On Purgatory - Part I
Api
Penyucian Adalah Sebuah Dogma Iman
Tema dari Keistimewaan Hari Sabat,
30 Misa Gregorian dan indulgensi
disampaikan
untuk menunjukkan manfaat
semua kegiatan ibadah itu untuk melepaskan jiwa-jiwa dari Api
Penyucian. Berikut ini adalah presentasi yang lebih rinci dari dogma Api
Penyucian yang banyak terlupakan - jika tidak disangkal, yaitu tempat di
mana jiwa-jiwa anggota Gereja Yang Menderita melakukan penebusan atas dosa-dosa
mereka.
Pada zamannya, St. Francis de Sales (1567-1622) menyesalkan bagaimana
orang-orang dekat kita
yang telah meninggal dilupakan, dengan mengatakan: "Ingatan mereka tampaknya ikut lenyap bersamaan dengan
suara lonceng pemakaman." (1) Seperti yang disampaikan oleh pastor François Xavier Schouppe dalam bukunya yang
brilian Purgatory
Explained, “penyebab utama dari kelupaan ini adalah
ketidaktahuan dan kurangnya iman; gagasan kita tentang Api Penyucian terlalu kabur dan iman
kita
terlalu lemah.”
Untuk mengoreksi semua
kekurangan ini, dia mengemukakan tiga sumber terang untuk menjelaskan
kepada umat yang
setia tentang pentingnya topik ini: Ajaran Gereja, ajaran para Doktor Gereja
dan teolog, dan pewahyuan
dari para kudus.
Ajaran
dogmatis tentang Api Penyucian
Gereja mengemukakan
dua kebenaran yang secara jelas didefinisikan sebagai dogma iman: pertama, ada suatu tempat yang bernama Api
Penyucian; kedua, jiwa-jiwa yang
berada di Api Penyucian dapat dibantu oleh usaha dari umat beriman yang masih
hidup di dunia, terutama melalui Kurban Misa Kudus.
Bunda Maria memberikan penghiburan bagi
Jiwa-Jiwa Malang di Api Penyucian
Menanggapi
Revolusi Protestan, Konsili Trente menegaskan kembali keberadaan Api Penyucian
sebagaimana telah diajarkan oleh Konsili Pertama di Lyon. Konsili itu juga
menginstruksikan para Uskup agar doktrin Gereja tentang Api Penyucian diajarkan
dan dikhotbahkan di mana-mana, agar dapat dipegang dan dipercaya oleh umat
Katolik.
Di
sini dikutip tiga Kanon penting dari Trent:
• Sesi 255 (1563) - Dekrit tentang Api Penyucian - Karena Gereja, yang diajar
oleh Roh Kudus, telah mengajar di Konsili-konsili Suci dan baru-baru ini di Konsili
Ekumenis ini, dan
dengan mengikuti Tulisan-tulisan Suci dan tradisi kuno para Bapa Gereja, bahwa ada
sebuah Api
Penyucian, dan bahwa jiwa-jiwa yang ditahan di sana bisa dibantu
oleh upaya dari umat
beriman dan terutama oleh Kurban di atas Altar (Misa Kudus) yang dapat diterima, maka Konsili
Suci memerintahkan kepada
para Uskup agar
mereka berusaha dengan tekun sehingga doktrin Api Penyucian yang benar, yang
disampaikan oleh Para Bapa dan Konsili-konsili Suci, untuk dipercaya dan yang dipelihara oleh kesetiaan Kristus,
dan diajarkan dan diberitakan dimana saja.
• Sesi 6 (1547) - Kanon 30 - Jika ada yang
mengatakan bahwa setelah menerima rahmat pembenaran [melalui Sakramen
Tobat], kesalahannya
sepenuhnya dihapus
dan hutang hukuman kekal dihapuskan begitu saja bagi setiap orang berdosa yang bertobat sehingga
tidak ada hutang hukuman sementara yang masih harus dijalani, baik di
dunia ini atau di Api Penyucian, sebelum pintu Surga dapat dibuka, biarlah dia
menerima kutukan.
• Sesi 14 (1551) - Kanon 12 - Jika ada yang berkata bahwa Tuhan selalu
mengampuni seluruh denda
bersama dengan kesalahannya dan bahwa pelunasan atau denda [atas dosa] yang dibuat oleh orang yang bertobat
tidak ada lagi,
karena iman yang mereka anggap bahwa Kristus telah menghapuskan dosa-dosa mereka,
biarlah
dia menerima
kutukan.
• Kanon 13 - Jika ada yang mengatakan bahwa hukuman atas dosa, seperti hukuman sementara,
sama sekali tidak perlu
dilakukan, karena jasa-jasa Kristus, dengan melalui hukuman yang dijatuhkan oleh-Nya dan
dengan sabar ditanggung, atau oleh [penebusan dosa] yang dijatuhkan oleh imam,
atau bahkan yang dilakukan secara sukarela seperti puasa, doa, sedekah
atau karya kesalehan lainnya, dan karena itu penebusan dosa yang terbaik baginya hanyalah berupa menjalani kehidupan
yang baru,
biarlah dia
menerima kutukan.
• Kanon 14 - Jika ada yang
mengatakan bahwa penebusan
yang dilakukan
oleh orang yang bertobat untuk menebus dosa-dosa mereka
melalui Kristus bukanlah penyembahan kepada Tuhan, tetapi hanya sebagai tradisi manusia, yang mengaburkan
doktrin tentang
rahmat dan penyembahan yang benar kepada Tuhan dan manfaat dari kematian Kristus, biarlah dia menerima kutukan.
Dari doktrin-doktrin ini jelas bahwa keberadaan Api
Penyucian merupakan dogma Gereja Katolik dan mereka yang menyangkalnya tidak
dapat menyebut dirinya Katolik.
Nilai dari pewahyuan pribadi
Pewahyuan-pewahyuan yang diberikan kepada para kudus, yang disebut wahyu pribadi, bukanlah termasuk dalam Deposit Iman yang diberikan oleh Tuhan kita Yesus Kristus kepada Gereja-Nya. Itu adalah fakta sejarah, berdasarkan kesaksian manusia yang mungkin tidak kita percayai tanpa berdosa melawan iman. Tetapi karena pewahyuan-pewahyuan itu diakui sebagai otentik, maka kita tidak dapat menolaknya tanpa melawan penalaran, yang menuntut persetujuan atas suatu kebenaran ketika ia diperlihatkan secara memadai.
Pewahyuan pribadi ada dua jenis, penglihatan dan penampakan. Penglihatan adalah cahaya subjektif yang ditanamkan oleh Tuhan ke dalam pemahaman orang-orang pilihan untuk mengungkapkan misteri-misteri-Nya. Seperti inilah penglihatan-penglihatan dari banyak Nabi dan orang kudus untuk menyampaikan kebenaran spiritual secara supernatural kepada manusia.
Tiga sidik jari yang nampak terbakar tercetak di sampul buku doa oleh satu jiwa malang di Api Penyucian - lihat ceritanya di sini
Sedangkan penampakan adalah
fenomena obyektif yang dapat dibuktikan dengan bukti material yang berada di
luar orang-orang yang menerimanya. Penampakan jiwa-jiwa di Api Penyucian sering
terjadi dan dapat dibuktikan dengan benda-benda yang disentuhnya hingga ada yang menimbulkan cetakan bekas api.
Penampakan seperti itu ditemukan dalam jumlah besar dalam kehidupan para orang kudus.
Bukti nyata yang ditinggalkan oleh jiwa-jiwa ini dikumpulkan oleh seorang pastor di abad
ke-19, pastor Victor
Jouet, dan disimpan di Museum khusus Jiwa-jiwa Malang di Roma. Anda dapat membaca tentang artefak
yang diakui oleh Gereja
itu, di sini
dan di sini.
Tuhan mengizinkan penampakan-penampakan semacam
ini untuk membebaskan jiwa-jiwa serta untuk menginspirasi belas kasih dan
doa-doa
kita bagi mereka.
Mereka juga berjasa
dalam menunjukkan dan menekankan betapa kerasnya Pengadilan Tuhan terhadap
kesalahan-kesalahan,
yang sayangnya,
kita anggap remeh.
Bunda Maria menghibur Jiwa-jiwa Malang di Api Penyucian
Jiwa-jiwa dari Gereja Yang Menderita (di Api Penyucian) selalu
memohon pertolongan
dan silih dari anggota Gereja Militan (Gereja di dunia). Doa dan persembahan kita bagi mereka
merupakan sumber kelegaan yang luar biasa bagi mereka. Bagi kita yang masih hidup di dunia, itu
adalah sarana untuk mendapatkan
kesucian yang lebih besar.
Satu penghiburan besar bagi jiwa-jiwa di Api Penyucian adalah kunjungan dari Perawan Maria yang Terberkati. Dalam pewahyuan-pewahyuan St. Bridget, Ratu Surga (Bunda Maria) menyebut dirinya dengan nama yang indah "Ibu dari Jiwa-jiwa di Api Penyucian; Ibu dari semua orang yang berada di tempat pelunasan." Dia melanjutkan, "Doa-doaku akan meringankan hukuman yang ditimpakan kepada orang berdosa karena kesalahan mereka." (2)
Bunda Maria melimpahkan
belas kasihannya kepada jiwa-jiwa di dalam Api Penyucian khususnya pada hari-hari
Sabtu dan pada hari-hari rayanya yang lain, dimana hari-hari itu menjadi hari
raya besar di Api Penyucian. Seperti yang terlihat dalam pewahyuan dari banyak orang
kudus, pada hari Sabtu - hari yang secara khusus dipersembahkan bagi Bunda
Maria, maka Bunda Maria turun ke ruang-ruang bawah tanah dari Api Penyucian
untuk mengunjungi dan menghibur mereka yang berbakti kepadanya. Menurut
keyakinan yang saleh, Bunda Maria membebaskan jiwa-jiwa yang telah mengenakan
skapulirnya dan pantas mendapatkan Hak Istimewa hari Sabat, dan kemudian
memberikan kelegaan dan penghiburan bagi jiwa-jiwa lain yang melaksanakan devosi
sejati kepadanya.
Seorang malaikat memberikan kelegaan bagi suatu jiwa di Api Penyucian
Salah satu saksi ini adalah Ven. Suster Paula
dari St. Teresa, seorang religius Dominikan dari Biara St. Catherine di Napoli.
Suatu hari Sabtu dia mengalami
ekstase
dan dia dibawa, di dalam rohnya, ke Api
Penyucian, di mana dia mendapati tempat itu sebagai sebuah surga
kesenangan, disinari
oleh cahaya terang, bukannya kegelapan. Dia kemudian melihat Ratu Surga
dikelilingi oleh para Malaikat, kepada siapa dia memberi perintah-perintah untuk
membebaskan jiwa-jiwa tertentu dan membawa mereka ke Surga. (3)
Hari raya Pengangkatannya yang mulia tampaknya menjadi salah satu saat pembebasan
khusus. St Peter Damian menyatakan bahwa pada hari itu, Bunda
Terberkati membebaskan beberapa ribu jiwa. (4) Ini karena Bunda Maria dengan
senang hati memperkenalkan anak-anaknya ke dalam kemuliaan Surga pada hari dia
sendiri menyaksikan penglihatan indah itu.
Selain penghiburan yang diterima dari Bunda
Yang Terberkati, Jiwa-Jiwa yang Malang di Api Penyucian juga dihibur oleh para Malaikat suci,
terutama oleh Malaikat Pelindung mereka. Para Doktor Gereja mengajarkan bahwa
misi perlindungan Malaikat Pelindung berakhir sampai di pintu masuk anak asuh mereka ke
Surga.
Jika, pada saat kematian, suatu iwa dalam keadaan rahmat namun belum layak
untuk melihat wajah Tuhan, maka Malaikat Pelindungnya akan membawa
jiwa itu ke
tempat penebusan dan tetap berada di sana untuk mendapatkan semua bantuan dan
penghiburan bagi jiwa itu yang berada dalam kuasanya. (5) Tujuan dari Malaikat Pelindung yang
setia adalah untuk membantu jiwa asuhannya memasuki rumahnya di Surga.
Dalam sebuah penampakan kepada St. Margaret dari
Cortona yang sedang berdoa untuk Jiwa-jiwa Malang di Api Penyucian, Penebus Ilahi kita
mengatakan kepadanya: "Rasa sakit yang mereka tanggung sangatlah besar,
tetapi rasa sakit
itu akan jauh lebih besar jika mereka tidak dikunjungi dan
dihibur oleh para Malaikat-Ku,
dimana dengan
menyaksikan Malaikat-Ku hal itu menjadi pemandangan yang sangat menghibur
mereka dalam penderitaan mereka, dan menyegarkan mereka dalam pemurnian
mereka." (6)
Pewahyuan ini sangat konsisten dengan ajaran Gereja. Menurut banyak Doktor Gereja, Malaikat Pelindung memberi tahu jiwa-jiwa di Api Penyucian siapa saja para penolong mereka dan mendesak jiwa-jiwa itu untuk berdoa bagi mereka (para penolong).
Ven. Agnes dari Yesus, yang hidup dalam komunikasi akrab terus-menerus dengan para
Malaikat suci, menceritakan banyak penampakan di mana dia melihat Malaikat
Pelindung membuat syafaat untuk anak asuh mereka, membawa penghiburan kepada mereka yang berada di
tengah api di mana mereka sangat menderita, dan menuntun mereka ke Surga
ketika waktu penebusan mereka selesai. (7)
Bunda Maria dan para Malaikat Kudus adalah perantara alami antara Api
Penyucian dan dunia, karena keduanya berada di antara Surga dan Api Penyucian.
Betapa terhiburnya mereka yang selama hidupnya telah menunjukkan pengabdian
kepada Perawan Terberkati dan kepada Malaikat Pelindung mereka!
*****
“Iblis
dan Karl Marx”: sebuah ulasan
Dogma
tentang Neraka – Bagian IV
Dogma
tentang Neraka - Bagian V
Mengapa
Begitu Banyak Orang Pergi ke Neraka
Vatican
Membela ‘Perjanjian Dengan Iblis’
No comments:
Post a Comment