MAIKE HICKSON
'Kita sekarang mendapati diri kita dalam
kerucut bayangan gelap doktrinal, moral, liturgi, dan disiplin.' Tapi, kita
belum berada di tahap akhir dari perkembangan yang menghancurkan ini. ‘Ini masih
belum ‘gerhana total’ yang akan kita lihat nanti di akhir zaman, di bawah
pemerintahan Antikristus,'' tambah wali gereja itu. “Tetapi ini adalah gerhana
sebagian, yang memungkinkan kita melihat cincin mahkota matahari yang bercahaya
mengelilingi piringan hitam dari bulan.”'
Fri Oct 23,
2020 - 4:51 pm EST
Archbishop Carlo Maria ViganoPhoto by Edward Pentin,
National Catholic Register
23 Oktober 2020 (LifeSiteNews) - Dalam pidato yang disampaikan hari ini
melalui video di Catholic Identity
Conference (CIC) di Pittsburgh, Pennsylvania, Uskup Agung Carlo Maria
Viganò menganalisis secara mendalam penyebab dari krisis dalam Gereja saat ini
yang berlangsung selama 60 tahun. Ini adalah penampilan video pertama oleh
uskup agung itu sejak dia bersembunyi pada 2018.
Viganò melihat bahwa penentang Anti-Kristus,
yaitu Gereja Katolik, telah begitu lemah hingga sekarang ia (Gereja Katolik) praktis
tidak lagi melawan; bagi Viganò, ada bukti, "bahwa akhir zaman
sekarang sudah di depan mata kita." Tetapi dia tidak meninggalkan kita
dalam keputusasaan di sini, justru mendorong umat untuk tetap setia kepada Iman
Katolik.
"Mengambinghitamkan
Francis: Bagaimana Revolusi KV II melayani Tata Dunia Baru," adalah
judul ceramah
wali gereja Italia itu (lihat teks lengkap di bawah), dan dia menyajikan kepada
kita di sini gambaran mengerikan tentang keadaan Gereja yang telah "dikuasai"
oleh mereka yang ingin menundukkannya ke dalam Tata Dunia Baru seperti yang
direncanakan dan diorganisir oleh Freemasonry.
Uskup Agung Viganò menyebut bagian dari
hierarki yang bekerja sama dengan kekuatan Tata Dunia Baru adalah ‘the deep
church’ atau gereja
bayangan; menurut Viganò mereka adalah minoritas, tetapi sangat
berpengaruh. Mengenai Tata Dunia Baru, Viganò menyatakan:
Kita tahu bahwa proyek dari Tata Dunia Baru terdiri
dari pembentukan tirani oleh Freemasonry, sebuah proyek yang berawal dari
Revolusi Prancis, Zaman Pencerahan, akhir dari Monarki Katolik, dan deklarasi
perang terhadap Gereja. Kita dapat mengatakan bahwa Tata Dunia Baru adalah
antitesis dari masyarakat Kristen, itu akan menjadi realisasi dari Civitas Diaboli yang jahat - Kota Iblis - yang menentang Civitas Dei - Kota Tuhan - dalam perjuangan abadi antara Terang dan Kegelapan, Kebaikan
dan Kejahatan, Tuhan dan Setan.
Menurut Uskup Agung Viganò, Gereja Katolik
selalu menjadi penentang (kathèkon)
terhadap rencana-rencana Anti-Kristus. “Dan Kitab Suci memperingatkan kita,”
katanya, “bahwa pada saat manifestasi Antikristus, rintangan ini, kathèkon,
yaitu Gereja Katolik, akan lenyap.” Ketika Gereja - terutama pausnya - berhenti
melawan si Jahat, maka sesuatu akan terjadi. “Tampaknya cukup jelas bagi saya,”
tambah uskup agung ini, “bahwa akhir zaman sekarang sudah di depan mata kita,
karena misteri kejahatan telah
menyebar ke seluruh dunia dengan lenyapnya oposisi yang berani dari si
penentang kejahatan, Gereja Katolik.”
Cukup jelas bahwa Viganò menganggap paus
Francis sebagai pemimpin ‘gereja bayangan’ ini, yang bekerja sama dengan Tata
Dunia Baru, dan bukannya tetap setia kepada Yesus Kristus dan Ajaran-ajaran-Nya.
(Di sini, dukungan terbuka dari paus Francis tanggal 21 Oktober 2020 terhadap
pernikahan sesama jenis dapat dilihat sebagai bukti penting dari pernyataan ini.)
Misalnya, wali gereja Italia itu berbicara tentang Fratelli Tutti yang bertujuan untuk "membenarkan dialog,
ekumenisme, dan persaudaraan universal dari anti-gereja Bergoglian. "
Bagi uskup agung kita ini, gereja baru ini
telah menciptakan kondisi yang luar biasa, bukan kondisi yang “normal” seperti
yang kita ketahui sebelumnya. “Di saat-saat yang luar biasa,” dia menjelaskan,
“muncullah kejadian-kejadian di luar kebiasaan yang dikenal oleh para bapa kita.
Di saat-saat yang luar biasa sekarang ini, kita bisa mendengar ada seorang paus
yang menipu umat beriman; kita bisa melihat ada para Pangeran Gereja yang
dituduh melakukan kejahatan yang di saat-saat sebelumnya akan menimbulkan
kengerian dan mendapat hukuman berat; kita juga bisa menyaksikan dalam gereja-gereja
kita adanya ritus-ritus liturgi yang tampaknya diciptakan oleh pikiran sesat Cranmer;
kita bisa melihat para wali gereja yang memanggul, dalam prosesi, patung berhala
pachamama ke dalam Basilika Santo Petrus; dan kita mendengar Vikaris Kristus (paus
Francis) justru meminta maaf kepada para penyembah patung itu karena ada seorang
Katolik yang setia yang berani melemparkan patung itu ke sungai Tiber.” Di
sini, bahkan hukum-hukum kanonik tampaknya gagal dalam fungsinya.
Tetapi "anti-gereja Bergoglian" telah
memiliki sebuah awal sebelum masa pemerintahan paus Francis, menurut Viganò; dan
itu kembali pada 60 tahun sebelumnya. Selama waktu itu, "kita telah
menyaksikan ‘gerhana’ pada Gereja yang benar yang dilakukan oleh anti-gereja
yang secara progresif menggunakan nama Gereja Katolik, menguasai Kuria Romawi
dan Dikasterinya, Keuskupan dan Paroki, Seminari dan Universitas dan
Biara." Menurut uskup agung Viganò, anti-gereja ini telah “merampas
otoritas Gereja Katolik sejati, dan para utusannya mengenakan pakaian religiusnya;
anti-gereja ini menggunakan prestise dan kekuatan Gereja sejati untuk mengambil
alih harta, aset, serta keuangan Gereja sejati."
Uskup Agung Viganò dapat berbicara tentang
masalah ini, karena, setelah ditahbiskan pada tahun 1968 - tak lama setelah KV II
- dia telah menyaksikan banyak sekali kebusukan moral, doktrinal, liturgi, dan
keuangan di dalam jantung Vatikan, karena dia adalah seorang hamba berpangkat
tinggi di dalam Layanan Diplomatik Vatikan.
Karena itu, dia sekarang dapat berkata:
"Kita sekarang menemukan diri kita dalam kerucut bayangan gelap doktrinal,
moral, liturgi, dan disipliner ini." Tapi, kita belum berada di tahap
akhir dari perkembangan yang menghancurkan ini. “Ini belum menjadi ‘gerhana
total’ yang akan kita lihat di akhir zaman, di bawah pemerintahan Antikristus,”
tambah wali gereja itu. "Tapi ini adalah gerhana sebagian, yang
memungkinkan kita melihat mahkota cahaya matahari yang bercahaya mengelilingi
piringan hitam bulan."
Ini tentunya, adalah saat untuk bangun dan
membuat komitmen yang teguh untuk tetap setia kepada Tuhan kita dan Ajaran-Nya
serta Kasih-Nya.
Gerhana ini telah turun kepada kita dengan
bantuan penyebaran paham Modernisme di dalam Gereja terutama sejak KV II,
menurut Uskup Agung Viganò, dan dia sekali lagi memuji mereka yang menentang
pengaruh modernis itu. “Kasus Uskup Agung Marcel Lefebvre dan beberapa wali
gereja lainnya telah menegaskan pandangan jauh ke depan dari para gembala ini,”
tulisnya.
Viganò selanjutnya mengingatkan kita tentang
peranan yang kuat dan protektif yang dimainkan oleh Bunda Maria di tengah
krisis ini, dan dia meyakinkan kita bahwa "sintesis dari semua bidaah"
yang diwakili oleh Modernisme dan versi konsiliernya yang diperbarui,
"tidak akan dapat secara definitif mengaburkan kemegahan dari Mempelai
Kristus, tetapi hanya untuk waktu yang singkat dari gerhana, yang memungkinkan,
dalam kebijaksanaannya yang tak terbatas, untuk mengambil darinya kebaikan yang
lebih besar."
Wali gereja dari Italia itu juga melihat bahwa
hierarki Gereja telah kehilangan sudut pandang supernatural, dimana para
inovator di Gereja sekarang bahkan percaya bahwa seseorang bahkan dapat
mengubah ajaran Gereja. Viganò berbicara di sini tentang "pengabaian oleh bagian
dari Hierarki Gerejawi, bahkan di puncaknya, atas dimensi supernatural dari Gereja
dan peran eskatologisnya," dengan demikian "mereka menciptakan
entitas yang baru dari manusia yang mirip dengan organisasi amal semata." Gereja
Katolik kini semakin terlihat seperti LSM, seperti juga yang diamati oleh orang-orang
lain. Dan ensiklik kepausan baru Fratelli
tutti adalah contoh paling pas untuk itu. Viganò berkata: “Fratelli tutti
menunjukkan pemenuhan utopia duniawi dan penebusan sosial dalam persaudaraan
manusia, pax œcumenica antar agama
dan menyambut kaum migran.”
Selain itu, uskup agung Viganò mengamati adanya
"komplex rasa rendah diri" di dalam Gereja Katolik yang membuatnya
percaya bahwa ia perlu menyesuaikan diri dengan dunia. Tetapi ini adalah
"pendekatan ideologis" yang didasarkan pada "asumsi yang salah
bahwa, antara Gereja dan dunia kontemporer, bisa ada aliansi, kesesuaian intensi
dan persahabatan." Tidak,” prelatus itu mengingatkan kita, "tidak ada
jeda dalam perjuangan antara Tuhan dan Setan, antara Terang dan
Kegelapan."
Sayangnya, rasa rendah diri ini, menurut Viganò,
telah menyebabkan banyak umat beriman
mengikuti dan mematuhi para pemimpin gereja ke dalam keputusan yang
bertentangan dengan depositum fidei, deposit
Iman. Salah satu pukulan terburuk, katanya, adalah perubahan Ritus Liturgi
Romawi setelah KV II. Dia menulis:
Akibat dari sikap ini diwujudkan dalam Liturgi
Reformasi, yang memanifestasikan rasa malu terhadap dogma Katolik dengan cara membungkamnya - dan dengan demikian menyangkalnya secara tidak langsung.
Perubahan ritual menimbulkan perubahan doktrinal, yang membuat umat percaya
bahwa Misa adalah perjamuan persaudaraan
yang sederhana dan bahwa Ekaristi Mahakudus hanyalah simbol kehadiran Kristus
di antara kita.
Perubahan Ritus Misa sangat mempengaruhi cara
umat Katolik berdoa dan cara mereka memandang Kehadiran Nyata. Tanggung jawab,
tulis Uskup Agung Viganò, terutama terletak pada otoritas Gereja yang berperang
melawan kaum tradisionalis yang menolak perubahan, dan pada saat yang sama,
otoritas Gereja bersikap lunak terhadap kaum Modernis.
Di sini, dia juga membidik orang-orang Katolik
yang termasuk dalam kamp "konservatif" dan yang akhirnya
"'membawa air segar' untuk kaum Revolusioner, karena, meskipun menolak
ekses-ekses mereka, hal itu memiliki prinsip yang sama.”
Kesalahan mereka, lanjutnya, “terletak pada memberikan konotasi negatif
pada tradisionalisme dan menempatkannya pada sisi berlawanan dari
progresivisme.” Tetapi ini adalah dikotomi yang salah. “Sikap mereka adalah
secara sewenang-wenang menempatkan diri bukan di antara dua sifat buruk, tetapi
antara kebajikan dan keburukan. Mereka adalah orang-orang yang mengkritik ekses
pachamama atau pernyataan Bergoglio yang paling ekstrim, tetapi mereka tidak
mentolerir adanya pihak yang mempertanyakan KV II, apalagi hubungan intrinsik
antara ‘kanker konsili’ dengan ‘metastasis’ saat ini.”
Saat ini harus ada keputusan. Kata uskup agung Viganò:
“Gereja Katolik hidup di bawah pandangan Tuhan; Gereja Katolik ada demi kemuliaan-Nya
dan demi keselamatan jiwa-jiwa. Sedangkan anti-gereja hidup di bawah pandangan
dunia, menjadi kaki tangan pendewaan yang menghujat manusia dan mendatangkan
kutukan bagi jiwa."
Mengingat kesulitan-kesulitan yang dihadapi
setiap umat Katolik saat ini, Uskup Agung Viganò mengajak kita untuk kembali kepada
Liturgi Suci tradisional dan praktik
tradisional Iman. “Satu-satunya cara untuk memenangkan pertempuran ini,”
dia menyatakan, “adalah kembali melakukan apa yang selalu dilakukan Gereja, dan
berhenti melakukan apa yang diminta oleh anti-gereja dari kita hari ini - yang
selalu dikutuk oleh Gereja sejati.”
Karena itu, dia melanjutkan, “Marilah kita
menempatkan Tuhan kita Yesus Kristus, Raja dan Imam Agung, kembali ke pusat
kehidupan Gereja; dan sebelumnya, di pusat kehidupan komunitas kita, keluarga
kita, diri kita sendiri. Mari kita kembalikan mahkota kepada Bunda Maria Yang
Mahakudus, Ratu dan Bunda Gereja.”
*****
Kitab Kebenaran, Minggu, 21
Oktober 2012, jam 10.05
Ketika mereka berusaha menciptakan sebuah Sakramen di dalam
Gereja-gereja-Ku, yang berasal dari semangat kekejian, mereka akan mengatakan
bahwa itu adalah hak asasi dari pasangan sejenis yang memiliki hak yang sama
dengan orang-orang lain.
Ketika mereka menghancurkan Gereja-Ku dari dalam, mereka
mengatakan bahwa semua gereja adalah sama. Mereka akan menggunakan alasan untuk
menolak bahwa hanya ada satu Allah, agar mereka bisa memperkenalkan sebuah
gereja berhala.
Kitab Kebenaran, Jumat, 8 Maret
2013, jam 14.05
Dia telah dikirim untuk melucuti Gereja-Ku dan mengoyakkannya
hingga berkeping-keping.
Jesus, Bayside, 18 Juni 1982
"Aku tidak
akan membela para imam-Ku yang mendukung homoseksualitas dan mengizinkannya
dilakukan di antara para imam-Ku! ... Aku tidak akan berdiam diri dan
membiarkan para imam-Ku dihancurkan!"
*****
Orang-orang
di Roma Mulai Menganggap Bahwa Francis Adalah Anti-Paus
Kemana
Francis Menuntun, Kita Tidak Bisa Mengikutinya
Seorang
Pemuda Katolik meminta Paus untuk mengklarifikasi pernyataannya
Para
Wali Gereja Mengecam Pernyataan Paus Tentang ‘Perkawinan’ Gay
Rencana
100 Tahun Dari Masoneria