On Purgatory - Part II
Perlunya Api Penyucian Dan Rasa Sakitnya Kehilangan
Dr. Remi Amelunxen
https://traditioninaction.org/religious/e053-Purg_2.htm
Beberapa orang bertanya, "Mengapa jiwa
harus menderita,
sebelum mereka dapat melihat wajah Tuhan?" Bukankah Sakramen Tobat sudah cukup untuk menghilangkan
efek dari dosa
di dalam jiwa
dan membayar hutang yang dibutuhkan untuk memperoleh pengampunan? ”
Menurut para
teolog, bukannya kesalahan dosa, tetapi
hutang rasa sakit yang berasal dari dosa itulah yang membutuhkan penebusan.
(1) Dosa menghasilkan dua efek pada jiwa: kesalahan
karena menentang Tuhan dan hukuman
yang harus dibayar untuk kejahatan itu. Dalam Sakramen Pengakuan, imam membebaskan
kesalahan ketika orang tersebut benar-benar bertobat. Ini disebut rasa sakit
karena bersalah, yang dihilangkan dengan melalui absolusi dari imam.
Kobaran api dari Api Penyucian diperlihatkan kepada Virgil dan Dante
Namun, harga
denda tetap harus dibayar. Ketika pengampunan dosa yang diberikan oleh
imam tidak cukup untuk menyamai hukuman karena Keadilan Ilahi, ada hal lain
yang perlu dibayar. Hal lain yang tidak dikompensasikan dengan semestinya ini
disebut hutang rasa sakit. Jika,
ketika orang itu meninggal, dia masih memiliki hutang yang terakhir ini, hutang rasa sakit, maka dia
harus melunasinya
di hadapan Keadilan Ilahi dengan menderita di Api
Penyucian.
Hutang penderitaan berasal dari semua kesalahan yang dilakukan selama hidup seseorang,
terutama dari dosa-dosa
berat. Meskipun kesalahannya telah diampuni dengan melalui pengakuan
dosa yang
baik, namun dosa-dosa
itu belum ditebus dengan buah-buah pertobatan external yang layak. Apa yang membentuk
hutang rasa sakit ini adalah sisa-sisa dari banyak hukuman yang kepuasannya
belum diberikan, jadi
semacam noda, yang menjadi penghalang bagi persatuan jiwa
dengan Tuhan.
St. Catherine dari Genoa mengatakan
bahwa meskipun jiwa-jiwa di Api Penyucian harus dibebaskan dari kesalahan dosa mereka, tetapi masih ada
penghalang antara mereka dan persatuan dengan Tuhan selama masih ada
ketidaksempurnaan
dalam dirinya. (2) Dalam Treatise on Purgatory, St. Catherine menjelaskan bahwa jiwa
merasakan penghalang ini di dalam dirinya dan keinginan untuk membuat penebusan
ini dituntut oleh Keadilan Ilahi:
“Saya melihat bahwa Esensi Ilahi memiliki kemurnian sedemikian rupa
sehingga jiwa mana pun, kecuali dia benar-benar tak bernoda, tidak dapat menanggung
pemandangan itu. Jika, di hadapan Yang Mulia, jiwa menemukan dalam dirinya adanya atom
ketidaksempurnaan yang paling kecil sekali pun, daripada tinggal di sana dengan
noda, maka dia
akan bersedia menceburkan
dirinya kedalam Neraka. Untuk menemukan cara guna menghilangkan noda-noda di Api
Penyucian, maka jiwa
[secara sukarela] akan
menghempaskan dirinya ke dalamnya. Dia menganggap dirinya
bahagia karena, sebagai akibat dari belas kasihan yang besar, dia bisa memiliki tempat
yang diberikan
kepadanya di mana dia dapat membebaskan dirinya dari rintangan untuk mencapai kebahagiaan
tertinggi." (3)
Begitulah,
jiwa-jiwa yang menderita di Api Penyucian memahami sepenuhnya dan merangkul
penderitaan yang harus mereka tanggung. Mereka melihat dengan jelas betapa
seriusnya di hadapan Tuhan bahkan hambatan sekecil apa pun yang ditimbulkan
oleh sisa-sisa dosanya.
Jiwa-jiwa menderita, dengan kepasrahan, rasa sakit di Api Penyucian
Dalam bukunya Purgatory Explained, pastor Schouppe mencatat, “Jiwa-jiwa senantiasa bersatu dengan Tuhan di Api Penyucian. Mereka benar-benar pasrah pada kehendak-Nya, atau lebih tepatnya, kehendak mereka begitu berubah menjadi kehendak Tuhan, sehingga mereka tidak bisa menghendaki yang lain kecuali kehendak Tuhan. … Mereka memurnikan diri mereka sendiri dengan sukarela dan penuh kasih, karena seperti itulah kesenangan Ilahi.”(4)
Pastor
Schouppe membuat daftar panjang dosa yang membutuhkan penebusan. Hal itu
termasuk yang berikut ini: dosa nafsu (pikiran kotor, perkataan dan perbuatan),
dosa keduniawian dan skandal, dosa kehidupan kesenangan dan mengejar
kenyamanan, dosa dari
sifat suam-suam kuku, dosa kelalaian menerima Komuni
Kudus dan kurangnya rasa hormat dalam doa, dosa kurangnya penyiksaan atas indera
dan lidah, dosa terhadap keadilan, dosa kelalaian, dosa kesucian, dosa
penyalahgunaan rahmat, dan dosa terhadap Sepuluh Perintah Allah, terutama dosa-dosa daging.
Sakitnya rasa bersalah masih tetap ada untuk
semua dosa,
bahkan setelah pengakuan dosa yang baik dilakukan. Itulah mengapa Api Penyucian adalah
merupakan rahmat
belas kasih Tuhan.
Bagi mereka yang belum cukup melakukan penebusan dalam kehidupan ini, ada
tempat setelah kematian di mana jiwa mereka rela menderita - meskipun sangat besar -
sehingga mereka dapat dimurnikan.
Rasa sakit karena kehilangan
Semua jiwa di Api Penyucian menderita rasa sakit karena kehilangan penglihatan atas Tuhan. Namun, beberapa hanya menderita rasa sakit ini, dan bukan rasa sakit pada indera, yang akan dibahas dalam artikel berikutnya.
Dalam bukunya, Treatise on Purgatory, St. Catherine dari Genoa menjelaskan betapa hebatnya rasa sakit karena kehilangan
Nyatanya, penyiksaan atas rasa kehilangan, yaitu kehilangan penglihatan
atau pandangan atas Tuhan, menurut semua Orang Kudus dan para Doktor Gereja,
jauh lebih akut dan
nyeri daripada rasa sakit pada indera. Kita tidak dapat
memahami hal ini karena kita memiliki terlalu sedikit pengetahuan tentang
Kebaikan Yang Berdaulat, dimana bagi penglihatan itu kita diciptakan. Tetapi, di dalam kehidupan
selanjutnya, kehidupan
roh, Kebaikan yang tak terlukiskan itu tampak bagi jiwa-jiwa
seperti roti bagi orang yang sangat kelaparan, atau air segar bagi
orang yang sekarat karena sangat kehausan, atau seperti kesehatan bagi orang
yang sakit keras yang
disiksa oleh penyakit yang berkepanjangan. (5)
Dalam bukunya, The Castle of the Soul,
St. Teresa dari Avila berbicara tentang rasa sakitnya
kehilangan
penglihatan atas Tuhan : “Rasa sakit kehilangan ini, atau
kekurangan pandangan atas Tuhan, melebihi semua penderitaan yang paling
menyiksa yang dapat kita bayangkan, karena jiwa-jiwa mendesak terus menuju
Tuhan, sebagai pusat aspirasi mereka, namun terus menerus ditolak oleh
Keadilan-Nya. Anda mungkin membayangkan diri Anda sebagai seorang
pelaut karam yang, setelah lama berjuang melawan ombak, akhirnya sampai di jangkauan
pantai, hanya untuk menemukan diri Anda terus-menerus didorong ke belakang
oleh tangan yang tak terlihat. Sungguh penderitaan yang sangat menyiksa!
Namun jiwa-jiwa di Api Penyucian seribu kali lebih besar daripada itu."
(6)
Semua jiwa di Api Penyucian menderita rasa sakit
karena kehilangan, yaitu
penyembunyian pandangan atas Allah. Namun, kita tidak boleh
membayangkan bahwa ini adalah hukuman yang ringan.
Hal ini
dibenarkan oleh kata-kata St. John Chrysostom dalam Homili ke-47. Dia berkata: "Bayangkan
tentang segala siksaan di dunia. Anda tidak akan dapat menemukan siksaan yang
setara dengan rasa kehilangan penglihatan beatifik tentang Tuhan."(7)
*****
Dogma
tentang Neraka – Bagian IV
Dogma
tentang Neraka - Bagian V
Mengapa
Begitu Banyak Orang Pergi ke Neraka
Vatican
Membela ‘Perjanjian Dengan Iblis’
Tentang
Api Penyucian – Bagian I
No comments:
Post a Comment