17 Alasan Mengapa Kaum Kiri Membenci Iman Katolik
https://www.lifesitenews.com/opinion/17-reasons-why-the-left-hates-the-catholic-faith
Agenda gerakan radikal adalah
termasuk cita-cita dan tujuan komunis yang bertentangan dengan ajaran Gereja
tradisional tentang Tuhan, masyarakat, dan sifat manusia.
Wed Oct 21,
2020 - 6:42 pm EST
·
Destroyed statue of Jesus in St. Patrick Cathedral, El Paso, Texas,
Sept. 16, 2020.El Paso Diocese / Instagram
21 Oktober 2020 (LifeSiteNews) - Ketika aktivitas dan kekerasan kaum kiri
meningkat, orang Amerika harus memahami bahwa agenda kaum kiri tidak hanya
mewakili gerakan politik, tetapi juga pandangan dunia yang bertentangan dengan
iman Katolik. Dimanapun sayap kiri mendominasi, kebencian radikal terhadap iman
kristiani dan mereka yang menjadi anggotanya, ditampilkan.
Namun, sampai kaum kiri memegang kendali,
kebencian anti-Katolik ini terus dikendalikan dan disembunyikan. Propaganda kaum
kiri bersandar pada istilah-istilah yang mencari simpati dan tidak menimbulkan
alarm. Penipuan ini membuatnya semakin berbahaya.
Permusuhan kaum kiri terhadap agama
memanifestasikan dirinya dalam banyak hal, apakah itu para militan Antifa yang
membakar Alkitab, atau kaum kiri religius yang mendandani ide-ide Marxisnya
dalam istilah-istilah religius. Dalam upaya untuk melegitimasi seruan mereka
untuk melakukan revolusi kekerasan, misalnya, yang disebut teologi pembebasan, ia mengusulkan perjuangan kelas dengan selimut
Kristiani.
Saat ini, gerakan kaum kiri semakin radikal
dengan mengusulkan agenda dengan cita-cita dan tujuan komunis baru yang
bertentangan dengan ajaran Gereja tradisional tentang Tuhan, masyarakat, dan
sifat manusia. Kaum kiri sekarang memasukkan pemikiran postmodern ke dalam
tubuh doktrinnya yang bengkok itu. Komunisme saat ini melampaui kapitalisme
negara Soviet di masa lalu dan menganut teori gender dan politik identitas,
sehingga bertentangan dengan ajaran Gereja tentang penciptaan.
Visi kaum kiri ini mengancam Amerika dan
kecintaannya pada kebebasan. Umat beriman harus menyadari sepenuhnya tingkat
kebencian ini, untuk melawan secara efektif agenda jahat sayap kiri.
Ada banyak alasan mengapa kaum kiri membenci iman Katolik. Daftar 17 alasan berikut berfungsi sebagai pengantar untuk memahami ruang lingkup pertarungan antara dua pandangan dunia yang berlawanan ini:
1.
Kaum kiri membenci
gagasan tentang Tuhan yang transenden dan personal. Sifat-sifat ini berlawanan
dengan visi gnostik dan egaliternya. Karena kaum kiri membenci semua
superioritas, maka ia menganggap Tuhan Yang Mahakuasa dan penuh kasih sebagai "menindas."
Sebaliknya, kaum kiri mengidentifikasikan dirinya dengan Setan, iblis, makhluk
inferior, makhluk ciptaan, malaikat terkutuk, dan yang dianggap sebagai korban
dari keadilan abadi dari Sang Pencipta, dan dengan demikian, menjadi orang yang
"tertindas," "dicabut haknya," "didiskriminasi,"
dan "terpinggirkan ke samping.”
2.
Kaum kiri
membenci hukum moral Gereja, yang didasarkan pada hukum kodrat - seperangkat
norma sosial yang objektif, berlaku untuk semua waktu, tempat, dan bangsa. Kaum
kiri mengajarkan bahwa moralitas itu relatif - "Jika terasa baik,
lakukanlah!" dan ini adalah seruan hippie - dan mempromosikan perangkat
normanya sendiri yang berkembang dalam segala hal guna mendukung revolusinya.
3.
Kaum kiri
membenci konsep Gereja tentang keluarga sebagai unit dasar masyarakat, yang
didirikan di atas Sakramen Pernikahan dan sebagai penerus dari satu generasi ke
generasi lainnya tentang moralitas, agama, tradisi dan properti. Kaum kiri
melihat keluarga sebagai institusi penindas yang harus dihancurkan, dimutilasi
dan dicemarkan nama baiknya.
4.
Kaum kiri
membenci institusi perkawinan yang didefinisikan sebagai persatuan antara satu
pria dan satu wanita dengan mengesampingkan semua yang lain, terbuka untuk menghasilkan
keturunan (anak-anak) dan bertanggung jawab atas pendidikan mereka. Kaum kiri
membenci pernikahan karena hal itu memperkuat moralitas. Kaum kiri menyukai
"cinta bebas" dan penyimpangan seksual.
5.
Kaum kiri
membenci ajaran Gereja bahwa kepemilikan pribadi itu adil dan perlu demi ketertiban
masyarakat. Kaum kiri melihat properti sebagai sumber ketidaksetaraan dan
mencoba untuk merusak dan membatasinya dengan segala cara yang memungkinkan.
Cita-cita kaum kiri adalah menyita semua properti pribadi, menjadikannya milik
negara atau kolektif, karena “bumi adalah milik semua orang.”
6.
Kaum kiri membenci
sifat hierarki Gereja. Ia membenci pemisahan yang didirikan Kristus antara
Gereja yang Mengajar - paus, uskup dan imam yang mengajar, mengatur, dan
menguduskan umat beriman - dan Gereja yang Belajar, yaitu umat beriman, yang
memungkinkan dirinya untuk diajar, diatur, dan disucikan oleh klerus . Bukannya
melihat dalam pemisahan ini adanya jalan menuju Surga, kaum kiri melihat itu
sebagai sekelompok penindas yang harus dihancurkan dan kelompok tertindas yang
membutuhkan pembebasan. Karena itu, kaum kiri suka mempromosikan perjuangan
kelas di dalam Gereja.
7.
Kaum kiri membenci
kemurahan hati Gereja, yang berusaha untuk menyelaraskan masyarakat,
mempersatukan semua orang di dalam kasih Tuhan dan sesama. Akan tetapi, kaum
kiri menginginkan perjuangan dan perselisihan kelas. Ini mendukung tindakan kebencian
dan kekerasan sebagai cara alami untuk mengubah masyarakat.
8.
Kaum kiri membenci
ajaran Katolik tentang dosa karena menegaskan adanya hukum yang lebih tinggi
dan Tuhan yang layak untuk ditaati. Selain itu, Gereja membenci ajaran bahwa
orang harus bertanggung jawab atas semua tindakan mereka dan bahwa ini memiliki
konsekuensi, yang dapat berupa kutukan dan hukuman kekal. Dengan demikian, kaum
kiri menyangkal keinginan bebas dan tanggung jawab individu. Kaum kiri menganggap
bahwa semua kesalahan ada pada struktur sosial, yang harus digulingkan.
9.
Kaum kiri
membenci kasih Gereja terhadap orang miskin, yang berusaha meringankan
penderitaan orang yang tidak beruntung, bukan menghasut mereka untuk memberontak
melawan mereka yang memiliki lebih banyak. Kaum kiri membenci rasa syukur, yang
diajarkan Gereja, yang harus dimiliki orang miskin terhadap mereka yang menolong
mereka. Kaum kiri melihat rasa syukur ini sebagai hal yang memalukan dan
menindas.
10.
Kaum kiri membenci
konsep jiwa yang tidak bisa mati, yang membuat setiap manusia secara unik dikaruniai
dengan martabat yang diberikan oleh Tuhan. Kaum kiri mengatakan bahwa jiwa hanyalah
mitos, dan mereka memperlakukan orang sebagai materi biologis untuk digunakan
dan disalahgunakan dalam proses revolusionernya. Rezim kiri mendukung aborsi,
misalnya.
11.
Kaum kiri membenci
gagasan tentang rahmat anugerah, di mana seseorang berpartisipasi dalam
kehidupan ilahi yang diciptakan Tuhan dan menjadi mampu melakukan tindakan
supernatural. Filsafat egaliter kiri membenci ketergantungan, terutama
ketergantungan kepada Tuhan dan kehidupan supernatural.
12.
Kaum kiri membenci
liturgi dimana individu memberikan penyembahan resmi dan pujian kepada Tuhan
melalui Gereja dengan semua ritus, upacara, doa dan sakramennya. Kaum kiri membenci
pengakuan atas superioritas tak terbatas dari Tuhan, yang dianggap menindas. Kaum
kiri menginginkan suatu tuhan yang sederajat dengan umat manusia dan sebuah ‘Gereja
rakyat’ yang demokratis, tanpa imamat atau liturgi.
13.
Kaum kiri membenci
pernyataan Gereja tentang Kebenaran dan jabatan Gereja sebagai penjaganya. Menurut
mereka, semuanya adalah relatif dan berkembang ke pihak kiri, dan karena itu,
kebenaran yang objektif dan kekal itu tidak ada.
14.
Kaum kiri membenci
keindahan. Dimana pun kaum kiri mendominasi, orang akan menemukan keburukan yang
diabadikan dalam bangunan, seni dan budayanya. Hal ini karena kaum kiri menolak
fondasi metafisik keindahan dan memeluk materialisme yang tegas dan
utilitarian.
15.
Kaum kiri membenci
ajaran Gereja tentang sifat manusia, pengudusan dan identitas. Jadi, ada upaya
terus-menerus untuk merekayasa ulang sifat manusia dan menciptakan
"manusia sosialis baru." Kaum kiri mencoba mendekonstruksi identitas,
gender, dan keberadaan. Kaum kiri menganut fantasi yang terputus dan terpisah dari
kenyataan.
16.
Kaum kiri membenci
gagasan tentang tatanan Kristiani yang dibimbing dan diilhami oleh ajaran
Gereja dan hukum Tuhan yang lebih tinggi. Perintah semacam itu menanamkan teror
di dalam jiwa kaum kiri yang memberontak terhadap setiap upaya untuk mengatur
masyarakat sesuai dengan prinsip dan aturan yang sesuai dengan sifat manusia.
Kaum kiri membenci disiplin dan usaha, bahkan ketika hal itu mengarah kepada
kebahagiaan. Masyarakat kiri bersifat liberal, anarkis, dan tidak teratur,
berorientasi pada visi alam semesta yang memandang segala sesuatu sebagai
kekacauan materi yang terus bergerak. Perspektif seperti itu hanya mengarah
pada keputusasaan.
17.
Kaum kiri membenci
realitas seperti yang dianut oleh Gereja dan filosofi Thomist-nya. Mazhab kiri
paling radikal melihat realitas sebagai struktur atau konstruksi sosial yang
menindas. Kaum kiri menganut filosofi idealis, narkoba dan upaya "dekonstruksi"
atau penghancuran, sebagai cara untuk menyangkal realitas dan merangkul
utopianisme dan nihilisme.
Daftar di atas ini masih belum lengkap.
Mengingat bahwa pandangan dunia kiri mencakup setiap bidang tindakan manusia di
mana Gereja memiliki pengaruh, maka lebih banyak kebencian dapat diketahui.
Demikian pula, tidak semua kaum kiri menerima kebencian yang disebutkan di
atas. Penyimpangan ke arah kiri adalah proses yang menyesuaikan dengan
karakteristik individu. Namun, semua kaum kiri cenderung ke arah kebencian
terhadap iman Katolik.
Kaum kiri radikal yang sekarang begitu aktif di
Amerika akan membawa kebencian ini menjadi ekstrem. Mereka berusaha menjadikan
kebencian ini sebagai norma yang dengannya "dunia baru yang berani"
akan beroperasi. Penggunaan kekerasan, kerusuhan, dan vandalisme mereka
memberikan gambaran sekilas tentang dunia ini. Tampilan simbolis guillotine
pada poster-poster protes dan selama pawai teror di daerah pemukiman
menunjukkan kebencian anti-Kristen, anti-Barat, yang belum pernah terlihat
sebelumnya di Amerika.
Gerakan kiri bukanlah gerakan politik atau
partai politik. Ini adalah pandangan dunia filosofis-religius yang
mengekspresikan dirinya secara sosial, ekonomi, politik, ilmiah, artistik,
pendidikan dan budaya. Jadi, agar bisa sepenuhnya efektif, oposisi kepada pihak
kiri dan program-programnya harus didasarkan pada pemahaman yang kuat bahwa
pandangan dunianya bertentangan secara diametral dengan iman Katolik.
*****
John Horvat II adalah seorang
sarjana, peneliti, pendidik, pembicara internasional, dan penulis buku Return to Order, serta penulis
ratusan artikel yang diterbitkan. Dia tinggal di Spring Grove, Pennsylvania, di
mana dia adalah wakil presiden American Society for the Defense of Tradition, Family and Property
*****
Seorang
Pemuda Katolik meminta Paus untuk mengklarifikasi pernyataannya
Para
Wali Gereja Mengecam Pernyataan Paus Tentang ‘Perkawinan’ Gay
Rencana
100 Tahun Dari Masoneria
Uskup
Agung Viganò melihat bukti 'bahwa akhir zaman...
Sebuah
senjata yang ampuh: 15 kutipan tentang Rosario Kudus