara mendalam bersifat salah.
677. Gereja
dapat masuk ke dalam kemuliaan Kerajaan, hanya melalui Paskah terakhir ini, di
mana ia akan mengikuti Tuhannya dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Kerajaan
itu tidak akan terwujud dalam kemajuan yang terus-menerus oleh kemenangan
historis Gereja, tetapi oleh kemenangan Allah dalam perjuangan akhir melawan
yang jahat. Dalam kemenangan ini pengantin Kristus akan turun dari surga.
Sesudah keguncangan kosmis yang terakhir dunia ini yang akan lenyap, maka dalam
bentuk pengadilan terakhir akan terjadi kemenangan Allah atas pemberontakan si
jahat.
*****
No comments:
Post a Comment