Wednesday, October 28, 2020

Uskup Agung Viganò melihat bukti 'bahwa akhir zaman...

 MAIKE HICKSON

BLOGS

 Uskup Agung Viganò melihat bukti 'bahwa akhir zaman kini sudah di depan mata kita'

 https://www.lifesitenews.com/blogs/archbishop-vigano-sees-evidence-that-the-end-times-are-now-approaching-before-our-eyes 

 

'Kita sekarang mendapati diri kita dalam kerucut bayangan gelap doktrinal, moral, liturgi, dan disiplin.' Tapi, kita belum berada di tahap akhir dari perkembangan yang menghancurkan ini. ‘Ini masih belum ‘gerhana total’ yang akan kita lihat nanti di akhir zaman, di bawah pemerintahan Antikristus,'' tambah wali gereja itu. “Tetapi ini adalah gerhana sebagian, yang memungkinkan kita melihat cincin mahkota matahari yang bercahaya mengelilingi piringan hitam dari bulan.”' 

Fri Oct 23, 2020 - 4:51 pm EST

·        

Archbishop Carlo Maria ViganoPhoto by Edward Pentin,

National Catholic Register 

 

23 Oktober 2020 (LifeSiteNews) - Dalam pidato yang disampaikan hari ini melalui video di Catholic Identity Conference (CIC) di Pittsburgh, Pennsylvania, Uskup Agung Carlo Maria Viganò menganalisis secara mendalam penyebab dari krisis dalam Gereja saat ini yang berlangsung selama 60 tahun. Ini adalah penampilan video pertama oleh uskup agung itu sejak dia bersembunyi pada 2018.

 

Viganò melihat bahwa penentang Anti-Kristus, yaitu Gereja Katolik, telah begitu lemah hingga sekarang ia (Gereja Katolik) praktis tidak lagi melawan; bagi Viganò, ada bukti, "bahwa akhir zaman sekarang sudah di depan mata kita." Tetapi dia tidak meninggalkan kita dalam keputusasaan di sini, justru mendorong umat untuk tetap setia kepada Iman Katolik.

 

"Mengambinghitamkan Francis: Bagaimana Revolusi KV II melayani Tata Dunia Baru," adalah judul ceramah wali gereja Italia itu (lihat teks lengkap di bawah), dan dia menyajikan kepada kita di sini gambaran mengerikan tentang keadaan Gereja yang telah "dikuasai" oleh mereka yang ingin menundukkannya ke dalam Tata Dunia Baru seperti yang direncanakan dan diorganisir oleh Freemasonry.

 

Uskup Agung Viganò menyebut bagian dari hierarki yang bekerja sama dengan kekuatan Tata Dunia Baru adalah the deep church atau gereja bayangan; menurut Viganò mereka adalah minoritas, tetapi sangat berpengaruh. Mengenai Tata Dunia Baru, Viganò menyatakan:

 

Kita tahu bahwa proyek dari Tata Dunia Baru terdiri dari pembentukan tirani oleh Freemasonry, sebuah proyek yang berawal dari Revolusi Prancis, Zaman Pencerahan, akhir dari Monarki Katolik, dan deklarasi perang terhadap Gereja. Kita dapat mengatakan bahwa Tata Dunia Baru adalah antitesis dari masyarakat Kristen, itu akan menjadi realisasi dari Civitas Diaboli yang jahat - Kota Iblis - yang menentang Civitas Dei - Kota Tuhan - dalam perjuangan abadi antara Terang dan Kegelapan, Kebaikan dan Kejahatan, Tuhan dan Setan.

 

Menurut Uskup Agung Viganò, Gereja Katolik selalu menjadi penentang (kathèkon) terhadap rencana-rencana Anti-Kristus. “Dan Kitab Suci memperingatkan kita,” katanya, “bahwa pada saat manifestasi Antikristus, rintangan ini, kathèkon, yaitu Gereja Katolik, akan lenyap.” Ketika Gereja - terutama pausnya - berhenti melawan si Jahat, maka sesuatu akan terjadi. “Tampaknya cukup jelas bagi saya,” tambah uskup agung ini, “bahwa akhir zaman sekarang sudah di depan mata kita, karena misteri kejahatan telah menyebar ke seluruh dunia dengan lenyapnya oposisi yang berani dari si penentang kejahatan, Gereja Katolik.”

 

Cukup jelas bahwa Viganò menganggap paus Francis sebagai pemimpin ‘gereja bayangan’ ini, yang bekerja sama dengan Tata Dunia Baru, dan bukannya tetap setia kepada Yesus Kristus dan Ajaran-ajaran-Nya. (Di sini, dukungan terbuka dari paus Francis tanggal 21 Oktober 2020 terhadap pernikahan sesama jenis dapat dilihat sebagai bukti penting dari pernyataan ini.) Misalnya, wali gereja Italia itu berbicara tentang Fratelli Tutti yang bertujuan untuk "membenarkan dialog, ekumenisme, dan persaudaraan universal dari anti-gereja Bergoglian. "

 

Bagi uskup agung kita ini, gereja baru ini telah menciptakan kondisi yang luar biasa, bukan kondisi yang “normal” seperti yang kita ketahui sebelumnya. “Di saat-saat yang luar biasa,” dia menjelaskan, “muncullah kejadian-kejadian di luar kebiasaan yang dikenal oleh para bapa kita. Di saat-saat yang luar biasa sekarang ini, kita bisa mendengar ada seorang paus yang menipu umat beriman; kita bisa melihat ada para Pangeran Gereja yang dituduh melakukan kejahatan yang di saat-saat sebelumnya akan menimbulkan kengerian dan mendapat hukuman berat; kita juga bisa menyaksikan dalam gereja-gereja kita adanya ritus-ritus liturgi yang tampaknya diciptakan oleh pikiran sesat Cranmer; kita bisa melihat para wali gereja yang memanggul, dalam prosesi, patung berhala pachamama ke dalam Basilika Santo Petrus; dan kita mendengar Vikaris Kristus (paus Francis) justru meminta maaf kepada para penyembah patung itu karena ada seorang Katolik yang setia yang berani melemparkan patung itu ke sungai Tiber.” Di sini, bahkan hukum-hukum kanonik tampaknya gagal dalam fungsinya.

 

Tetapi "anti-gereja Bergoglian" telah memiliki sebuah awal sebelum masa pemerintahan paus Francis, menurut Viganò; dan itu kembali pada 60 tahun sebelumnya. Selama waktu itu, "kita telah menyaksikan ‘gerhana’ pada Gereja yang benar yang dilakukan oleh anti-gereja yang secara progresif menggunakan nama Gereja Katolik, menguasai Kuria Romawi dan Dikasterinya, Keuskupan dan Paroki, Seminari dan Universitas dan Biara." Menurut uskup agung Viganò, anti-gereja ini telah “merampas otoritas Gereja Katolik sejati, dan para utusannya mengenakan pakaian religiusnya; anti-gereja ini menggunakan prestise dan kekuatan Gereja sejati untuk mengambil alih harta, aset, serta keuangan Gereja sejati."

 

Uskup Agung Viganò dapat berbicara tentang masalah ini, karena, setelah ditahbiskan pada tahun 1968 - tak lama setelah KV II - dia telah menyaksikan banyak sekali kebusukan moral, doktrinal, liturgi, dan keuangan di dalam jantung Vatikan, karena dia adalah seorang hamba berpangkat tinggi di dalam Layanan Diplomatik Vatikan.

 

Karena itu, dia sekarang dapat berkata: "Kita sekarang menemukan diri kita dalam kerucut bayangan gelap doktrinal, moral, liturgi, dan disipliner ini." Tapi, kita belum berada di tahap akhir dari perkembangan yang menghancurkan ini. “Ini belum menjadi ‘gerhana total’ yang akan kita lihat di akhir zaman, di bawah pemerintahan Antikristus,” tambah wali gereja itu. "Tapi ini adalah gerhana sebagian, yang memungkinkan kita melihat mahkota cahaya matahari yang bercahaya mengelilingi piringan hitam bulan."

 

Ini tentunya, adalah saat untuk bangun dan membuat komitmen yang teguh untuk tetap setia kepada Tuhan kita dan Ajaran-Nya serta Kasih-Nya.

 

Gerhana ini telah turun kepada kita dengan bantuan penyebaran paham Modernisme di dalam Gereja terutama sejak KV II, menurut Uskup Agung Viganò, dan dia sekali lagi memuji mereka yang menentang pengaruh modernis itu. “Kasus Uskup Agung Marcel Lefebvre dan beberapa wali gereja lainnya telah menegaskan pandangan jauh ke depan dari para gembala ini,” tulisnya.

 

Viganò selanjutnya mengingatkan kita tentang peranan yang kuat dan protektif yang dimainkan oleh Bunda Maria di tengah krisis ini, dan dia meyakinkan kita bahwa "sintesis dari semua bidaah" yang diwakili oleh Modernisme dan versi konsiliernya yang diperbarui, "tidak akan dapat secara definitif mengaburkan kemegahan dari Mempelai Kristus, tetapi hanya untuk waktu yang singkat dari gerhana, yang memungkinkan, dalam kebijaksanaannya yang tak terbatas, untuk mengambil darinya kebaikan yang lebih besar."

 

Wali gereja dari Italia itu juga melihat bahwa hierarki Gereja telah kehilangan sudut pandang supernatural, dimana para inovator di Gereja sekarang bahkan percaya bahwa seseorang bahkan dapat mengubah ajaran Gereja. Viganò berbicara di sini tentang "pengabaian oleh bagian dari Hierarki Gerejawi, bahkan di puncaknya, atas dimensi supernatural dari Gereja dan peran eskatologisnya," dengan demikian "mereka menciptakan entitas yang baru dari manusia yang mirip dengan organisasi amal semata." Gereja Katolik kini semakin terlihat seperti LSM, seperti juga yang diamati oleh orang-orang lain. Dan ensiklik kepausan baru Fratelli tutti adalah contoh paling pas untuk itu. Viganò berkata: “Fratelli tutti menunjukkan pemenuhan utopia duniawi dan penebusan sosial dalam persaudaraan manusia, pax œcumenica antar agama dan menyambut kaum migran.”

 

Selain itu, uskup agung Viganò mengamati adanya "komplex rasa rendah diri" di dalam Gereja Katolik yang membuatnya percaya bahwa ia perlu menyesuaikan diri dengan dunia. Tetapi ini adalah "pendekatan ideologis" yang didasarkan pada "asumsi yang salah bahwa, antara Gereja dan dunia kontemporer, bisa ada aliansi, kesesuaian intensi dan persahabatan." Tidak,” prelatus itu mengingatkan kita, "tidak ada jeda dalam perjuangan antara Tuhan dan Setan, antara Terang dan Kegelapan."

 

Sayangnya, rasa rendah diri ini, menurut Viganò, telah menyebabkan banyak umat beriman mengikuti dan mematuhi para pemimpin gereja ke dalam keputusan yang bertentangan dengan depositum fidei, deposit Iman. Salah satu pukulan terburuk, katanya, adalah perubahan Ritus Liturgi Romawi setelah KV II. Dia menulis:

 

Akibat dari sikap ini diwujudkan dalam Liturgi Reformasi, yang memanifestasikan rasa malu terhadap dogma Katolik dengan cara membungkamnya - dan dengan demikian menyangkalnya secara tidak langsung. Perubahan ritual menimbulkan perubahan doktrinal, yang membuat umat percaya bahwa Misa adalah perjamuan persaudaraan yang sederhana dan bahwa Ekaristi Mahakudus hanyalah simbol kehadiran Kristus di antara kita.

 

Perubahan Ritus Misa sangat mempengaruhi cara umat Katolik berdoa dan cara mereka memandang Kehadiran Nyata. Tanggung jawab, tulis Uskup Agung Viganò, terutama terletak pada otoritas Gereja yang berperang melawan kaum tradisionalis yang menolak perubahan, dan pada saat yang sama, otoritas Gereja bersikap lunak terhadap kaum Modernis.

 

Di sini, dia juga membidik orang-orang Katolik yang termasuk dalam kamp "konservatif" dan yang akhirnya "'membawa air segar' untuk kaum Revolusioner, karena, meskipun menolak ekses-ekses mereka, hal itu memiliki prinsip yang sama.”

 

Kesalahan mereka, lanjutnya, “terletak pada memberikan konotasi negatif pada tradisionalisme dan menempatkannya pada sisi berlawanan dari progresivisme.” Tetapi ini adalah dikotomi yang salah. “Sikap mereka adalah secara sewenang-wenang menempatkan diri bukan di antara dua sifat buruk, tetapi antara kebajikan dan keburukan. Mereka adalah orang-orang yang mengkritik ekses pachamama atau pernyataan Bergoglio yang paling ekstrim, tetapi mereka tidak mentolerir adanya pihak yang mempertanyakan KV II, apalagi hubungan intrinsik antara ‘kanker konsili’ dengan ‘metastasis’ saat ini.”

 

Saat ini harus ada keputusan. Kata uskup agung Viganò: “Gereja Katolik hidup di bawah pandangan Tuhan; Gereja Katolik ada demi kemuliaan-Nya dan demi keselamatan jiwa-jiwa. Sedangkan anti-gereja hidup di bawah pandangan dunia, menjadi kaki tangan pendewaan yang menghujat manusia dan mendatangkan kutukan bagi jiwa."

 

Mengingat kesulitan-kesulitan yang dihadapi setiap umat Katolik saat ini, Uskup Agung Viganò mengajak kita untuk kembali kepada Liturgi Suci tradisional dan praktik tradisional Iman. “Satu-satunya cara untuk memenangkan pertempuran ini,” dia menyatakan, “adalah kembali melakukan apa yang selalu dilakukan Gereja, dan berhenti melakukan apa yang diminta oleh anti-gereja dari kita hari ini - yang selalu dikutuk oleh Gereja sejati.”

 

Karena itu, dia melanjutkan, “Marilah kita menempatkan Tuhan kita Yesus Kristus, Raja dan Imam Agung, kembali ke pusat kehidupan Gereja; dan sebelumnya, di pusat kehidupan komunitas kita, keluarga kita, diri kita sendiri. Mari kita kembalikan mahkota kepada Bunda Maria Yang Mahakudus, Ratu dan Bunda Gereja.”

 

 

*****

 

Kitab Kebenaran, Minggu, 21 Oktober 2012, jam 10.05

Ketika mereka berusaha menciptakan sebuah Sakramen di dalam Gereja-gereja-Ku, yang berasal dari semangat kekejian, mereka akan mengatakan bahwa itu adalah hak asasi dari pasangan sejenis yang memiliki hak yang sama dengan orang-orang lain.

Ketika mereka menghancurkan Gereja-Ku dari dalam, mereka mengatakan bahwa semua gereja adalah sama. Mereka akan menggunakan alasan untuk menolak bahwa hanya ada satu Allah, agar mereka bisa memperkenalkan sebuah gereja berhala.

 

Kitab Kebenaran, Jumat, 8 Maret 2013, jam 14.05

Dia telah dikirim untuk melucuti Gereja-Ku dan mengoyakkannya hingga berkeping-keping.

 

Jesus, Bayside, 18 Juni 1982

"Aku tidak akan membela para imam-Ku yang mendukung homoseksualitas dan mengizinkannya dilakukan di antara para imam-Ku! ... Aku tidak akan berdiam diri dan membiarkan para imam-Ku dihancurkan!"

 

*****

 

Orang-orang di Roma Mulai Menganggap Bahwa Francis Adalah Anti-Paus

Pedro Regis 5031 - 5035

Kemana Francis Menuntun, Kita Tidak Bisa Mengikutinya

Enoch, 19 Oktober 2020

Seorang Pemuda Katolik meminta Paus untuk mengklarifikasi pernyataannya

Para Wali Gereja Mengecam Pernyataan Paus Tentang ‘Perkawinan’ Gay

Rencana 100 Tahun Dari Masoneria