API DI API PENYUCIAN BERASAL DARI API NERAKA
Saat dari pesta Santo Michael sampai Halloween, bagi saya,
selalu menjadi waktu untuk merenungkan neraka itu sendiri. Setelah semuanya
seperti jatuh mengendap di belahan bumi utara, orang cenderung merenungkan
akhirat sebagai hari-hari yang lebih pendek dan lebih gelap. Dan bukankah
Kristus berbicara tentang kebinasaan, sedikit? Dulu dikatakan bahwa Anda tidak
boleh makan blackberry setelah pesta Santo Michael, karena setan jatuh dari
Surga setelah hari itu, dan mendarat di semak-semak blackberry, mengutuki duri-durinya
dan dia buang air besar di atasnya. Sementara saat Halloween mendekat dan kami
bersiap untuk merayakan Hari Seluruh Jiwa, maka Api Penyucian juga muncul dalam
pikiran.
Sekarang kita bicara tentang Api
Penyucian. Itu bukanlah tempat
yang mudah. Itu adalah
tempat penyucian. Api Penyucian
- tempat di antara dunia ini dan Surga - adalah wilayah di mana Anda harus dibersihkan dari
semua kejahatan duniawi Anda sehingga Anda layak untuk menghadap Tuhan. Setiap
orang yang masuk ke Api
Penyucian akhirnya akan
masuk ke Surga. Tetapi sekali di Api Penyucian, Anda bukannya menunggu di
ruang tunggu yang nyaman. Anda terbakar. Anda
sedang menderita. Dan yang paling membuat frustrasi, semua doa Anda tidak akan
efektif bagi diri Anda
sendiri. Anda tidak dapat memohon belas kasihan Tuhan di sana. Anda
terjebak di sana sampai Anda dibersihkan oleh api.
Banyak
umat Katolik menyadari fakta-fakta ini. Namun apa yang tidak dimengerti oleh kebanyakan
umat Katolik adalah bahwa Api Penyucian adalah juga bagian dari api neraka. Renungkan
hal ini. Neraka digunakan untuk membakar kejahatan Anda. Jika Anda cukup jahat
untuk tidak mendapat rute langsung ke Surga ketika Anda mati, maka Anda harus
disentuh oleh neraka sebelum Anda dapat naik dan tinggal bersama dengan Tuhan
Anda.
Di
Api Penyucian, seperti halnya di dalam neraka, terdapat dua macam sakit - sakit
karena kehilangan dan rasa sakit itu sendiri. Sakit karena kehilangan terdiri
atas kehilangan waktu untuk bisa melihat Tuhan, yang merupakan Kebaikan Utama, sebuah
akhir yang maha indah bagi tempat mana jiwa kita diciptakan, seperti halnya mata
kita diciptakan adalah untuk melihat cahaya. Ini adalah kehausan moral yang sangat
menyiksa jiwa. Rasa sakit dari rasa, atau penderitaan yang dirasakan, adalah
sama dengan apa yang kita alami di dalam daging kita. Sifatnya tidak
didefinisikan oleh iman, tetapi menurut pendapat umum dari para Doktor Gereja bahwa
hal itu terdiri dari api dan jenis-jenis penderitaan lainnya. Api dari Api
Penyucian, kata para Bapa Gereja, adalah neraka, yang di dalamnya orang kaya yang
rakus berkata: Quia crucior in hac
flamma, “Aku menderita dengan sangat kejam di dalam api ini.”
–
From
Chapter IX of Purgatory: Explained by the Lives and Legends of the Saints
by Rev. Fr. F.X. Schouppe, S.J.
Pendapat ini, kata Fr. Schouppe, diberikan oleh
para teolog besar dan
bahkan para Bapa Gereja,
meskipun dia mengakui
bahwa ajaran mereka tentang hal ini tidaklah seragam. Namun,
ini adalah topik yang layak untuk diperiksa
lebih jauh.
Pernyataan berikut berasal dari orang-orang kudus Gereja, dimana semuanya akan
membuktikan bahwa api di dalam Api
Penyucian adalah api dari neraka
itu sendiri.
Hukuman
terbesar di Api Penyucian berada di tingkat pertama di atas kegelapan (neraka). Setan-setan dapat menyentuhnya di sana. Ada panas dan
dingin, kegelapan dan kebingungan, semuanya berasal dari hukuman neraka.
– St. Bridget
– St. Bridget
Wilayah
terendah dipenuhi dengan api yang ganas, tetapi tidak terlalu gelap seperti neraka; itu adalah lautan yang sangat luas, yang memuntahkan api yang sangat besar.
– St. Frances of Rome
– St. Frances of Rome
"Api yang sama menyiksa orang-orang
terkutuk dan memurnikan orang-orang pilihan."
–
Pope St.
Gregory the Great
Mengenai penderitaan, di Api
Penyucian sama dengan di neraka.
–St.
Catherine of Genoa
Hampir semua teolog
mengajarkan bahwa orang-orang yang terkutuk di dalam neraka dan jiwa-jiwa di
dalam Api Penyucian, menderita siksaan dari api yang sama.
–St.
Robert Bellarmine
St.
Bellarmine melanjutkan dengan mengatakan bahwa tidak bisa dibandingkan antara
penderitaan yang Anda alami di dunia ini dengan apa yang Anda derita di Api
Penyucian. St Thomas Aquinas bahkan melangkah lebih jauh, mengatakan kepada
kami bahwa rasa sakit yang terkecil sekalipun di Api Penyucian adalah melampaui
semua penderitaan dalam kehidupan ini, tidak peduli betapa hebatnya orang menderita
di dunia. Dikatakan bahwa St. John Bosco serasa terbakar hebat pada tangannya
hanya dengan menyentuh dinding paling luar dari neraka. Maka betapa jauh lebih
mengerikan jika kita disiksa di dalam api neraka.
Api
di neraka tidaklah seperti api kita di dunia ini. Faktanya, api kita di dunia masih
jauh lebih dingin dibandingkan dengan api di neraka dan di Api Penyucian. Api di
neraka memang diciptakan secara khusus untuk menyiksa. Di neraka, Anda terbenam
dalam jurang api, seperti ikan di dalam air, dan jilatan apinya akan masuk ke
dalam diri Anda sehingga bahkan seluruh bagian dalam diri Anda akan hangus. Ini
adalah rasa sakit yang tidak dapat dibatalkan yang tidak akan pernah hilang.
Anda menderita untuk selama-lamanya. Namun, meski ada api ini, Anda tidak dapat
melihatnya, karena ia tidak memancarkan cahaya sama sekali.
Cahaya
adalah karunia dari Tuhan - mungkin hadiah pertama yang pernah ada. Namun tidak
ada karunia di neraka. Bahkan jika Anda bisa melihat, asap dan aroma belerang
dari neraka akan menyengat mata sedemikian rupa sehingga Anda tidak dapat
melihat, dan orang-orang yang terkutuk di dalam neraka adalah seperti orang
buta yang tak berdaya. Namun di dalam Api Penyucian, setidaknya masih ada sedikit
cahaya. Ini adalah salah satu hal yang membedakan Api Penyucian dari neraka.
Ada
sesuatu yang lebih menghibur tentang Api Penyucian yang membuatnya lebih baik
daripada kehidupan di dunia ini: fakta bahwa jiwa-jiwa di Api Penyucian dalam keadaan
aman dalam jaminan bahwa mereka suatu hari nanti akan dipersatukan dengan Allah
(sedangkan manusia di dunia tidak ada jaminan bahwa dia pasti akan masuk kedalam
Surga):
Jiwa-jiwa
di Api Penyucian berada dalam persekutuan yang terus-menerus dengan Tuhan ...
Mereka dengan sempurna menyerahkan dirinya kepada kehendak-Nya, atau lebih
tepatnya: keinginan mereka ditransformasikan begitu rupa hingga menjadi
kehendak Allah sendiri, dan bahwa mereka dengan sukarela tidak dapat berkeinginan
tetapi hanya apa yang dikehendaki oleh Allah; sehingga jika Firdaus akan dibuka
bagi mereka begitu saja, mereka justru akan melemparkan dirinya ke dalam neraka,
daripada dirinya hadir di hadapan Allah dengan membawa noda yang mereka lihat ada
dalam dirinya. Mereka akan memurnikan diri mereka dengan rela dan penuh kasih,
karena itulah kesenangan Ilahi.
Mereka
ingin berada di sana dalam keadaan di mana Tuhan berkenan, dan selama itu dia
akan terus berusaha menyenangkan Dia.
“Penderitaan mereka yang
paling dahsyat ditenangkan oleh kedamaian yang mendalam. Ini adalah seperti neraka,
dalam hal penderitaannya; tetapi itu adalah Surga karena kenikmatan yang
dimasukkan ke dalam hati mereka oleh belas kasih --- belas kasih yang lebih
kuat dari kematian dan lebih kuat dari neraka; belas kasih yang pelitanya adalah
semua api dan kobarannya. Sebuah keadaan yang membahagiakan! Lebih dirindukan daripada
mengerikan, karena kobarannya adalah kobaran api kasih dan kemurahan hati.”
–
From Chapter IX of The Spirit of St. Francis de Sales
“Tidak ada kedamaian
dibandingkan dengan jiwa-jiwa di Api Penyucian, serta orang-orang kudus di Surga,
dan kedamaian di Api Penyucian ini semakin meningkat karena masuknya Allah ke
dalam jiwa-jiwa ini, yang semakin meningkat secara proporsional ketika
rintangan-rintangan mereka dihapuskan. Segala keropos karena dosa adalah merupakan
rintangan, dan keropos ini terus menerus dikikis habis oleh api di dalam Api
Penyucian.”
- St. Catherine dari Genoa
Memang
sangat menggelisahkan, dalam berbagai cara, jika menyadari bahwa kebanyakan
orang pada akhirnya akan mengalami penderitaan api neraka. Kebanyakan orang akan
berakhir di dalam neraka. Dari mereka yang berusaha menghindari keabadian di neraka,
sebagian besar harus melewati Api Penyucian terlebih dahulu. Namun St. Bridget
pernah berkata, dengan mengetahui bahwa Surga sebagai tujuan akhir mereka
adalah tempat kenyamanan, maka dia lebih baik menderita seperti orang sakit yang
terbaring di tempat tidur yang menerima kunjungan dan harapan baik dari para
tamu.
Betapa
lebih besar lagi kebahagiaan seseorang di Api Penyucian yang tiba-tiba menerima
karunia doa-doa dari orang yang dikasihinya dalam kehidupan ini? Betapa jauh
lebih luar biasa dan lebih besar jika menderita dalam genangan api, ketika
tiba-tiba beban Anda terangkat dan waktu penantian Anda dipersingkat karena doa
seseorang? Di bumi, di dunia orang hidup, doa-doa kita dapat membantu mereka
yang menderita di Api Penyucian. Kita dapat memohon kepada Tuhan untuk
mempersingkat waktu yang diderita jiwa di Api Penyucian. Jiwa-jiwa malang yang
terjebak di Api Penyucian tidak dapat meminta pertolongan kepada Tuhan. Tetapi
kita bisa menjadi pembela mereka di hadapan Tuhan dan meminta belas
kasihan-Nya.
Maka sangat penting bagi kita untuk mengingat orang-orang yang
kita cintai yang telah meninggal
serta
teman-teman kita yang mungkin masih
menderita dan menunggu di tempat itu.
Api di Api Penyucian adalah berasal dari api neraka yang tak pernah padam. Selama
bulan
ini, ingatlah akan orang-orang yang
Anda kasihi yang telah meninggal dunia. Berdoalah untuk jiwa mereka, dan mohonlah kepada Tuhan untuk membebaskan mereka dari rasa sakit itu
sekali dan untuk selamanya, agar mereka
akhirnya dapat diterima masuk melalui
gerbang Surga.
No comments:
Post a Comment