SETAHUN KEMUDIAN, FR. WEINANDY MEREFLEKSIKAN
SURAT PERTAMANYA KEPADA PAUS FRANSISKUS
November 2, 2018
(The
Catholic Thing)
Setahun yang lalu, saya mempublikasikan sebuah surat
yang saya tulis kepada Paus Francis, yang mengungkapkan keprihatinan saya
yang mendalam terhadap "kebingungan kronis" di dalam Gereja dan
bagaimana "ketidakjelasannya yang tampaknya disengaja itu beresiko berdosa
melawan Roh Kudus."
Segera setelah penerbitan surat itu, saya menerima lebih
dari 300 email dan lebih dari 40 surat _(sebagian besar dari Amerika Serikat,
tetapi cukup banyak juga yang datang dari banyak negara di seluruh dunia)_ -
yang semuanya, kecuali dua, adalah positif.
Selain itu, selama setahun terakhir saya menerima 100
email lain dan bahkan kartu Natal dari orang-orang yang tidak saya kenal - yang
semuanya, sekali lagi, positif. Sebagian besar tanggapan berasal dari orang
awam yang menyatakan dukungan mereka dan selalu berterima kasih kepada saya
karena telah mengungkapkan keprihatinan dan pemikiran mereka, dimana mereka
sendiri merasa tidak memiliki kemampuan untuk mengartikulasikannya, atau,
seandainya pun mereka mengungkapkannya, maka (suara) mereka tidak akan didengar
atau dianggap serius.
Selain orang awam, saya juga menerima tanggapan yang
signifikan dari akademisi Katolik dan, secara mengejutkan, dari lebih dari tiga
puluh uskup - yang semuanya positif. Dan ini belum termasuk sejumlah komentar
afirmatif dari awam, akademisi dan uskup, yang saya terima secara langsung
ketika berbicara pada atau menghadiri konferensi selama setahun terakhir.
Banyak yang menyatakan penyesalan mereka bahwa saya telah
menderita karena surat itu, tetapi sebenarnya, penderitaan saya tidak seberapa
dibandingkan dengan sukacita yang saya alami - senang mengetahui bahwa begitu
banyak umat beriman yang bersyukur dan senang atas apa yang telah saya lakukan.
Apa yang ingin saya tekankan dalam pesan singkat ini,
bagaimanapun, bukanlah pentingnya surat saya kepada Paus Fransiskus atau
tanggapan positif terhadap surat itu, tetapi bagi saya adalah signifikansi dari
apa yang Yesus lakukan bagi Gereja-Nya.
Para pembaca mungkin ingat bahwa, ketika saya berada di
Roma tahun lalu, saya menghabiskan banyak waktu dalam doa Santo Petrus mengenai
apakah saya harus mengartikulasikan keprihatinan dan kekhawatiran saya tentang
kepausan saat ini. Pada akhirnya, saya meminta tanda pada Yesus.
Jika Dia ingin saya menulis sesuatu, saya meminta agar Dia
mengizinkan saya, dalam jangka waktu sekitar lima jam, untuk bertemu dengan
seseorang yang saya kenal tetapi yang sudah bertahun-tahun tidak pernah bertemu
dengannya, dan bahwa saya tidak pernah berharap untuk melihatnya di Roma pada
saat ini. Orang itu tidak boleh berasal dari Amerika Serikat, Kanada, atau
Inggris Raya. Selain itu, dalam percakapan kami, orang itu harus mengatakan
kepada saya - "Teruslah menulis tulisan yang baik."
Itu adalah tanda yang sangat kompleks, dan saya percaya
sekarang bahwa tanda itu sendiri adalah inspirasi dari Roh Kudus, karena saya
sendiri tidak pernah bisa mengarang skenario yang rumit seperti itu. Yesus
memang memenuhi tanda itu dalam setiap bagiannya dan melakukannya dengan cara
yang sangat luar biasa, karena orang yang ia pilih untuk mewujudkan tanda itu
adalah seorang uskup agung.
Dua orang klerus, di depan umum, mengejek dan
mengolok-olok tanda itu dan pemenuhannya, tetapi di sini saya ingin
menyampaikan pendapat pribadi saya mengenai pentingnya hal itu - setidaknya
maknanya bagi saya.
Kenyataan bahwa Yesus menggenapi tanda yang saya minta,
memukul saya karena Yesus mengungkapkan kepeduliannya terhadap situasi yang
mengganggu, yang saat ini ada di dalam Gereja-Nya, yakni Tubuh-Nya sendiri.
Dari perspektif pribadi ini, saya berpikir bahwa, pada akhirnya, perhatian-Nya
yang penuh kasih terhadap Gereja-Nya, jauh melebihi saya, dan apa yang
dilakukannya jauh lebih penting daripada penulisan surat saya kepada Paus
Fransiskus.
Saya sampai pada pengertian bahwa surat saya itu hanyalah
sekedar catatan tentang keprihatinan yang Yesus nyatakan ketika Dia memenuhi
tanda saya. Orang lain mungkin memiliki penafsiran yang berbeda atau tidak
memiliki perspektif sama sekali, akan tetapi saya merasa ada manfaatnya jika
saya berbagi pemahaman saya sendiri ini.
Banyak hal telah terjadi di dalam Gereja selama setahun
sejak saya mengumumkan surat saya itu. Saya tidak perlu mengatakan lagi semua
kejahatan yang kini telah terungkap. Hal itu sudah diketahui secara umum.
Kekhawatiran dan keprihatinan yang saya nyatakan dalam surat saya dulu, lebih
relevan saat ini daripada tahun lalu.
Tubuh Kristus saat ini menderita lebih daripada itu - dan
saya takut bahwa penderitaan itu akan menjadi lebih hebat lagi. Selain itu, di
tengah-tengah apa yang telah diekspos, banyak komentar dan analisis telah
diterbitkan di surat kabar, jurnal, Internet, dan di blog, beberapa lebih baik
daripada yang lainnya, tetapi semuanya mencela situasi gerejani ini dan banyak
menawarkan jalan ke depan.
Bagi saya, apa yang paling mengganggu saat ini adalah
tanggapan dari gereja yang samar-samar, tidak pasti, dan sering kali acuh tak
acuh terhadap kejahatan, bukan hanya terhadap penyimpangan seksual yang
memalukan di antara para imam dan uskup, tetapi juga terhadap skandal
penghinaan terhadap ajaran moral dari Kitab Suci dan tradisi magisterial
Gereja.
Demikian juga, nampaknya hanya ada sedikit kesadaran atau
kepedulian terhadap penderitaan yang telah ditimbulkan oleh mentalitas ini
terhadap Gereja, terutama terhadap umat awam. Secara signifikan dan
menyedihkan, bahkan jika mereka yang memiliki otoritas memberikan tanggapan
yang memadai terhadap kejahatan yang ada mulai dari titik ini, hal itu tidak
akan cukup untuk membangun kembali kepercayaan yang telah dirusak oleh
kata-kata dan tindakan mereka di masa yang lalu.
Ya, banyak orang di posisi tinggi eklesial adalah pria
yang baik dan lurus, tetapi mereka bukanlah orang-orang yang saat ini sedang
didengarkan, atau yang membuat keputusan, atau mengatur nada suara gereja.
Saya, bagaimanapun, tetap penuh harapan. Saya berharap karena
saya tahu, banyak yang berdoa dan bahkan berpuasa untuk pembaruan iman di dalam
Gereja. Selain itu, saya yakin lebih dari satu tahun yang lalu, bahwa dengan
mengungkapkan semua kejahatan itu, Tuhan Yesus sedang dalam proses memurnikan
Tubuh-Nya, Gereja-Nya.
Dosa di dalam Gereja seringkali menakutkan dan
mengecewakan untuk dilihat. Maka adalah baik bagi kita untuk mengingat, bahwa
Api Roh Kudus dapat membakar, tetapi pembakarannya adalah untuk mencapai
kekudusan - dan itu menakjubkan untuk dilihat.
Diterbitkan dengan izin dari The
Catholic Thing.
No comments:
Post a Comment