On Purgatory - Part III
Siksaan Terhadap Indera di Api Penyucian
Dr. Remi Amelunxen
https://traditioninaction.org/religious/e054-Purg_3.htm
Selain rasa sakit
karena kehilangan, yang telah kita bahas di artikel sebelumnya, ada
juga rasa sakit pada indera, yaitu rasa sakit fisik di Api Penyucian. Seperti
yang dinyatakan, rasa sakit karena kehilangan adalah kehilangan pandangan akan
Tuhan dan hal itu merupakan penderitaan yang amat menyiksa jiwa.
Rasa sakit pada indera mirip dengan yang kita alami dalam daging kita. Ini
adalah pendapat universal dari para Doktor Gereja bahwa itu terdiri dari jenis
api khusus yang menghasilkan, di dalam jiwa, rasa penderitaan yang serupa
dengan apa yang kita derita dalam daging kita di dunia ini. Selain api, ada
juga jenis penderitaan-penderitaan lainnya.
Api di dalam Api Penyucian adalah api yang nyata,
demikian ajaran para Doktor Gereja
Untuk mendapatkan gambaran tentang intensitas
penderitaan, cukuplah mengetahui bahwa api di Api Penyucian adalah sama dengan api
Neraka. “Api yang sama, yang menyiksa orang-orang terkutuk dan memurnikan mereka
yang terpilih,” kata Paus St. Gregorius Agung. St. Robert Bellarmine juga mengajarkan
hal yang sama, “Hampir semua teolog mengajarkan bahwa orang terkutuk di dalam
neraka dan jiwa-jiwa di Api Penyucian menderita oleh api.” (1)
Adapun penderitaan lainnya, hal itu ditimbulkan oleh Keadilan Yang Tak Terbatas
dan sebanding dengan sifat, berat dan jumlah dosa yang dilakukan.
Besarnya hutang tiap orang adalah sangat bervariasi dalam hal beratnya dan kuantitasnya. Beberapa telah terakumulasi selama masa pengabaian yang lama, sementara yang lain memiliki jumlah yang lebih sedikit yang belum ditebus di dunia. Yang pasti, tulis St. Bellarmine, adalah bahwa "tidak ada proporsi antara penderitaan hidup ini dengan penderitaan di Api Penyucian." (2)
St Agustinus memohon kepada Tuhan untuk
memberinya penderitaan dalam hidup ini, daripada menderita siksaan yang
mengerikan di Api Penyucian nanti: “Ya Tuhan, hajarlah aku bukan dalam
amarah-Mu. Murnikanlah aku dengan cara-Mu dalam kehidupan ini sehingga aku tidak
perlu dimurnikan oleh api di kemudian hari. Ya, aku takut akan api yang telah
dinyalakan bagi mereka yang akan diselamatkan, itu memang benar, namun itu
memang oleh api. Mereka akan diselamatkan, tidak diragukan lagi, tetapi hanya
setelah pencobaan oleh api, dan ujian itu akan sungguh mengerikan.” (3)
Thomas a Kempis, penulis The Imitation of
Christ, menjelaskan doktrin Api Penyucian ini dengan komentar yang paling
mencolok: “Di sana [di Api Penyucian], satu jam siksaan akan lebih mengerikan
daripada 100 tahun penebusan dosa yang dilakukan di dunia.” (4)
Dalam bukunya Treatise on Purgatory, St. Catherine dari Genoa berkata bahwa
jiwa-jiwa di Api Penyucian "menanggung siksaan yang begitu ekstrim
sehingga tidak ada kalimat yang dapat menggambarkannya, dan begitu juga, tidak
ada pemahaman yang paling kecil sekali pun tentang api di Api Penyucian jika
Tuhan tidak membuatnya dikenal dengan rahmat tertentu. Dia melanjutkan, “Tidak
ada lidah yang dapat mengekspresikan atau pikiran yang bisa membentuk gagasan
tentang apa itu Api Penyucian. Karena penderitaan itu sama dengan penderitaan
di Neraka." (5)
Penghiburan di tengah rasa sakit
Terlepas dari rasa sakit fisik dan moral yang hebat, di Api Penyucian masih ada
penghiburan luar biasa yang dinikmati jiwa-jiwa di tengah penderitaan mereka. St.
Fransiskus de Sales memberi tahu kita soal ini, “Kita bisa menarik pemikiran tentang
Api Penyucian lebih banyak penghiburan daripada ketakutan. Sebagian besar dari
mereka yang takut pada Api Penyucian begitu banyak memikirkan kepentingan
mereka sendiri daripada kepentingan kemuliaan dan keadilan Allah.
Dante menggambarkan kebanggaan membawa batu-batu berat
sebagai hukuman mereka di Api Penyucian
“Hal ini karena mereka hanya memikirkan
penderitaan tanpa mempertimbangkan kedamaian dan kebahagiaan yang dinikmati di
sana oleh jiwa-jiwa suci. Benar bahwa siksaan itu begitu hebat sehingga
penderitaan yang paling parah di dunia ini tidak ada bandingannya dengan
penderitaan di Api Penyucian. Tetapi kepuasan batin yang dinikmati di sana
sedemikian rupa besarnya sehingga tidak ada kemakmuran atau kepuasan di dunia
yang dapat menyamainya." (6)
Jiwa-jiwa Malang ingin berada di Api Penyucian karena itu adalah keinginan
Tuhan. Mereka tidak bisa berbuat dosa lagi disana, tidak bisa mengalami
ketidaksabaran atau melakukan ketidaksempurnaan sedikit pun. Mereka mengasihi
Tuhan dengan kasih yang sempurna dan murni. Mereka dihibur oleh Bunda
Terberkati, para Malaikat, Misa Kudus, dan tindakan silih dari umat beriman di dunia.
Yang terpenting, mereka dijamin akan menerima keselamatan kekal. Penderitaan yang
paling pahit mereka akan ditenangkan oleh kedamaian yang mendalam dalam
pengetahuan ini. Jadi, saat memurnikan Jiwa di Api Penyucian dengan api, Tuhan
mengobarkan api itu dengan penghiburan yang tak terlukiskan besarnya.
Lamanya di Api Penyucian
Iman tidak mengungkapkan secara tepat durasi dari rasa sakit di Api Penyucian.
Apa yang kita tahu adalah bahwa durasi itu diukur dengan Keadilan Ilahi dan,
untuk setiap individu, rasa sakitnya sebanding dengan jumlah dan besarnya kesalahan
yang belum ditebus oleh seseorang.
Bagaimanapun, Tuhan dapat memperpendek penderitaan ini dengan meningkatkan
intensitasnya. Gereja Militan – yaitu mereka yang masih hidup di dunia - juga
dapat memperoleh pengampunan bagi mereka melalui Kurban Misa Kudus dan silih yang
ditawarkan oleh umat beriman untuk orang-orang yang meninggal.
Menurut pendapat umum dari para Doktor Gereja, rasa sakit penebusan di Api Penyucian berlangsung lama. St. John Bellarmine memberi tahu kita: “Rasa sakit di Api Penyucian tidak terbatas pada 10 atau 20 tahun, karena dalam beberapa kasus berlangsung hingga selama berabad-abad.” Kemudian dia bertanya, “Jadi, apakah kita akan merasa kesulitan atau keengganan dalam melakukan kerja paksa dan penebusan dosa di dunia ini untuk membebaskan diri kita dari penderitaan di Api Penyucian?” (7)
Bahkan mereka yang menyerahkan diri paling sempurna untuk melayani Tuhan, masih juga melakukan banyak kesalahan setiap hari. Dengan berpegang pada prinsip bahwa "orang benar jatuh tujuh kali sehari," maka seseorang dapat mengatakan bahwa bahkan mereka yang berdedikasi untuk melayani Tuhan, melakukan sejumlah besar kesalahan di mata Tuhan yang sangat murni.
Misalkan orang seperti itu melakukan sekitar 10 kesalahan sehari. Setelah satu tahun, jumlahnya 3.650 kesalahan. Setelah 10 tahun, totalnya adalah 36.500 kesalahan. Sekarang anggaplah setiap kesalahan membutuhkan waktu penebusan satu jam di Api Penyucian. Maka total waktu di Api Penyucian bagi kesalahan selama 10 tahun di dunia ini akan menjadi lebih dari tiga tahun dengan perhitungan yang cukup ringan ini…
Mari kita tutup dengan wahyu St. Lutgarda tentang Api Penyucian dari Paus Innosensius III, yang memimpin Konsili Lateran yang dilakukan pada tahun 1215, tetapi bagaimanapun, ia memiliki keterikatan yang terlalu besar dengan keluarganya.
Paus Innosensius III wafat pada 16 Juli 1216. Pada hari yang sama, ia menampakkan diri di hadapan St. Lutgarda di biaranya di Aywieres di Brabant, sekarang negara Belgia. Paus itu mengatakan kepada St. Lutgarda bahwa dia telah melakukan penebusan atas kesalahan yang mungkin bisa menyebabkan kemusnahan kekal, kecuali meminta perantaraan Perawan Maria yang Terberkati. Paus Innosensius III mengatakan kepada St. Lutgarda bahwa penderitaannya akan berlangsung selama berabad-abad dan meminta, demi nama Maria, yang memberinya bantuan untuk bisa meminta tolong kepada St. Lutgarda, agar bisa mengurangi hukumannya. (8)
Bunda Maria menawarkan penghiburan bagi jiwa-jiwa
malang di Api Penyucian
Dari sini kita dapat menyadari keseriusan dosa, beratnya
Keadilan Ilahi dan pentingnya devosi kepada Bunda Maria, yang merupakan
perantara kita yang paling kuat di hadapan Tuhan pada hari penghakiman kita.
Kita juga dapat melihat pentingnya mengoreksi kesalahan kita dan menebus dosa-dosa
kita saat kita masih hidup di dunia,
sebuah topik yang sayangnya, jarang sekali disebutkan dari mimbar kotbah setelah
KV II.
*****
Dogma
tentang Neraka - Bagian V
Mengapa
Begitu Banyak Orang Pergi ke Neraka
Vatican
Membela ‘Perjanjian Dengan Iblis’
Tentang
Api Penyucian – Bagian I
Tentang
Api Penyucian – Bagian II
No comments:
Post a Comment