BREAKING
NEWS:
BEKAS
DUTA BESAR VATIKAN UNTUK AMERIKA SERIKAT, MENGATAKAN (DALAM KESAKSIAN TERTULIS)
BAHWA PAUS FRANSISKUS MELAKUKAN UPAYA MENUTUP-NUTUPI KASUS PELECEHAN SEXUAL
YANG DILAKUKAN OLEH CARD. MCCARRICK
paulsimeon2014
August
26, 2018
Dalam kesaksian tertulis, mantan duta besar apostolik
untuk AS mengatakan bahwa Paus Francis membatalkan sanksi kanonik yang diterapkan
oleh Paus Benediktus XVI kepada predator seksual, Cardinal McCarrick (kanan).
Kardinal McCarrick
Dalam sebuah pernyataan
tertulis yang luar biasa, setebal 11 halaman, seorang mantan duta apostolik
Vatikan untuk Amerika Serikat telah menuduh beberapa uskup agung terlibat dalam
upaya menutupi tuduhan terhadap Uskup Agung Theodore McCarrick dalam kasus pelecehan
seksual yang dilakukan Cardinal
McCarrick, dan dia telah
mengklaim bahwa Paus Francis tahu tentang sanksi yang dijatuhkan terhadap
Kardinal McCarrick pada waktu itu oleh Paus Benediktus XVI tetapi Paus
Fransiskus kemudian memilih untuk mencabut sanksi itu.
Uskup Agung Carlo Maria
Viganò, 77, yang menjabat
sebagai duta apostolik di Washington DC dari tahun 2011 hingga 2016, menulis
bahwa pada akhir tahun 2000-an, bahwa Benediktus telah "menjatuhkan sanksi
kepada Kardinal McCarrick yang serupa dengan yang sekarang dikenakan kepadanya
oleh Paus Francis" dan bahwa Viganò secara pribadi telah memberi tahu Paus
Francis tentang sanksi tersebut pada tahun 2013.
Uskup Agung Viganò mengatakan dalam pernyataan
tertulisnya bahwa Paus Fransiskus “terus berusaha menutup-nutupi” kasus McCarrick
dan bukan saja dia (Paus Fransiskus) “tidak menghiraukan sanksi yang dijatuhkan
Paus Benediktus kepada McCarrick” tetapi juga Paus Fransiskus menjadikan McCarrick
sebagai “penasihatnya yang terpercaya”, mengatakan bahwa mantan uskup agung
Washington telah menyarankan kepada Paus untuk menunjuk sejumlah uskup di
Amerika Serikat, termasuk Cardinals Blase Cupich dari Chicago dan Joseph Tobin
dari Newark.
Uskup Agung Viganò, mengatakan bahwa "hati
nuraninya telah mendikte dirinya" agar kebenaran (kenyataan ini) dipahami
oleh masyarakat luas sebagai "kebusukan yang telah mencapai puncak hirarki
Gereja," dan dia mengakhiri kesaksiannya dengan menyerukan kepada Paus
Fransiskus dan semua orang yang terlibat dalam upaya menutup-nutupi kasus
pelecehan Uskup Agung McCarrick agar segera mengundurkan diri.
Pada tanggal 20 Juni 2018, Sekretaris Negara
Vatikan, Kardinal Pietro Parolin, atas perintah Paus Francis, melarang mantan
Kardinal McCarrick untuk melakukan pelayanan publik, setelah penyelidikan oleh
Keuskupan Agung New York mendapati bahwa tuduhan pelecehan seksual terhadap
anak di bawah umur yang dilakukan oleh Cardinal McCarrick adalah "kredibel dan terbukti.” Pada hari yang sama, publik Amerika
Serikat mengetahui bahwa Keuskupan Agung Newark dan Keuskupan Metuchen di New
Jersey telah menerima tiga tuduhan pelanggaran seksual yang melibatkan orang
dewasa, yang dilakukan oleh Cardinal McCarrick
juga. Sejak saat itu, laporan media telah menulis tentang para korban pelecehan
sexual, mencakup beberapa dekade yang lalu, termasuk seorang remaja laki-laki,
tiga imam muda atau seminaris, dan seorang pria yang kini berusia 60-an tahun
yang menuduh McCarrick telah menyiksanya secara sexual sejak dia berusia 11
tahun. Paus kemudian menerima pengunduran diri McCarrick dari College of
Cardinals.
Uskup Agung Carlo Maria Viganò menulis bahwa
Benediktus, jauh sebelumnya, telah menjatuhkan sanksi kepada McCarrick, yang "mirip"
dengan sanski yang dijatuhkan kepada Kardinal Parolin (Sekretaris Vatikan saat
ini). “Kardinal itu akan meninggalkan seminari tempat dia tinggal,” kata
Viganò, “dia juga dilarang untuk merayakan (Misa) di depan umum, untuk
berpartisipasi dalam pertemuan publik, memberi ceramah, bepergian, dengan
kewajiban untuk mendedikasikan dirinya bagi kehidupan doa dan penebusan dosa.” Carlo
Maria Viganò tidak menyebutkan tanggal yang pasti, tetapi dia ingat bahwa sanksi
yang dijatuhkan itu adalah sejak tahun 2009 atau 2010.
Langkah-langkah yang diambil oleh Benediktus itu
terjadi beberapa tahun setelah pendahulu Uskup Agung Viganò sebagai duta besar
Vatikan, Uskup Agung Gabriel Montalvo dan Pietro Sambi - “segera” memberi tahu
Takhta Suci setelah mereka mengetahui tentang perilaku “perkosaan tak bermoral”
yang dilakukan oleh Uskup Agung McCarrick dengan para seminaris dan para imam,”
demikian pensiunan diplomat Vatikan itu menulis.
Carlo Maria Viganò mengatakan bahwa Uskup Agung
Montalvo pertama kali memperingatkan Vatikan pada tahun 2000, meminta kepada
kepala Dominikan, Boniface Ramsey, agar menulis surat ke Roma untuk melaporkan tuduhan
tersebut. Pada tahun 2006, Carlo Maria Viganò mengatakan, dia secara pribadi, sebagai delegasi yang mewakili
kepausan di Sekretariat Negara, menulis memo kepada atasannya, Kardinal
Leonardo Sandri, mengusulkan agar sebuah "tindakan yang patut dicontoh"
segera dilakukan terhadap McCarrick yang bisa berfungsi sebagai "obat"
untuk mencegah pelanggaran di masa depan dan sedikit mengobati "skandal
yang sangat serius bagi umat beriman ini."
Viganò mengusulkan sebuah ‘memorandum penuntutan,’
seperti yang disampaikan oleh Uskup Agung Sambi kepada Kardinal Tarcisio
Bertone, di mana ada seorang imam yang menjadi korban pelecehan sexual telah menuduh
McCarrick melakukan "perbuatan kekejian yang besar seperti itu,"
termasuk "tindakan-tindakan bejat" dan "melakukan tindakan sakrilegi
terhadap Ekaristi" (karena McCarrick masih terus ‘mempersembahkan’ Misa
Kudus).
Memo Diabaikan
Namun, menurut Viganò, surat memo-nya diabaikan
dan tidak ada tindakan yang diambil sampai akhir tahun 2000-an – ini adalah
sebuah penundaan yang diklaim oleh Uskup Agung Viganò merupakan keterlibatan
dari Sekretaris Negara saat itu, pada waktu pemerintahan John Paul II dan
Benediktus XVI, yang bernama Cardinals Angelo Sodano dan Tarcisio Bertone.
Pada tahun 2008, Uskup Agung Viganò mengklaim bahwa
dirinya menulis memo kedua, kali ini kepada penerus Kardinal Sandri sebagai pengganti
di Sekretariat Negara, Kardinal Fernando Filoni. Viganò mengikut sertakan
ringkasan penelitian yang dilakukan oleh Richard Sipe, seorang psikoterapis dan
spesialis dalam pelecehan seksual yang dilakukan oleh para klerus, dimana Sipe juga
telah mengirimkan surat itu kepada Benediktus dalam bentuk sebuah pernyataan.
Viganò mengatakan bahwa dia mengakhiri memo itu dengan "mengulangi surat-surat
kepada atasan saya, bahwa saya pikir sangatlah perlu untuk campur tangan
sesegera mungkin dengan melepaskan topi kardinal dari kepala Cardinal
McCarrick."
Sekali lagi, menurut Viganò, permintaannya jatuh ke
telinga yang tuli dan dia menulis bahwa dia "sangat kecewa" karena kedua
memo-nya diabaikan sampai pernyataan Sipe yang "berani dan berjasa"
mendapatkan "hasil yang diinginkan."
“Benediktus melakukan apa yang harus dia
lakukan,” kata Uskup Agung Viganò kepada media Register 25 Agustus, “tetapi rekan kerja Benediktus – Sekretaris
Negara dan yang lain-lainnya - tidak mendukung memo itu sebagaimana yang seharusnya,
yang menyebabkan keterlambatan dalam penanganan.”
"Apa yang pasti," tulis Viganò dalam
kesaksiannya, "adalah bahwa Paus Benediktus telah memberlakukan sanksi kanonik kepada McCarrick
dan bahwa hal itu dikomunikasikan kepadanya oleh Nuncio Apostolik (dubes Vatikan)
untuk Amerika Serikat, Pietro Sambi."
Media The
Register telah secara independen menegaskan bahwa tuduhan terhadap
McCarrick sudah pasti diketahui oleh Paus Benediktus, dan Paus Emeritus itu ingat
bahwa dirinya telah menginstruksikan kepada Kardinal Bertone untuk
memberlakukan tindakan sanski, tetapi tidak dapat mengingat isi sanksi itu yang
pasti.
Pada tahun 2011, setibanya di Washington D.C.,
Uskup Agung Viganò mengatakan dia secara pribadi mengulangi sanksi kepada
McCarrick. "Kardinal McCarrick bergumam dengan cara yang hampir tidak bisa
dipahami, mengakui bahwa dia mungkin telah membuat kesalahan dengan tidur di
ranjang yang sama dengan beberapa seminaris di rumah pantainya, tetapi dia
mengatakan hal ini seolah-olah sesuatu yang tidak penting," Viganò mengingat
kembali dalam kesaksiannya. Dalam pernyataan tertulisnya, Viganò kemudian
menguraikan pemahamannya tentang bagaimana, terlepas dari tuduhan terhadap
dirinya, McCarrick kemudian diangkat menjadi Uskup Agung Washington D.C. pada
tahun 2000, dan bagaimana kesalahan-kesalahannya ternyata ditutup-tutupi.
Pernyataannya berimplikasi pada Cardinals Sodano, Bertone dan Parolin, dan dia
menegaskan bahwa banyak kardinal dan
uskup lainnya tahu betul kasus ini, termasuk Kardinal Donald Wuerl,
pengganti McCarrick sebagai Uskup Agung Washington D.C. “Saya sendiri telah menyampaikan
kasus ini kepada Kardinal Wuerl pada beberapa kesempatan, dan saya tentu tidak
perlu memerinci karena sudah jelas bagi saya bahwa dia sepenuhnya tahu akan hal
itu,” tulisnya.
Bagian kedua dari kesaksian Viganò terutama berkaitan dengan
apa yang diketahui oleh Paus Francis tentang McCarrick, dan bagaimana dia
bertindak.
Viganò ingat bertemu dengan
Kardinal McCarrick pada Juni 2013 di kediaman Paus, Domus Sanctae Marthae, di
mana McCarrick mengatakan kepadanya “… dengan nada antara sikap ambigu dan
penuh kemenangan: 'Paus menerima saya kemarin, besok saya akan pergi ke China'”
– Hal ini berarti bahwa Paus Francis telah mencabut larangan bepergian yang dijatuhkan
kepada McCarrick oleh Benediktus (bukti lebih lanjut dari ini dapat dilihat
dalam wawancara
ini, yang diberikan McCarrick kepada reporter National Catholic pada 2014).
Pada pertemuan pribadi beberapa hari kemudian,
Uskup Agung Viganò mengatakan bahwa Paus Fransiskus bertanya kepadanya “'Seperti
apakah Cardinal McCarrick?'” Viganò menjawab: “Dia merusak beberapa generasi
seminaris dan imam-imam, dan Paus Benediktus telah memerintahkannya untuk mundur kepada kehidupan
doa dan pertobatan.” Bekas dubes itu mengatakan dia yakin tujuan Paus
Fransiskus dalam bertanya kepadanya itu adalah “mencari tahu apakah saya sekutu
McCarrick atau bukan.”
Dibebaskan Dari Batasan
Uskup Agung Viganò mengatakan bahwa sudah jelas
bahwa "…sejak terpilihnya Paus Francis, maka McCarrick sekarang bebas dari
segala batasan, dan dia merasa bebas untuk bepergian terus menerus, memberikan
ceramah dan wawancara."
Selain itu, Viganò menambahkan, McCarrick telah
"menjadi penentu keputusan di
lingkungan Curia dan di Amerika Serikat, dan sebagai penasihat yang paling didengarkan
di Vatikan untuk melakukan hubungan dengan pemerintahan Obama."
Viganò mengklaim bahwa pengangkatan Kardinal
Cupich untuk Chicago dan Kardinal Joseph Tobin untuk Newark “telah diatur oleh
McCarrick” di antara yang lainnya. Dia mengatakan tidak satu pun dari nama-nama
itu diusulkan oleh dubes Vatikan di Amerika Serikat, yang tugasnya secara
tradisional untuk menyajikan daftar nama, atau terna, kepada Kongregasi Uskup-uskup.
Dia juga menambahkan bahwa penunjukan Uskup Robert McElroy untuk bertugas di San
Diego diatur "dari atas" dan bukan melalui dubes Vatikan.
Diplomat Italia yang sudah pensiun itu juga mengungkap
laporan tentang Kardinal Rodriguez Maradiaga dan catatannya tentang upaya menutup-nutupi
kasus pelecehan sexual di Honduras, dan dia mengatakan bahwa Paus Fransiskus membela
“orang-kepercayaannya itu" (Kardinal Rodriguez Maradiaga) hingga sampai
kepada "akhir yang pahit", meskipun ada berbagai tuduhan terarah
kepadanya. Hal yang sama berlaku juga untuk McCarrick, demikian tulis Viganò.
"Dia (Paus Francis) tahu setidaknya sejak 23
Juni 2013 bahwa McCarrick adalah seorang predator (pemangsa) serial," kata
Uskup Agung Viganò, tetapi meskipun "Paus Fransiskus tahu bahwa McCarrick adalah seorang yang busuk, tetapi
Paus Fransiskus menutup-nutupi dia sampai akhir yang pahit."
"Hanya ketika Paus Fransiskus ‘dipaksa’ oleh
banyak laporan tentang kasus pelecehan sexual terhadap anak di bawah umur,
sekali lagi semua ini atas dasar perhatian dari media, barulah Paus Fransiskus mengambil
tindakan (terhadap McCarrick) untuk menyelamatkan citranya sendiri di
media," demikian tulis Viganò.
Mantan dubes Vatikan untuk Amerika Serikat itu menulis
bahwa Paus Fransiskus “…sedang melepaskan mandat yang diberikan Kristus kepada
Petrus untuk mengukuhkan para penerus-Nya,” dan dia mendesak Paus Fransiskus untuk
“mengakui kesalahannya” dan, “memberikan contoh yang baik kepada para kardinal
dan uskup yang berusaha menutup-nutupi pelanggaran McCarrick dan agar dia mengundurkan
diri bersama dengan mereka semua.”
Dalam komentarnya kepada media 26 Agustus, Viganò
mengatakan motivasi utamanya untuk menulis kesaksiannya sekarang adalah untuk
“menghentikan penderitaan para korban, untuk mencegah korban-korban baru dan
untuk melindungi Gereja: hanya kebenaran yang dapat membuat Gereja menjadi bebas.”
Dia juga mengatakan bahwa dia ingin “…membebaskan
hati nurani saya di hadapan Tuhan dari tanggung jawab saya sebagai uskup bagi Gereja
universal,” dan dia menambahkan bahwa dia adalah “lelaki tua” yang ingin menghadirkan
dirinya di hadapan Tuhan “dengan hati nurani yang bersih.”
"Umat Allah memiliki hak untuk mengetahui
kebenaran penuh, termasuk kebenaran tentang gembala mereka," katanya.
“Mereka memiliki hak untuk dibimbing oleh para gembala yang baik. Agar dapat
mempercayai mereka dan mencintai mereka, mereka harus mengenal mereka secara
terbuka, dalam transparansi dan kebenaran, sebagaimana adanya. Seorang imam harus
selalu menjadi cahaya terang dari sebuah lilin, di mana-mana dan untuk semua.”
Silakan klik di
sini untuk membaca teks bahasa Inggris resmi dari Kesaksian Uskup Agung Carlo
Maria Viganò.
by
Edward Pentin
BERIKUT INI ADALAH
SURAT KESAKSIAN USKUP AGUNG CARLO MARIA VIGANÒ
Archbishop
Carlo Maria Viganò at the Rome Life Forum on May 18, 2018.
Steve
Jalsevac / LifeSiteNews
TESTIMONY
by
His Excellency Carlo Maria Viganò
Titular Archbishop of Ulpiana
Apostolic Nuncio
His Excellency Carlo Maria Viganò
Titular Archbishop of Ulpiana
Apostolic Nuncio
In this tragic moment for the Church in various parts of the world — the
United States, Chile, Honduras, Australia, etc. — bishops have a very grave
responsibility. I am thinking in particular of the United States of America,
where I was sent as Apostolic Nuncio by Pope Benedict XVI on October 19, 2011,
the memorial feast of the First North American Martyrs. The Bishops of the
United States are called, and I with them, to follow the example of these first
martyrs who brought the Gospel to the lands of America, to be credible
witnesses of the immeasurable love of Christ, the Way, the Truth and the Life.
Silakan klik disini untuk membaca teks bahasa Inggris resmi dari Kesaksian Uskup Agung Carlo
Maria Viganò.
No comments:
Post a Comment