Seorang Pemuda Katolik meminta Paus untuk mengklarifikasi pernyataannya
soal relasi sipil gay
Pemuda pemberani ini adalah Alexander Tschugguel, yang melemparkan berhala pachamama ke sungai Tiber, di Roma. Kini
dia meminta Paus untuk menjelaskan komentarnya tentang homoseksualitas.
Sat Oct 24, 2020 - 2:42 pm EST
DOROTHY CUMMINGS MCLEAN
VATICAN CITY, 24 Oktober 2020 (LifeSiteNews) - Beberapa jam yang lalu, sekelompok anak muda Katolik
berkumpul di Lapangan Santo Petrus di Roma, meminta paus Francis "untuk memberi
kejelasan tentang persatuan atau relasi sesama jenis." Dalam sebuah film
dokumenter yang dirilis awal pekan ini, Bapa Suci telah menyatakan dukungannya
untuk serikat sipil homoseksual.
Dipimpin oleh Alexander Tschugguel, yang dikenal sebagai si
pembuang berhala pachamama, kaum muda dari St. Boniface Institute Austria berkumpul di Lapangan Santo Petrus hari ini dengan
spanduk bertuliskan, "Bapa Suci, kami meminta kejelasan tentang relasi antar
sesama jenis."
Diikuti oleh sejumlah umat Katolik dari negara lain yang berlutut
di piazza, mereka berdoa rosario bersama dengan hening.
Setelah polisi Romawi meminta Tschugguel untuk menyingkirkan
spanduk itu, dia bergabung dengan teman-teman yang lain di dalam doa dan mengajak
mereka berdoa "Salve Regina." Kemudian seorang pastor bergerak maju dan
memimpin rombongan anak muda itu di dalam doa Angelus.
Salah satu umat yang berdoa di lapangan itu memberi tahu LifeSiteNews bahwa Tschugguel dan banyak
orang Austria lainnya telah berkendara sepanjang malam untuk mencapai Vatikan
hari ini.
Tschugguel, 27 tahun, terkenal di kalangan umat Katolik se
dunia karena sebuah acara di Ponte Sant'Angelo, berjalan kaki singkat dari
Vatikan, pada Oktober 2019 lalu: karena ngeri dengan kehadiran sejumlah patung berhala
yang diidentifikasi sebagai dewi pagan bumi pachamama di sebuah gereja Katolik
dekat Vatikan, Tschugguel segera mengambil beberapa patung itu, membawanya ke jembatan,
dan melemparkannya
ke sungai Tiber.
Patung-patung itu juga dilibatkan dalam beberapa upacara dan
acara keagamaan yang dihadiri Paus. Hari ini, Tschugguel mengatakan kepada
wartawan bahwa kali ini, dia dan Institut St. Boniface berada di sana dengan alasan
yang berbeda.
“Hari ini, kami berada di sini, di depan Jembatan Malaikat
Suci, di depan Kastil Sant'Angelo lagi,” katanya. “Tahun ini, saya berdiri di
sini karena ada sebuah wawancara yang diterbitkan, di mana Bapa Suci meminta
pengakuan atas serikat sipil sesama jenis di negara-negara dengan politik yang
berbeda.”
Tschugguel mengatakan bahwa wawancara semacam itu telah
menjadi masalah sejak awal masa kepausannya, bagi umat Katolik, karena para musuh
Gereja telah menggunakan paus Francis untuk melawan iman dan memajukan agenda
anti-Katolik.
“Hal ini terjadi lagi di sini, sekarang,” katanya.
“Misalnya, Presiden Venezuela, Nicolás Maduro, seorang komunis
dan pendukung homosex, berkata bahwa sekarang, didorong oleh perkataan Bapa
Suci ini, dia akan memperkenalkan 'pernikahan' homoseksual di Venezuela,”
lanjutnya.
“Seorang uskup Austria mengatakan bahwa dia sangat senang
bahwa paus [memuji] sesuatu yang 100% telah diperkenalkan di Austria. Saya
pikir yang dia maksud adalah 'pernikahan' homoseksual, yang diperkenalkan tahun
lalu."
Di Amerika, Tschugguel menambahkan, pastor James Martin, SJ, seorang
pastor pelaku dan pendukung homosex, mengatakan bahwa ini "adalah langkah
yang sangat besar" dalam mendukung "orang LGBT."
Pemuda Austria itu meminta kejelasan, dengan mengingat kontroversi
seputar film dokumenter "Francesco,"
yang tampak jelas menampilkan persetujuan Paus atas relasi sesama jenis, meski hal
itu diduga juga diedit secara selektif. Beberapa orang berpendapat bahwa
pernyataan paus juga tidak diterjemahkan dengan benar.
“Kami tidak tahu apa yang sebenarnya dikatakan Bapa Suci,
tetapi sekarang kami berada di sini untuk bertanya kepada Bapa Suci: Tolong,
tolong, beri kami kejelasan tentang relasi homoseksual. Silakan pergi ke depan kamera,
pergi ke depan mikrofon, untuk menjelaskan kepada orang-orang bagaimana Anda
benar-benar dan bersungguh-sungguh dan apa konteks dari wawancara itu, dan
bagaimana ajaran Katolik masih tetap menjadi ajaran Katolik.”
Dia menambahkan, "Kami bertanya kepada Anda, Bapa Suci,
apa ajaran Katolik tentang relasi homoseksual?"
Tschugguel mengatakan kepada LifeSiteNews bahwa beberapa uskup Austria mendukung kegiatan
Institut St. Boniface, sementara yang lainnya tidak.
“Tapi itu bukan masalah bagi kami,” katanya. “Kami pikir
untuk melayani kehendak Tuhan, kami harus melakukan apa yang benar dan sesuai
hukum. Dan juga, apa yang saya lakukan sekarang, hari ini, di sini, bukanlah dari
saya pribadi ... tetapi dari sebuah Iman yang satu dan Sejati.”
Pemuda itu berkata bahwa dia mendapat banyak dukungan dari
kalangan muda Katolik Austria dan para pastor di Austria.
“Banyak orang mendatangi saya dan memberi tahu saya,
terkadang secara terbuka, bahwa [mereka] ingin berteman dengan [saya] atau
mengundang saya untuk berpidato. Saya cukup sering bepergian untuk memberikan
pidato."
Orang-orang yang lain lagi, sedikit lebih berhati-hati,
memberi tahu Tschugguel bahwa mereka adalah penggemar berat apa yang dia
lakukan, sambil memintanya untuk tidak memberi tahu orang lain.
“Jadi kami melihat bahwa masih ada kebijakan ketakutan di
antara para pastor, tetapi saya melihat ada perubahan. Para pastor muda
biasanya jauh lebih setia daripada yang disebut 'pastor generasi '68."
Dia mengatakan bahwa ada pastor yang “luar biasa” di antara
generasi yang sekarang sudah tua, tetapi, mengingat zaman, sungguh sebuah “keajaiban”
ketika ada seseorang yang ingin hidup selibat dan menjadi pastor.
Umat Katolik yang sudah menikah itu mengatakan bahwa "relasi
gay" adalah "langkah pertama" dalam agenda LGBT, dengan menyinggung
pernyataan pastor aktivis LGBT, James Martin, SJ, bahwa persetujuan paus
Francis terhadap mereka (LGBT) "adalah langkah maju yang besar dalam
dukungan gereja untuk orang-orang LGBTQ."
"Apa langkah selanjutnya?" Tschugguel bertanya.
Dia setuju dengan pernyataan Paus tentang adanya orang-orang
dengan ketertarikan terhadap sesama jenis yang memiliki hak untuk berkeluarga, memiliki
keluarga inti, menikmati masa kanak-kanak mereka, dan ingin bahwa keluarga
tidak boleh mengusir putra dan putri mereka yang memiliki ketertarikan kepada sesama
jenis.
“Sebagai umat Katolik kami ingin keluarga tetap bersama. Kami
ingin keluarga berdoa bersama. Kami ingin keluarga menjadi Katolik bersama,” katanya
kepada media.
“Jadi bukan itu pembahasannya. Diskusi ini benar-benar dan
jelas bahwa apa yang dia (paus) katakan dalam wawancaranya digunakan untuk
mempromosikan agenda LGBT, pertama-tama memperkenalkan relasi gay dan kemudian
memperkenalkan 'pernikahan' homoseksual.”
Tschugguel mencatat bahwa di masa lalu paus Francis telah
berbicara menentang item agenda LGBT seperti adopsi homoseksual. Namun, saat
ini media memberi tahu kami bahwa dia mendukung ideologi tersebut, dan bahwa hal
ini tidak baik bagi reputasi paus dan sangat menghina Tuhan, kata Tschugguel.
“Merupakan pelanggaran terhadap Tuhan jika orang menggunakan
kutipan dari Bapa Suci, wakil-Nya di dunia, untuk melawan satu ajaran yang benar,”
katanya.
Pemuda Katolik itu juga mengutip dari dokumen
Kongregasi Doktrin Iman tahun 2003, yang ditandatangani oleh Kardinal Ratzinger
saat itu, sekarang Paus Emeritus Benediktus XVI, yang berjudul
"Pertimbangan mengenai proposal untuk memberikan pengakuan hukum kepada relasi
di antara orang-orang homoseksual."
“Menghormati orang homoseksual tidak dapat mengarah kepada
persetujuan perilaku homoseksual atau pengakuan hukum atas relasi homoseksual,”
kata Tschugguel.
"Saya pikir itu benar," tambahnya, dan menunjukkan
bahwa sudah ada langkah-langkah yang memungkinkan orang memilih teman untuk
mengunjungi mereka di rumah sakit atau mewarisi uang mereka.
“Jadi apa alasan kita untuk memperkenalkan relasi gay? Tidak
ada alasan."
Institut St. Boniface telah mengambil bagian dalam demonstrasi iman secara publik
lainnya yang menentang para klerus yang menjilat para aktivis LGBT. November
lalu, kelompok itu mengadakan reli
rosario di luar Katedral St. Stephen di Wina untuk memprotes konser
amal pro-LGBT yang dibintangi oleh seorang waria yang berlangsung di dalam Gereja
itu. Pada Januari 2020, kelompok itu bergabung
dengan umat Katolik lainnya, termasuk Uskup Agung Carlo Maria Viganò, di Munich,
untuk memprotes Kardinal Reinhard Marx dan para uskup Jerman dalam hal "Jalan
Sinode" yang mereka pilih.
*****
Uskup
Agung Vigano, Uskup Tobin, dan Strickland menanggapi pernyataan Paus
Francis
Menyatakan Dukungannya Pada ‘Perkawinan’ Sipil Sesama Jenis
Orang-orang
di Roma Mulai Menganggap Bahwa Francis Adalah Anti-Paus
Kemana
Francis Menuntun, Kita Tidak Bisa Mengikutinya