USKUP AGUNG VIGANÒ: MENGENALI MASALAH-MASALAH YANG ADA DALAM KV II SANGATLAH
PENTING UNTUK MENGATASI KRISIS SAAT INI
Dalam sepucuk surat kepada seorang
biarawati, uskup agung Viganò mengatakan bahwa sangatlah ‘penting’ untuk menyadari
bahwa krisis yang terjadi saat ini adalah karena ‘metastasis kanker konsilier
(KV II).’
Mon Jun 1,
2020 - 12:42 pm EST
·
·
ROMA, Italia, 1 Juni 2020 (LifeSiteNews) - Dalam surat menyurat dengan
seorang biarawati yang baru-baru ini diterbitkan, Uskup Agung Carlo Maria
Viganò berpendapat bahwa Konsili Vatikan Kedua merupakan akar dari tantangan
besar saat ini, yang melibatkan Gereja dan dunia, termasuk krisis yang berkembang
dari pandemi coronavirus. Mantan Apostolik Nuncio untuk Amerika Serikat ini mengatakan
bahwa memahami peran Konsili Vatikan II sangatlah penting untuk memerangi
musuh-musuh Gereja saat ini.
“Saya percaya bahwa poin penting untuk melakukan peperangan
rohani, doktrinal, dan moral secara efektif melawan musuh-musuh Gereja adalah
keyakinan bahwa krisis saat ini adalah metastasis kanker konsili,” tulisnya
dalam surat tertanggal 29 Mei 2020.
“Jika kita belum memahami hubungan sebab akibat antara Konsili
Vatikan II dan konsekuensinya yang logis dan perlu selama enam puluh tahun
terakhir,” kata Viganò, “tidak mungkin untuk mengarahkan kemudi Gereja kembali
ke arah yang diberikan kepadanya oleh Pengemudi llahinya, dalam perjalanan
Gereja yang telah dipertahankan selama dua ribu tahun ini.
Mengikuti Konsili Vatikan II, Viganò berkata, “mereka mengajari
kita dengan ungkapan penuh kebencian 'tidak ada jalan untuk kembali' berkenaan
dengan Liturgi, Iman, ajaran moral, silih, asketisme.”
Sekarang, “kita mendengar ungkapan yang sama yang dengan
kasar diulang-ulang di ruang publik, di mana berbagai upaya dilakukan untuk
mengindoktrinasi massa bahwa‘ tidak ada yang akan menjadi sama seperti
sebelumnya.“
Jadi, menurut mantan Apostolik Nuncio itu, "Paham modernisme
dan Covid-19 adalah bagian dari merek dagang yang sama." Bagi orang-orang yang “selalu memandang
ke arah yang transenden, tidaklah sulit bagi
mereka untuk
memahami bahwa ketakutan terbesar dari orang-orang yang ingin agar kita
percaya bahwa perlombaan menuju jurang maut tidak dapat dihindari dan tidak
terhentikan adalah bahwa kita tidak akan mempercayai mereka, mengabaikan
mereka, dan bisa membuka
kedok konspirasi mereka."
Pada tanggal 8
Mei 2020, Uskup Agung Viganò telah merilis sebuah “Himbauan untuk
Gereja dan dunia bagi umat Katolik dan semua orang dengan niat baik,” yang juga
ditandatangani oleh Kardinal Gerhard Müller, mantan Prefek Kongregasi untuk
Ajaran Iman, dan beberapa kardinal dan uskup lainnya..
Di dalamnya, Uskup Agung Viganò mengatakan bahwa ada “alasan
untuk percaya, berdasarkan data resmi tentang kejadian epidemi yang terkait
dengan jumlah kematian, bahwa ada kekuatan-kekuatan yang sangat tertarik untuk
menciptakan kepanikan di antara populasi dunia dengan satu-satunya tujuan,
secara permanen: memaksakan bentuk pembatasan, yang tidak dapat diterima, atas kebebasan,
mengontrol orang-orang dan melacak seluruh pergerakan mereka. Pengenaan
langkah-langkah yang tidak liberal ini merupakan awal yang mengganggu bagi terbentuknya
pemerintahan tunggal dunia yang berada di luar kendali siapa saja.”
Setelah penerbitan surat Himbauan dari Uskup Agung Viganò, seorang suster religius dari
sebuah biara tertutup, yang tak disebutkan namanya, menghubungi uskup agung.
Baik tanggapan Uskup Agung Viganò dan surat awal suster religius itu pertama kali diterbitkan
oleh jurnalis Italia dan pakar Vatikan, Marco Tosatti. Surat itu direproduksi secara penuh di bawah ini.
Uskup agung itu juga menyebutkan dalam suratnya 29 Mei 2020 tentang
adanya “bentrokan besar antara yang Baik dan yang Jahat, antara para putra Terang
dan para putra Kegelapan.”
Tanpa menyebut nama, dia mengatakan bahwa para pejabat "tingkat
tinggi Hierarki" telah "secara terbuka menempatkan diri mereka dalam
pelayanan kepada Pangeran dunia ini, menerima tuntutan-tuntutan yang diminta oleh
PBB demi kepentingan agenda kaum globalis, persaudaraan Masonik, paham ekologisme
Malthus, serta masalah pengungsi."
Dia berpendapat bahwa "sebuah agama tunggal dunia yang
tak memiliki dogma atau pun moral, sesuai dengan keinginan Freemasonry"
saat ini sedang diciptakan. Berbicara tentang Paus Francis, Viganò mengatakan,
“jelas bahwa Bergoglio, bersama dengan mereka yang ada di belakangnya dan
mendukungnya, bercita-cita untuk memimpin parodi Gereja Kristus yang suram
ini.”
“Lihatlah, betapa terbukanya para pendukung pemerintahan
dunia dan elite yang ingin memaksakan tirani mereka kepada rakyat saat ini dapat
dilihat; lihatlah bagaimana, bersama dengan mereka, suatu neo-paganisme (lihat
Pachamama) juga secara terbuka mengungkapkan dirinya sebagai lengan keagamaan
dari tirani ini, yang didefinisikan oleh beberapa orang sebagai kemurtadan
hijau,” tulisnya.
Selain menyerahkan segalanya kepada Yesus Kristus dan Bunda
Maria, Viganò juga memiliki saran praktis sebagai "tugas kita, hari
ini." Dia menyerukan kepada orang-orang yang sudah memahami
masalah-masalah di dalam Gereja dan dunia “untuk membuka mata banyak orang,
baik klerus dan kaum religius, yang belum memiliki gambaran secara keseluruhan,
yang membatasi diri mereka dalam melihat kenyataan hanya sebagian dan dengan cara
yang terputus-putus."
Viganò yakin bahwa "segera setelah kami membantu mereka
memahami mekanismenya, mereka akan memahami segala hal yang lainnya."
“Adalah mungkin untuk
kembali, Suster,” kata uskup agung itu menyimpulkan suratnya, “adalah mungkin
untuk melakukannya sedemikian rupa sehingga barang yang diambil secara curang
dari kita dapat dipulihkan: tetapi hanya dalam koherensi doktrin, tanpa
kompromi, tanpa menghasilkan kepentingan pribadi, tanpa oportunisme."
Uskup Agung Viganò telah hidup dalam persembunyian sejak
suratnya pada Agustus 2018 yang menuduh Paus Francis tidak menerapkan sanksi (oleh
paus sebelumnya) yang diberikan kepada Kardinal Theodore McCarrick.
McCarrick, yang dari tahun 2000 hingga 2006 adalah Uskup
Agung Washington, DC, dinyatakan bersalah oleh Kongregasi untuk Ajaran Iman
pada tahun 2019 atas “permohonan dalam Sakramen Pengakuan Iman, dan dosa-dosa
terhadap Perintah Keenam (melakukan pencabulan) terhadap anak di bawah umur dan
dengan orang dewasa, dengan faktor yang memberatkan yang berupa penyalahgunaan
kekuasaan."
Namun, beberapa anggota hierarki sudah
tahu tentang kejahatan McCarrick, termasuk Paus Benediktus, yang menjatuhkan
sanksi kepadanya. Menurut Viganò, “Kardinal McCarrick
seharusnya meninggalkan
seminari di mana dia tinggal, dia
dilarang untuk merayakan Misa di depan umum, untuk berpartisipasi dalam
pertemuan-pertemuan publik, memberikan ceramah, melakukan perjalanan, dengan
kewajiban mengabdikan dirinya untuk kehidupan doa dan penebusan dosa."
Seorang suster religius menulis surat kepada
Uskup Agung Viganò.
Dua buah surat.
Reprinted with permission from Marco
Tossati’s website.
Yang Mulia Monsinyur Carlo Viganò,
Saya adalah seorang suster religius, dan saya menulis kepada
Anda setelah percakapan saya dengan Bapa rohani kami. Pembicaraan kami
berkaitan dengan "Himbauan" terbaru Anda yang telah tersebar ke
seluruh dunia untuk membangkitkan hati nurani semua orang tentang bahaya yang
akan terjadi di bawah topeng kedaruratan "coronavirus."
Dan cukup menarik untuk dicatat bahwa bahkan orang-orang yang
tidak percaya pun merasa terkejut atas jalannya peristiwa-peristiwa yang lalim
saat ini. Situasinya semakin luar biasa, tetapi strategi yang digunakan oleh
Bergoglio dan pasukan yang bersekutu dengan dia menggunakan teknik isolasi dan
disintegrasi kelompok apa pun yang mungkin bisa membentuk kekuatan balasan.
Saya menyebutnya "kontra-kekuatan" karena kata "perlawanan"
bagi saya terlalu "manusiawi" dan agak tidak memadai.
Kemungkinan besar bahwa dalam waktu dekat persiapan bagi manifestasi
Antikristus akan semakin dipaksakan dan menindas, juga karena langkah-langkah
yang akan diambil oleh Bergoglio sendiri sebagai persiapan. Tujuannya, jelas,
adalah untuk menghilangkan "kepala panas" – yaitu mereka yang dianggap
subversif dan yang menghalangi rencana yang telah dirancang dan yang sekarang tidak
lagi menunggu apa pun, selain untuk sepenuhnya direalisasikan. Kekhawatiran
yang saya ungkapkan ini kepada Bapa rohani kami adalah kenyataan bahwa tidak
ada "organisasi tandingan" terutama di dalam "Gereja yang sejati"
yang bisa menjadi semacam "Gereja klandestin" yang mampu memobilisasi
dirinya secara terkoordinasi sejauh hal ini dimungkinkan. Langkah selanjutnya
[dari Bergoglio] akan secara khusus ditujukan untuk melumpuhkan segala jenis
pemberontakan dan perlawanan, sejalan dengan "strategi" pengucilannya
dan tindakan yang mustahil dilakukan (sebuah strategi yang tidak lagi
tersembunyi bagi kami).
Sebagai seorang biarawati dalam sebuah biara tertutup, saya
percaya pada “strategi” yang sangat berbeda - strategi supernatural - yang
terutama luput dari perhatian pasukan yang paling terorganisir dan totaliter.
Tetapi masalahnya adalah bahwa waktu bagi saya tampaknya sangat singkat. Dan
dalam hal ini, saya dengan senang hati memberi tahu Anda bahwa Bunda kita (Mother Abbess) sering membacakan kepada kami di meja, dari tulisan-tulisan
Anda yang sangat jelas dan baik. Setiap kali suara kejujuran dan kasih untuk
Kristus dan Gereja-Nya didengar, orang tidak bisa tidak mesti akan mengakui
kebenarannya.
Bapa rohani kami menyarankan kepada saya bahwa saya harus
menulis renungan ini kepada Anda, mendorong Anda untuk terus maju. Saya memberi
tahu Anda bahwa saya bukanlah seorang mistikus atau bahkan seorang kudus,
tetapi saya berbicara atas nama banyak ‘suara bisu’ lainnya di dalam Gereja, untuk
memberi tahu Anda bahwa Anda tidaklah sendirian dan bahwa pertempuran baru saja
dimulai.
Melihat para penanda-tangan surat Himbauan itu, bagi saya
tampaknya ada banyak kemungkinan untuk bekerja menciptakan semacam koordinasi, untuk
“maju bersama” sebagai pasukan kecil Immaculata (... dan saya juga menyertakan
di sini orang-orang yang tidak percaya sebagai "Anggota potensial"
dari pasukan yang sama, bahkan meski tanpa mereka sadari). Jika Santo
Maximilian Mary Kolbe menyebut Bunda Maria sebagai Bunda “Yang Selalu Menang,”
juga benarlah bahwa Keputusan dari Paus Pius IX secara otoritatif menyatakan bahwa
Bunda Maria sebagai “Musuh Abadi” dari iblis. Dan Anda tahu lebih baik dari
saya, bahwa pertempuran yang saya maksudkan disini: karena pertaruhan
sesungguhnya dalam pertempuran ini adalah keselamatan kekal dari banyak jiwa.
Maka, surat yang hina dari saya ini ingin menjadi dorongan
kecil bagi Anda untuk tidak menyerah dan juga untuk melanjutkan dialog yang
konstruktif dengan sedikit klerus dan religius yang masih baik, yang menderita
karena alasan yang sama. Tentu akan ada banyak inspirasi dari Roh Kudus pada jiwa-jiwa
ini di dalam kolaborasi yang erat. Adapun segala fitnah, kesalahpahaman, dan
berbagai serangan pribadi dari banyak klerus yang membuat Anda menderita, ini
semua adalah hal-hal yang telah Anda ketahui secara pribadi dan yang menjadi perhiasan
yang ditata dengan baik bagi mahkota yang telah menanti Anda ... tetapi itu
adalah "mahkota" yang belum selesai: Yang Tak Bernoda ingin
menempatkan sendiri perhiasan yang paling berharga bagi mahkota Anda.
Saya ingin menyimpulkan surat saya dengan merujuk pada
mukjizat terkenal yang dikaitkan dengan Santa Clare, yang membuat orang-orang
Saracen yang sudah berada di dinding biaranya, melarikan diri dan tidak pernah
kembali. Mukjizat itu terjadi sebagai hasil dari imannya - dia yang dijuluki sebagai
"Jejak Bunda Allah" yang paling setia - dan itu adalah karena kasihnya
kepada Sakramen Mahakudus, Terang Sejati, untuk melawan segala jenis kegelapan.
Saya mengatakan ini karena "ini" adalah "kekuatan" yang
kita percayai dan yang sangat ditakuti oleh para musuh kita. Mukjizat itu
terjadi hanya pada saat terakhir, ketika semua harapan manusia telah terhapus.
Jika Kemenangan Hati Tak Bernoda tidak jauh, sekaranglah saatnya pertempuran
itu, dan dia yang adalah Pemimpin dan Co-Redemptrix ingin melihat kita
bertarung, menderita, dan memohon Kemenangannya, yang sudah berada di pintu gerbang.
Saya berterima kasih kepada Anda karena telah mendengarkan
saya dengan sabar, dan dengan rendah hati saya meminta berkat Anda atas diri saya
dan untuk seluruh komunitas saya. Tolong, ingatlah saya di dalam Misa Kudus
harian Anda.
In Corde Matris
Surat ini ditandatangani oleh
seorang Suster religius dari dalam biaranya.
29 May 2020
Saint Vigilius, Bishop and Martyr
***
Suster yang terkasih,
Terima kasih banyak atas surat Anda, yang saya baca dengan
penuh perhatian. Saya sepenuhnya bisa merasakan pemikiran dan perenungan Anda
yang jelas dan realistis tentang situasi krisis saat ini yang melibatkan Gereja
dan dunia.
Dengan pandangan supernatural, dikuatkan oleh Kitab Suci dan
berbagai pesan dari Bunda Maria, kita dapat memahami bahwa pada saat ini kita
dapat melihat dengan lebih jelas dimensi nyata dari bentrokan besar antara yang
Baik dengan yang Jahat, antara para putra Terang dan para putra Kegelapan. Apa
yang membuat orang benar-benar tersinggung adalah melihat bagaimana tingkatan
atas dari Hierarki Gereja secara terbuka menempatkan diri mereka untuk melayani
Pangeran dunia ini, mengadopsi tuntutan yang dibuat oleh PBB demi kepentingan agenda
kaum globalis, persaudaraan Masonik, paham ekologisme Malthus, serta imigrasi
... Apa yang sedang mereka ciptakan adalah sebuah agama tunggal dunia, tanpa
dogma atau pun moral, menurut keinginan dari Freemasonry ... jelas bahwa
Bergoglio, bersama dengan mereka yang ada di belakang dan mendukungnya,
bercita-cita untuk memimpin parodi Gereja Kristus yang suram ini.
Saya yakin Anda juga telah memperhatikan, Suster yang
terkasih, desakan dari begitu banyak Prelatus dan media Katolik tentang
perlunya sebuah Tata Dunia Baru: banyak Kardinal dan Uskup telah
membicarakannya, juga La Civiltà Cattolica, Vatikan News, Avvenire dan
L'Osservatore Romano, disertai dengan kesombongan orang-orang yang mampu
mengatakan hal-hal yang sebelumnya tidak pernah terdengar [di kalangan Katolik]
berkat perlindungan yang mereka nikmati [dari kepemimpinan hierarki]. Tetapi
jika dilihat lebih dekat, kemampuan orang-orang jahat itu untuk bergerak dan
bertindak, untuk menyembunyikan niat mereka, jauh lebih kecil daripada yang
dipikirkan sebelumnya: mereka begitu yakin telah mencapai tujuan mereka
sehingga mereka secara terbuka mengungkapkan niatan mereka dengan arogansi dan
kesombongan, mengesampingkan kehati-hatian dan kecerdikan yang sebelumnya
memungkinkan mereka untuk tetap tersembunyi.
Lihatlah betapa terbukanya para pendukung pemerintahan dunia
dan kaum elite yang ingin memaksakan tirani mereka kepada orang banyak, sekarang
dapat dilihat dengan mudah; lihatlah bagaimana, bersama dengan mereka, sebuah neo-paganisme
(lihat Pachamama) yang juga secara terbuka mengungkapkan dirinya sebagai lengan
keagamaan dari tirani ini, yang didefinisikan oleh beberapa orang sebagai
kemurtadan hijau. Kita tahu siapa saja mereka itu, apa yang memotivasi tindakan
mereka dan apa tujuan mereka: di belakang mereka selalu ada Pangeran dunia ini,
yang untuk melawannya, Ratu Kemenangan (Bunda Maria) memimpin milisi kita yang
babak belur, bersama dengan bala tentara Surgawi yang jauh lebih besar dan
mengerikan. Tetapi karena kita telah memilih sisi mana dan seperti apa yang
kita hadapi dalam medan pertempuran ini, maka kita tidak boleh takut, karena
Tuhan kita telah menaklukkan, sementara Dia menawarkan kepada kita kesempatan
berharga untuk mengukir bagi diri kita sendiri mahkota yang sangat mulia di
zaman apokaliptik ini.
Saya percaya bahwa poin penting untuk secara efektif
melakukan pertempuran spiritual, doktrinal dan moral melawan musuh-musuh Gereja
adalah keyakinan bahwa krisis saat ini adalah akibat dari metastasis kanker
konsilier: Jika kita belum memahami hubungan sebab akibat antara Konsili Vatikan
II dan konsekuensi logis dan perlu selama enam puluh tahun terakhir, tidak akan
mungkin untuk mengarahkan kemudi Gereja kembali ke arah yang diberikan oleh Pengemudi
Ilahinya, dalam perjalanan Gereja yang telah dipertahankan selama dua ribu
tahun ini.
Selama berpuluh-puluh tahun mereka mengajari kita dengan berbagai
ungkapan penuh kebencian "tidak ada jalan untuk kembali" berkenaan dengan
Liturgi, Iman, pengajaran moral, silih, asketisme. Hari ini kita mendengar
ungkapan yang sama diulang-ulang secara kasar di ruang publik, di mana berbagai
upaya dilakukan untuk mengindoktrinasi massa bahwa ‘tidak ada yang akan menjadi
sama seperti sebelumnya.’ Jadi, menurut mantan Apostolik Nuncio itu, "Paham modernisme
dan Covid-19 adalah bagian dari merek dagang yang sama." Bagi orang-orang yang “selalu memandang
ke arah yang transenden, tidaklah sulit bagi
mereka untuk
memahami bahwa ketakutan terbesar dari orang-orang yang ingin agar kita
percaya bahwa perlombaan menuju jurang maut tidak dapat dihindari dan tidak
terhentikan adalah bahwa kita tidak akan mempercayai mereka, mengabaikan
mereka, dan bisa membuka
kedok konspirasi mereka." Ini adalah tugas kita, hari ini: membuka mata banyak orang,
baik klerus maupun religius, yang belum memiliki gambaran keseluruhan, dengan cara
membatasi diri mereka untuk memandang kenyataan hanya dengan cara yang sebagian
dan terputus-putus. Segera setelah kami membantu mereka memahami mekanismenya,
mereka akan mengerti segalanya.
Adalah mungkin untuk kembali, Suster yang terkasih, adalah
mungkin untuk melakukannya sedemikian rupa sehingga kebaikan yang diambil
secara curang dari kita dapat dipulihkan: tetapi hanya dalam koherensi doktrin,
tanpa kompromi, tanpa menghasilkan kepentingan pribadi, tanpa oportunisme.
Tuhan akan berkenan memberi kita bagian dalam kemenangan-Nya, bahkan jika kita
lemah dan tanpa sarana materi, hanya jika kita mau menyerahkan diri kita
sepenuhnya kepada-Nya dan kepada Bunda Kudus-Nya.
Saya mempercayakan diri saya pada doa-doa Anda dan doa-doa
rekan-rekan Anda, dan saya memberkati Anda dan seluruh komunitas Anda dari dalam
hati saya.
+ Carlo Maria Viganò, Archbishop
Translated by Giuseppe Pellegrino @pellegrino2020
*****
No comments:
Post a Comment