merenungkan doa bapa kami
“Seorang
Kristiani yang mendaraskan doa Bapa Kami hari demi hari, dengan semangat yang semakin
besar secara bertahap, yang mendaraskannya dari dalam lubuk hatinya, bagi orang
lain maupun bagi dirinya sendiri, tidaklah diragukan lagi bahwa dia sangat
banyak bekerja sama dalam Pemerintahan Ilahi” (Pastor Garrigou-Lagrange)
Inilah cara
mudah untuk merenungkan doa Bapa Kami, cukup dengan mengucapkannya dengan
sangat perlahan, sangat meditatif. Kita mungkin mengatakan bahwa doa Bapa Kami itu
mengandung kebijaksanaan yang tak terbatas untuk menjalani kehidupan rohani – dengan
mengingat bahwa doa itu berasal dari bibir Yesus Kristus sendiri, Sang Sabda yang
telah menjadi manusia. Sebagaimana Katekismus mengatakan, “Doa Bapa Kami
benar-benar merupakan ringkasan dari seluruh Injil” (CCC 2761).
Tidak ada
persyaratan di sini yang harus menjadi seorang guru meditasi! Meditasi dalam
pengertian Kristiani adalah penerapan yang lebih dalam dari pemahaman kita -
dengan bantuan rahmat Tuhan - kepada perenungan dan permohonan yang ada dalam
doa Bapa Kami. Dengan kata lain, ini adalah refleksi yang lebih dalam tentang
makna mendalam dari doa.
Metode meditasi
yang direkomendasikan di sini berasal dari Santa Teresa dari Avila yang hanya
mendorong kita untuk mengucapkan doa Bapa Kami itu dengan sangat perlahan. Ketika kita mengucapkan doa perlahan-lahan, kita
memiliki waktu untuk merenungkan makna dan penerapannya yang mendalam terhadap
kehidupan kita. Saya ingat, pernah membaca tentang seorang kudus yang tidak
pernah bisa melewatkan baris pertama dari Bapa Kami: segera setelah dia
berkata, “Bapa kami,” dia segera terperangkap dalam kesadaran kasih bahwa Allah adalah sungguh Bapa kita!
Pastor Garrigou Lagrange mengatakan:
“Marilah kita
setiap hari mengucapkan Bapa Kami secara perlahan dan dengan perhatian penuh;
marilah kita merenungkannya, dengan kasih yang menyertai iman kita. Meditasi
yang penuh kasih ini akan menjadi kontemplasi, yang akan memastikan kita menguduskan
dan memuliakan nama Allah, baik dalam diri kita maupun pada orang-orang di
sekitar kita, tentang datangnya Kerajaan-Nya dan pemenuhan dari Kehendak-Nya di
bumi ini seperti di surga. Hal itu akan mendatangkan bagi kita juga pengampunan
atas dosa-dosa kita dan pembebasan dari kejahatan, serta pengudusan dan
keselamatan kita” (Providence, Bab 18).
Suster Janet
Schaeffler, O.P., menceritakan hal berikut ini:
"St.
Ignatius menyarankan kepada mereka yang sedang berusaha untuk bertumbuh di dalam
doa, untuk berdoa Bapa Kami dengan sangat perlahan dan hening, selaras dengan
pola pernapasan yang dalam dan santai. Berdoalah hanya dengan satu kata dalam setiap
helaan nafas lambat, biarkan pikiran, hati dan imajinasi berdiam pada satu kata
itu.” Santo Ignatius juga menyarankan metode kedua: menjadi rileks dan berhenti
pada kata pertama dari Bapa Kami, selama hal itu bermakna bagi kita. Kemudian,
lanjutkan kepada kata kedua. (Seorang murid muda pernah bertanya kepada Teresa
dari Avila, “Ibu, apa yang harus saya lakukan untuk menjadi kontemplatif?”
Tanpa ragu, Teresa menjawab, 'Daraskanlah doa Bapa Kami - tetapi luangkan waktu
satu jam untuk mendaraskannya.').”
Saint Therese
dari Lisieux mengatakan: “Kadang-kadang ketika saya berada dalam kondisi
kekeringan rohani seperti itu, tidak ada satu pun pikiran yang baik yang muncul
pada diri saya; lalu saya daraskan dengan sangat lambat doa 'Bapa Kami,' atau
'Salam Maria,' dan doa-doa ini sudah cukup untuk membawa saya keluar dari kekeringan
dan kebekuan rohani saya dan menyegarkan saya.”
Kesimpulan:
Mendaraskan doa
Bapa Kami dengan sangat perlahan, sangat meditatif, terikat erat dengan melakukan
“pekerjaan baik dalam jiwa Anda.” Sumber yang baik untuk refleksi lebih lanjut
tentang doa penting ini adalah dalam Katekismus Gereja Katolik (lihat CCC
2761-2865) . Hanya dengan berdoa Bapa Kami dengan sangat perlahan, sangat
reflektif, dengan kasih di dalam hati Anda kepada Tuhan, Anda akan bermeditasi
dengan cara yang sangat efektif!
Tom Mulcahy, M.A.
+++++++++++++++++
References: The quote from Sister Schaeffler is from her article,
“Praying and Living the Our Father,” (available online). See
also my post:
No comments:
Post a Comment