by Dorothy Cummings McLean
Thu Aug 30, 2018 - 7:14 pm EST
WALL STREET JOURNAL:
PAUS HARUS MENGUNGKAPKAN FAKTA YANG SEBENARNYA SOAL UPAYA
MENUTUP-NUTUPI KASUS MCCARRICK
NEW YORK, 30 Agustus 2018 (LifeSiteNews) - The Wall
Street Journal (WSJ) telah menyerukan agar Paus Fransiskus segera berbicara
atau mengundurkan diri, dengan mengatakan “Paus Fransiskus harus mengungkapkan
dan menjelaskan kebenaran, atau dia kehilangan otoritas moralnya.”
Sebuah editorial yang muncul
kemarin di jurnal bisnis paling terkenal di Amerika Serikat (The Wall Street Journal) (WSJ) meringkas
dan mengesampingkan motif-motif yang mungkin dari faksi-faksi Katolik yang
bertikai dalam membela atau menyerang tindakan penolakan paus untuk untuk memberikan
konfirmasi atau menyangkal tuduhan dubes kepausan terhadapnya.
Uskup Agung Carlo Maria Viganò telah merilis sebuah
kesaksian pada hari Sabtu yang menuduh Paus Francis telah meringankan sanksi
terhadap mantan Kardinal Theodore McCarrick, meskipun dia mengetahui adanya
pelanggaran seksualnya yang dilakukan secara berkesinambungan, serta menempatkan
McCarrick sebagai kandidat favorit dalam peran episkopal utama di AS.
"... Segala alasan tidaklah relevan di sini, atau
setidaknya, seharusnya begitu," kata editor WSJ. “Pertanyaannya adalah
apakah klaim uskup agung Viganò itu benar, dan hal itu seharusnya cukup mudah
untuk diketahui.”
WSJ memuji para uskup Amerika karena telah menerapkan
reformasi yang "dirancang untuk meminta para klerus yang kejam untuk bertanggung
jawab terhadap hukum dan gereja." Namun, ia mencatat bahwa meski klaim Viganò
memang benar, tetapi budaya kebohongan
tetap ada di Gereja.
Para editor The Wall
Street Journal itu membandingkan ketertutupan Francis dengan kejujuran pemimpin
USCCB Cardinal Di Nardo.
"Paus Francis tidak mendukung kredibilitas dirinya
ketika ditanya tentang tuduhan Viganò, dalam perjalanan pulang dari Irlandia
pada hari Minggu yang lalu, dimana saat itu Paus Francis mengatakan dia tidak
akan mengkonfirmasi atau menyangkal tuduhan itu," kata WSJ. “Yang lebih
menggembirakan adalah reaksi dari presiden Konferensi Uskup Katolik AS,
Kardinal Daniel DiNardo. Jauh dari menolak Uskup Agung Viganò, dia justru meminta
penyelidikan Vatikan dan mengeluarkan pernyataan yang mengatakan 'Pertanyaan yang diajukan pantas memperoleh jawaban
yang menyeluruh dan berdasarkan bukti.' ”
WSJ, yang sudah tidak asing lagi dengan berbagai pendapat
Paus Fransiskus tentang pasar yang diwakilinya, dan WSJ tidak dapat menolak untuk
menunjukkan bukti bahwa bahkan dunia bisnis menuntut eksekutif utamanya menerapkan
aktualitas standar yang lebih tinggi:
"Di antara berbagai ironi di sini adalah bahwa, dalam
sistem kapitalis Paus Francis, begitu seringnya mereka menyerang, padahal tidak
ada eksekutif perusahaan yang secara terbuka dituduh menutup-nutupi pelanggaran
seperti ini yang bisa lolos dari pertanggungjawaban."
Tetapi karena Paus Francis bukan hanya seorang eksekutif
perusahaan, maka penting sekali jika dia harus mengatakan yang sebenarnya, demikian
kata WSJ.
“Gereja Katolik bukanlah perusahaan yang menghasilkan
keuntungan, dan Paus bukanlah CEO,” para editor mengamati. "Tetapi ketika ia
berhadapan dengan tuduhan pelecehan sexual dan menutup-nutupi para pemimpinnya
oleh seorang pria yang juga seorang pemimpin senior, tentunya sebuah gereja harus
memiliki minat yang lebih besar dalam mewujudkan kebenaran."
Berita surat kabar itu ditutup dengan tantangan yang
menghancurkan, dengan mengatakan "Paus
Francis harus mengungkapkan dan menjelaskan kebenaran, atau dia kehilangan
otoritas moralnya."
Koran-koran Washington, D.C. lainnya telah bersikap kritis
tentang bagaimana kepemimpinan Gereja telah menangani krisis pelecehan seksual,
dan mereka menyerukan kepada Cardinal Wuerl untuk mundur. Becket Adams dari media Washington Examiner menulis artikel hari
ini berjudul: Pope Paus Fransiskus biasanya tidak akan berhenti bicara. Tapi kali
ini dia memilih waktu yang lucu untuk diam.
“Francis tidak bertindak wajar sebagaimana yang dilakukan gembala
sejati dari umat Allah. Dia bertindak seperti politisi lemah yang mencari akal untuk
‘membeli waktu’ sambil menggunakan prasangka-prasangka pers yang mendalam untuk
melawan para pengkritik dirinya,” tulis Adams.
Sementara itu, koran The New York Times, telah bergegas membela
Paus Francis dari para pengkritiknya yang "konservatif", dengan mengatakan
bahwa Paus mengambil "jalan tinggi" dengan menolak untuk mengatakan
apakah dia ikut serta menutupi pelecehan seks.
No comments:
Post a Comment