These Last Days News - October 6, 2020
Ensiklik Terbaru Francis: Aborsi Tidak Ada Dalam Daftar Keprihatinan Politiknya ...
https://www.tldm.org/news47/francis-latest-encyclical-abortion-not-on-list-of-political-concerns.htm
LifeSiteNews.com reported on October 5,
2020:
by John-Henry Westen
Dalam Fratelli
Tutti, ensiklik terbaru paus Francis yang
dirilis kemarin, umat Katolik pro-kehidupan dihadapkan pada penekanan politiknya
yang mengabaikan masalah aborsi. Sejalan dengan para uskup AS yang selalu menghindari perjuangan untuk mendukung hak
atas kehidupan anak-belum-lahir, paus Francis secara eksplisit juga menyingkirkan
masalah aborsi dari daftar masalah politik yang tercantum dalam ensiklik
terbarunya.
Dalam paragraf 188 Fratelli Tutti, paus Francis mengatakan "perhatian terbesar
para politisi seharusnya bukan tentang penurunan jumlah jajak pendapat, tetapi seharusnya
tentang menemukan solusi efektif untuk fenomena pengucilan sosial dan ekonomi, serta
konsekuensi buruknya: perdagangan manusia, penjualah organ dan jaringan tubuh manusia,
eksploitasi seksual terhadap anak laki-laki dan perempuan, kerja paksa,
termasuk prostitusi, perdagangan narkoba dan senjata, terorisme, dan kejahatan
terorganisir internasional. "
Fakta bahwa masalah aborsi tidak dimasukkan dalam
daftar ‘cucian’ ini sungguh memalukan. Terutama karena dia (paus Francis) menindaklanjuti
daftar ini dengan mengatakan, "Begitulah besarnya situasi ini, dan
korbannya pada kehidupan dari mereka yang tidak bersalah, sehingga kita harus
menghindari setiap godaan untuk jatuh ke dalam nominalisme deklaratoris yang
akan menenangkan hati nurani kita."
Ada dua kali kesempatan dalam ensiklik ini, di
mana saya pikir paus setidaknya akan mau menebus dirinya dalam skor buruk itu
(meniadakan masalah aborsi), namun dua kesempatan ini hanya untuk membuat
harapan saya pupus.
Paragraf 255, “Ada dua situasi ekstrim yang dapat
dilihat sebagai solusi dalam keadaan yang sangat dramatis, tanpa menyadari
bahwa itu adalah jawaban palsu yang tidak menyelesaikan masalah yang seharusnya
mereka selesaikan, dan pada akhirnya tidak lebih dari memperkenalkan elemen
baru dari kehancuran dalam tatanan masyarakat nasional dan global. " Di
sini, saya harapkan, pasti Paus akan menyebut aborsi? Ternyata tidak. "Ini adalah perang dan
hukuman mati," tulis paus Francis.
Terakhir, ada satu kesempatan lain dalam dokumen
setebal 194 halaman itu, di mana tampaknya hak untuk hidup bagi anak-yang-belum-lahir
tidak perlu dipikirkan lagi. Itu
muncul dalam paragraf 279. "Satu hak asasi manusia yang fundamental tidak
boleh dilupakan dalam perjalanan menuju persaudaraan dan perdamaian,"
tulis Paus. “Ini adalah kebebasan beragama bagi penganut dari semua agama,” disini muncul penjelasan lain yang tidak
diinginkan.
Mereka yang secara konsisten membaca tulisan paus
Francis, terutama yang berhubungan dengan politik, tidak merasa terkejut dengan
pendekatannya itu. Dalam seruannya di tahun 2018, dia mencemooh
pemahaman Katolik tentang pengungsi sebagai hal yang "sekunder," dibawah
masalah aborsi. "Beberapa umat Katolik menganggap [pengungsi] sebagai
masalah sekunder dibandingkan dengan pertanyaan bioetika yang 'berat',"
katanya.
“Bahwa seorang politikus yang mencari suara,
mungkin mengatakan hal seperti itu dan hal itu dapat dimengerti, tetapi bukan
seorang Kristen.” Berbicara tentang aborsi dan pengungsi, dia mengkritik mereka
yang menganggap pengungsi sebagai hal sekunder," seolah-olah ada masalah
lain yang lebih penting, atau satu-satunya hal yang diperhitungkan adalah satu
masalah etika tertentu atau alasan yang mereka bela sendiri."
Sangat kontras dengan beberapa kepausan sebelumnya
dalam hal pertanyaan yang menunjukkan sebuah perpecahan dengan masa lalu yang
tidak dapat diabaikan. Paus Santo Yohanes Paulus II menulis dalam seruan
apostolik 1988-nya, Christifideles
Laici: “...protes bersama, yang diserukan dengan adil atas nama hak asasi
manusia - misalnya, hak atas kesehatan, rumah, pekerjaan, keluarga, budaya – adalah
palsu dan ilusi jika hak untuk hidup, hak yang paling dasar dan fundamental
serta kondisi yang diperlukan oleh semua hak pribadi lainnya, tidak
dipertahankan dengan tekad yang maksimal. "
Paus Benediktus XVI, sebelum menjadi Paus pada
tahun 2004, menulis kepada para Uskup Amerika Serikat, "Tidak semua
masalah moral memiliki bobot moral yang sama dengan aborsi dan eutanasia."
Dalam suratnya "Kelayakan untuk
menerima Komuni Kudus," kardinal Joseph Ratzinger (Paus Benediktus
XVI) juga menulis ketika dia masih menjadi kepala doktrin Gereja, "Jika
seorang Katolik berselisih dengan Bapa Suci tentang penerapan hukuman mati atau
pada keputusan untuk berperang, karena alasan itu dia tidak akan dianggap tidak
layak untuk menerima Komuni Kudus."
“Mungkin ada keragaman pendapat yang sah bahkan
di antara umat Katolik tentang perang dan penerapan hukuman mati, tetapi tidak
terkait dengan aborsi dan eutanasia,” lanjut Ratzinger.
Ada dua referensi yang tersamar tentang aborsi
dalam teks Fratelli Tutti. Salah
satunya adalah, dalam konteks perdagangan manusia, paus menyebutnya
"...sebuah penyimpangan yang melebihi segala batas ketika seseorang menundukkan
wanita dan kemudian memaksa mereka untuk melakukan aborsi." Kemudian,
dalam berbicara tentang budaya "suka membuang" kita saat ini, dia
memasukkan "yang belum lahir" saat dia menyesalkan bahwa bagian dari
keluarga manusia (janin) "dapat segera dikorbankan demi orang lain."
Kontras dalam tulisan paus Francis dan para
pendahulunya begitu mencolok sehingga sulit untuk melihatnya sebagai sesuatu yang
lain, selain sebuah perpecahan dengan masa lalu, perubahan dari apa yang selalu
dianggap tidak dapat diubah. Setelah membaca tulisan-tulisannya dari awal masa
kepausannya dan dibombardir dengan kenyataan perpecahan dengan masa lalu yang
terbukti, bahkan sebagai orang awam yang sederhana, seseorang harus belajar
membaca sikap Francis dengan sangat hati-hati, bahkan dengan kecurigaan bahwa
konsep ajaran Katolik akan diputarbalikkan untuk menyarankan ‘injil’ yang lain.
Untuk konferensi yang akan datang tentang
pendidikan Katolik, di mana saya berbicara, saya membaca ensiklik oleh Paus Leo
XIII dari akhir tahun 1800-an. Saya terkejut
dengan kejelasan yang luar biasa,
iman yang dihadirkan dalam
kesederhanaannya yang tak terhalang sama sekali, kebenaran Kristus yang
bersinar terbukti dalam tulisan dari wakil Kristus itu (Paus Leo XIII). Saya merasa bebas untuk membuka pikiran, hati,
dan jiwa saya pada kebenaran tanpa takut tersesat dan mengantisipasi ajaran,
penjelasan, dan pencerahan yang nyata dan mudah dimengerti.
Kita harus memohon kepada Surga untuk segera memulihkan
Gereja.
*****
Our Lady, Bayside, 18 Maret 1974
"Tanpa adanya sejumlah doa yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan neraca dan tindakan silih dari anak-anak di dunia, akan ada seseorang yang ditempatkan di atas Takhta Petrus yang akan menaruh jiwa-jiwa dan Rumah Tuhan ke dalam kegelapan yang dalam."
*****
Neraka:
Sebuah Tuntutan Dari Kebaikan Ilahi
LDM
– Kutipan Nubuat Tentang Perang Dunia III
Ned
Dougherty - October 3, 2020
No comments:
Post a Comment