Cardinal Eijk:
APAKAH GEREJA SEDANG
MENGALAMI PENCOBAAN TERAKHIR, SEPERTI YANG DINUBUATKAN, SEBELUM KEDATANGAN
KEDUA DARI KRISTUS?
by paulsimeon2014
12 Agustus 2018
Kardinal
Eijk, Uskup Agung Utrecht,
Belanda, mengatakan bahwa kegagalan dari beberapa uskup dan Paus Fransiskus untuk menegakkan ajaran
Gereja saat ini adalah sebuah
tanda dari akhir jaman, khususnya mengingatkan kita akan pasal 675
Katekismus Gereja Katolik.
Seorang kardinal Belanda mengatakan bahwa kegagalan Paus
Fransiskus untuk menegakkan iman yang otentik dari Gereja membuat dirinya berpikir tentang nubuat dalam Katekismus Gereja Katolik mengenai “pencobaan terakhir” bagi Gereja, sebelum kedatangan kedua dari Kristus.
Kardinal Willem Eijk, 64, Uskup Agung Utrecht, membuat
komentar mengejutkan ini dalam sebuah artikel
tertanggal 5 Mei 2018 di media National Catholic Register.
Kardinal Eijk, yang diangkat menjadi kardinal oleh Paus Benediktus XVI pada tahun 2012, mendapatkan
gelar medisnya sebelum ditahbiskan menjadi imam dan kemudian menyelesaikan tiga
gelar PhD dalam bidang kedokteran,
filsafat, dan teologi.
Dalam artikel itu, Kardinal Eijk mengatakan bahwa kegagalan Paus Fransiskus
untuk memberikan klarifikasi (kejelasan) tentang pertanyaan
interkomuni dengan umat Protestan yang diusulkan oleh para uskup Jerman. Awal tahun ini, konferensi waligereja Jerman
mengeluarkan pedoman yang memungkinkan umat Protestan yang kawin dengan umat Katolik, untuk menerima komuni. Pedoman itu dikeluarkan setelah mendapat persetujuan dari sekitar tiga perempat dari
para uskup Jerman. Setelah dikeluarkannya pedoman tersebut, beberapa orang yang
berbeda pendapat membahas masalah ini dengan Kongregasi Ajaran Iman (CDF) untuk
mendapatkan penyelesaian.
Ujian Akhir bagi Gereja
Katekismus Gereja Katolik no. 675
675. Sebelum kedatangan Kristus,
Gereja harus mengalami ujian terakhir yang akan menggoyahkan iman banyak orang.
Penghambatan, yang menyertai penziarahannya di atas bumi, akan menyingkapkan
"misteri kejahatan". Satu khayalan religius yang bohong memberi
kepada manusia satu penyelesaian semu untuk masalah-masalahnya sambil
menyesatkan mereka dari kebenaran. Kebohongan religius yang paling buruk datang
dari Anti-Kristus, artinya dari mesianisme palsu, di mana manusia memuliakan diri
sendiri sebagai pengganti Allah dan Mesias-Nya yang telah datang dalam daging.
Sebuah pertemuan di bulan April antara para uskup Jerman
yang tidak setuju, para pemimpin konferensi waligereja Jerman, dan perwakilan CDF, pada awalnya gagal mendapatkan resolusi. Saat itu, Paus belum menyatakan persetujuannya, tetapi dia mengatakan kepada para uskup Jerman untuk mendapatkan
persetujuan bulat tentang masalah ini. Kardinal Eijk mengatakan bahwa paus seharusnya mengingatkan uskup-uskup Jerman itu tentang ajaran dan praktik
Gereja yang jelas.
"Dengan kegagalan paus untuk menciptakan kejelasan, maka kebingungan besar muncul di antara umat beriman, dan persatuan serta keutuhan Gereja terancam punah,"
kata Kardinal Eijik.
Mei 2018
lalu, Kongregasi untuk Ajaran Iman (CDF) akhirnya
mengeluarkan penolakan resmi terhadap pedoman uskup-uskup
Jerman
itu, dengan
mengatakan bahwa proposal itu "belum cukup matang
untuk dipublikasikan."
Terserah kepada uskup-uskup setempat?
Namun,
dalam konferensi pers kepausan 21 Juni 2018,
setelah
sebuah peziarahan ekumenis ke Jenewa, Paus Francis pada dasarnya bersikap bertentangan dengan putusan CDF Mei 2018, dimana paus menekankan
bahwa terserah kepada uskup setempat untuk memutuskan dalam kondisi apa komuni dapat diberikan
kepada umat non-Katolik, bukan bergantung kepada konferensi uskup-uskup lokal:
“Aturan mengatakan
bahwa ‘uskup
dari gereja tertentu,’ dan itu
adalah kata yang penting,
'tertentu’ berarti bahwa sebuah keuskupan,
bertanggung jawab untuk melaksanakan
pemberian Komuni kepada umat non-Katolik... hal itu berada di
tangannya.”
Selain
itu, kata Francis, bahwa dia tidak
memiliki masalah dengan isi pedoman dari para uskup Jerman, dan
satu-satunya masalah yang dia miliki dengan itu adalah bahwa jika telah memiliki
kesepakatan dalam konferensi
seluruh uskup tentang pertanyaan
seperti itu maka dengan cepat keputusan
itu akan "menjadi
universal." Paus juga memuji upaya para uskup Jerman, dengan mengatakan bahwa dokumen mereka "telah dipikirkan secara baik dengan semangat Kristiani."
Para
Uskup Jerman Secara Resmi Mempublikasikan
Panduan Mereka
Pada
tanggal 27 Juni 2018, hanya
enam hari setelah konferensi pers dalam penerbangan Paus, yang bertentangan
dengan putusan awal CDF (Mei 2018), para
uskup Jerman secara resmi mempublikasikan panduan
pastoral
kontroversial mereka, yang
memungkinkan pasangan Protestan dari umat Katolik, dalam kasus-kasus tertentu,
untuk menerima Komuni Kudus.
Karena Paus Fransiskus agak keberatan
dengan konferensi uskup nasional yang menerbitkan teks panduan resmi
seperti itu, maka para
uskup Jerman kemudian hanya
menyatakan, seolah-olah dengan trik
retoris, bahwa dokumen yang baru
saja dirilis ini bukanlah dokumen konferensi waligereja Jerman. Judul teks
adalah: “Berjalan bersama Kristus -
melacak persatuan. Perkawinan antar-denominasi dan berbagi dalam Ekaristi.”Para
uskup Jerman menyatakan bahwa dokumen itu tersedia sebagai panduan orientasi
dan pelaksanaannya adalah tunduk
pada tanggung jawab dari masing-masing
uskup.
Cobaan / ujian Akhir Bagi Gereja?
Kardinal
Eijk mengatakan dengan tegas bahwa Paus seharusnya mengajarkan dan menekankan ajaran
Gereja yang abadi, yang secara tegas melarang orang-orang non-Katolik untuk
menerima Komuni Kudus, kecuali mereka memeluk Iman Katolik, dan mereka sepenuhnya
percaya pada Transubstansiasi dan Kehadiran Nyata Tuhan Yesus di dalam Ekaristi.
“Dengan melihat kenyataan bahwa
para uskup dan, di atas segalanya, Penerus Petrus (Paus) telah gagal
mempertahankan dan menyampaikan dengan
setia dan dalam kesatuan, deposit iman
yang terkandung dalam Tradisi Suci dan Kitab Suci, maka saya
tidak bisa tidak memikirkan Pasal 675 Katekismus Gereja Katolik , ”tulis
Cardinal Eijk.
Kemurtadan
besar yang terjadi sebelum kedatangan kedua dari Yesus Kristus
2 Tes. 2:1-10
Tentang
kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus dan terhimpunnya kita dengan Dia kami minta
kepadamu, saudara-saudara, ….. Sebab
sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu
manusia durhaka, yang harus binasa, ….. yaitu
lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah
sebagai Allah. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai
Allah. ….. Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan
akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu,
Artikel dari Katekismus,
yang dia kutip secara penuh, memperingatkan akan sebuah pencobaan yang
akan "menggoyahkan iman
banyak orang." Hal itu
menubuatkan adanya penganiayaan
yang akan mengungkap misteri kedurhakaan "dalam bentuk penipuan agama yang
menawarkan kepada manusia
solusi nyata untuk masalah mereka dengan harga: kemurtadan dari kebenaran."
Kardinal
Eijk memperingatkan tahun lalu bahwa dengan tidak mau memperjelas
ajaran Gereja tentang perceraian dan pernikahan kembali, Paus Fransiskus telah "memecah-belah"
Gereja.
Kardinal-kardinal Lainnya Juga Telah Mengenali Adanya Tanda Akhir Zaman
Kardinal Eijk bukan Kardinal pertama yang mengenali terjadinya kebingungan di dalam Gereja yang disebabkan oleh
Paus Fransiskus saat ini sebagai tanda akhir zaman. Dalam acara pertemuan the Rome Life Forum tahun lalu, Kardinal Carlo Caffarra (almarhum) berbicara tentang adanya kebingungan di dalam Gereja seputar pernikahan
dan keluarga sebagai penggenapan dari nubuatan yang diterimanya.
Dalam surat yang diterima Kardinal Caffarra dari Sr.
Lucia, visioner Fatima menulis bahwa “Pertempuran terakhir antara
Tuhan dan kerajaan Setan adalah dalam masalah pernikahan dan keluarga. Janganlah takut, (Sr.Lucia menambahkan), karena siapa pun yang berusaha demi kesucian pernikahan dan
keluarga, akan selalu diperangi dan
ditentang dalam segala hal, karena ini adalah masalah yang menentukan.” Pertempuran terakhir itu,
kata Cardinal Caffarra di the Rome Life Forum, "sedang
digenapi hari ini."
Kardinal Burke juga telah mengidentifikasi adanya kebingungan dan kesalahan
dalam Gereja Katolik di bawah Paus Fransiskus ini berkaitan dengan akhir zaman. “Seseorang mungkin memiliki perasaan
bahwa Gereja memberikan kesan tidak mau mematuhi mandat dari Tuhan kita,” kata Kardinal Burke
dalam wawancara dengan Catholic Herald
pada bulan November. “Maka mungkin saja kita telah tiba di saat Akhir Zaman.”
John-Henry Westen, Lifesite News
No comments:
Post a Comment