A. Ralph Epperson
Bab 27
Etika Situasi
"Jika
kita adalah dewa, maka kita bisa mengembangkan kebenaran kita sendiri."
Tetapi
jika Humanisme berhasil dan agama dihapus dari gaya hidup Amerika, gaya
moralitas Kristen akan hilang juga. Itu berarti bahwa kaum Humanist harus
memiliki pandangan moral untuk ditawarkan sebagai gantinya.
Dan
mereka melakukannya: itulah disebut Etika Situasi.
Kamus
mendefinisikan "etika situasi" sebagai: "Sebuah sistem etika yang menurutnya aturan moral tidak mutlak
mengikat, tetapi dapat dimodifikasi sesuai dengan situasi tertentu."
Kaum
Humanis telah menyatakan dukungan mereka terhadap konsep ini.
Mereka
telah memasukkannya dalam Manifesto Humanis II: "Ketiga: Kami menegaskan
bahwa nilai-nilai moral mendapatkan sumbernya dari pengalaman manusia.
Jadi,
etika bersifat otonom dan situasional." (536)
Douglas
Grothuis, penulis UNMASKING THE NEW AGE,
menulis: "Begitu anda telah mendewakan diri anda (menjadikan diri anda
sendiri sebagai dewa,) yang merupakan isi dari ajaran New Age, maka tidak ada nilai
moral absolut yang lebih tinggi. Ini adalah resep untuk melakukan anarki etis."
(537)
Intinya,
kaum New Age mengatakan: Semua nilai
moral bersifat situasional. Situasi yang ada, menentukan apa yang benar atau
salah, dan karena situasi terus berubah, maka apa yang benar saat ini mungkin besok
menjadi salah.
Gerakan
New Age, Agama Humanis, dan Komunis telah membuat sebuah dewa dari manusia;
mereka telah mendewakan manusia. Nilai moral yang baru untuk dewa-manusia ini adalah
apa pun yang ia putuskan adalah benar,
dan itulah yang dilakukan oleh New Age-Humanists- Communists. Moralitas baru
mereka itulah yang disebut Etika Situasi.
Dr
Arthur E. Gravatt, MD, mendefinisikan istilah ini untuk sebuah jurnal ilmiah:
"... perilaku moral dapat berbeda dari situasi ke situasi. Sebuah perilaku
tertentu mungkin dikatakan bermoral untuk satu orang dan bukan untuk orang yang
lain. Apakah suatu tindakan adalah bermoral atau tidak bermoral ditentukan oleh
hukum kasih, yaitu sejauh mana kasih dan
kepedulian terhadap orang lain menjadi faktor yang berperanan dalam hubungan
mereka." (538)
Tapi
adalah orang lain yang menciptakan istilah "Etika Situasi."
Orang
itu adalah Joseph Fletcher, yang pertama kali menggunakan kata itu (Etika Situasi)
dalam sebuah pidato kepada alumni Harvard pada tahun 1964. Dia adalah seorang
profesor di Seminari Teologi Episcopal Cambridge.
Inilah
yang dia percaya: "... bagiku tidak
ada aturan - tidak ada sama sekali ...
...
apapun dan semuanya bisa benar atau salah menurut situasinya - apa yang salah
dalam beberapa kasus adalah benar di kasus yang lain ...
...
seorang penganut ‘Etika Situasi’ akan membuang
semua yang absolut kecuali yang absolut: selalu bertindak dengan penuh
perhatian." (539)
Dengan
definisi ini, seorang pembunuh massal
tidak akan bersalah jika mereka mengatakan bahwa tindakan mereka didasarkan
pada kecintaan pada kemanusiaan, dan bahwa mereka telah melakukan pembunuhan
dengan "perhatian yang penuh kasih". Jika, misalnya, salah satu
pembunuh ini membunuh orang di daerah yang tercemar limbah radioaktif, dan
mengatakan bahwa tindakan ini dilakukan karena si pembunuh tidak ingin orang-orang
terkena polusi bahan radioaktif, dan bahwa dia mencintai mereka, maka tindakan pembunuhan
itu akan dapat diterima menurut mereka yang percaya pada Etika Situasi.
Moralitas
seperti inilah, yang dikenal sebagai ‘Etika Situasi’, adalah filosofi yang
mendasari Komunis / Sosialis yang membunuh sejumlah besar populasi suatu negara
dalam upaya untuk mencapai tujuan Komunisme atau Sosialisme mereka. Para
pendukung "-isme" inilah yang mengklaim bahwa tujuan mereka itu sangat diinginkan sehingga
orang-orang yang mereka bunuh harus memberi jalan demi kebaikan seluruh umat manusia.
Akibat wajar dari sikap seperti ini adalah "Tujuan menghalalkan cara."
Kaum
Komunis di Rusia telah membunuh hingga 42 juta orang dalam Revolusi Komunis
tahun 1917 karena masyarakat Komunis menganggap layak untuk melakukan semua
pembunuhan massal oleh para pembunuh.
Sudah
pasti bahwa Adolf Hitler merasa bahwa pembunuhannya terhadap sekitar 50 juta
orang selama Perang Dunia II tidak salah karena "Third Reich" (terbentuknya
negara Jerman ketiga) yang akan terjadi setelah perang usai, akan sepadan dengan
harga nyawa 50 juta orang itu.
Chou
En-Lai dan Mao Tse Tung membunuh sebanyak 64 juta orang dalam Revolusi Komunis
mereka, yang dimulai pada tahun 1923 dan berakhir pada tahun 1949, dan
seseorang dapat mengetahui bahwa mereka merasa bahwa harga yang harus dibayar
oleh orang-orang yang mati dibunuh demi orang-orang
Cina mendatang adalah harga yang wajar bagi tujuan akhir yang ingin mereka
peroleh.
Patut
diingat bahwa Adam Weishaupt, pendiri Illuminati, telah menulis bahwa "Tujuan
akhir membenarkan cara."
Weishuapt
lebih lanjut menulis bahwa "…tidak ada orang yang cocok untuk Ordo kita
jika dia tidak siap untuk bertindak apapun." (540) Dengan kata lain: Hanya
orang yang tak memiliki nilai-nilai moral, orang yang percaya pada Etika
Situasi, yang akan "bersedia untuk bertindak apapun."
John
Robison, penyebar Illuminati, menulis: "Yang paling sering dibicarakan
dalam melakukan sesuatu demi mendapatkan tujuan yang baik, adalah cara-cara yang
digunakan oleh orang-orang jahat untuk tujuan-tujuan yang jahat; dan telah diajarkan
bahwa untuk mencapai kebaikan yang besar dibenarkan menggunakan segala cara."
(541)
Seorang pendukung filosofi Etika Situasi zaman ini adalah
aktris Shirley MacLaine. Dia telah menulis: "Tidak ada yang namanya
kejahatan. Kejahatan adalah ketakutan dan ketidakpastian.
Kejahatan
adalah apa yang anda pikir jahat.
Masalah
'jahat' dan 'setan' ini adalah konsep yang konyol bagi saya." (542)
Dan kaum Mason juga percaya pada Etika Situasi ini. Mason H.
L. Haywood menulis dalam bukunya yang berjudul, GREAT TEACHINGS OF MASONRY: "Pengalaman manusia ... adalah
otoritas terakhir dalam menentukan nilai moral.
Salah
adalah apa pun yang menyakiti kehidupan manusia atau menghancurkan kebahagiaan
manusia ...
Suatu
tindakan, secara intrinsik tidak bisa dikatakan benar atau salah, karena
benar-salahnya ditentukan oleh akibatnya yang menguntungkan atau merugikan."
(543)
Dan dia mengulangi pemikiran itu dalam bukunya yang lain, THE MEANING OF MASONRY: "Apa yang
baik bagiku, mungkin jahat bagimu; apa yang benar untuk dilakukan pada satu
saat, mungkin salah pada saat yang berikutnya." (544)
Dan Albert Pike setuju dengan komentar ini dalam bukunya MORALS AND DOGMA: "... semua
kebenaran adalah kebenaran menurut masanya, dan bukan kebenaran untuk
selamanya." (545)
Pike
berpendapat bahwa tidak ada yang absolut. Semua kebenaran hanya untuk suatu periode
tertentu saja. Pandangan inilah yang disebut Etika Situasi.
Pike
memberi nama bukunya MORALS AND DOGMA.
Etika Situasi adalah pandangan khusus tentang moralitas. Menilai dari komentar Pike,
akan cukup adil untuk menyimpulkan bahwa ini adalah pandangan moral dari buku
ini. Pike menginstruksikan setiap Mason yang membaca buku ini agar mengerti bahwa
agama Masonik percaya dengan Etika Situasi.
Rekan
Mason, Manly P. Hall mengambil taktik yang sedikit berbeda, tetapi pada
dasarnya mengatakan hal yang sama: "Selalu menjadi pertanyaan serius bagi
saya apakah Yesus pernah benar-benar mengucapkan kata-kata: 'Jika kamu
mengasihi Aku, patuhilah perintah-perintah-Ku,' karena pernyataan itu jelas
tidak sesuai dengan penalaran Ilahi maupun manusia." (546)
Yesus mengajarkan kepada para pengikut-Nya bahwa mereka harus
mematuhi perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah itu disebut Moral Absolute.
Hall mengatakan bahwa Yesus tidak pernah mengajarkan hal itu,
dan bahwa akal manusia tidak akan menerima prinsip bahwa ada nilai moral yang mutlak.
Penalaran manusia telah menyimpulkan bahwa menaati perintah Ilahi bukanlah
"masuk akal."
Friedrich
Nietzsche, yang disertasinya tentang THE
GENEALOGY OF MORALS berusaha membuat "penilaian kembali atas semua
nilai," menulis bahwa "apa yang disebut kejahatan itu baik, dan apa
yang biasanya diyakini baik, adalah jahat." (547)
Kaum
Komunis juga diajarkan bahwa tidak ada kemutlakan dalam hidup ini. Nikolai
Lenin, Komunis Rusia, tentu percaya pada Etika Situasi. Revolusinya pada tahun
1917 telah membunuh, seperti yang telah dibicarakan sebelumnya, hampir 42 juta
orang, untuk mencapai tujuan Komunisme bagi rakyat Rusia. Dia menulis:
"Komunisme adalah kekuatan yang didasarkan kepada paksaan dan tidak ada
batasnya, tidak ada hukum dan sama sekali tidak ada aturan yang
ditetapkan." (548)
"Kediktatoran
proletariat tidak lain adalah kekuasaan yang berdasarkan paksaan dan tidak dibatasi
oleh apapun juga - tidak ada jenis hukum apapun dan sama sekali tidak ada
aturan." (549) "Kita harus memerangi agama. Ini adalah ABC dari semua
paham materialisme dan akibat dari Marxisme.
Persetan dengan agama. Hiduplah atheisme. Penyebaran atheisme
adalah tugas utama kita. Komunisme menghapuskan kebenaran-kebenaran kekal. Ia menghapus
semua agama dan moralitas." (550)
Lenin
menunjukkan bahwa pemikirannya sama tidak masuk akalnya seperti yang dipamerkan
oleh John Dewey. Dia mengatakan bahwa "Komunisme menghapuskan kebenaran-kebenaran
abadi."
Ini
tidaklah mungkin!
Kata
"abadi" didefinisikan sebagai durasi yang tak terbatas, atau selamanya.
Apa yang kekal tidak ada akhirnya. Itu akan terus ada
sepanjang waktu. Lenin mengakui bahwa dalam pandangannya, "kebenaran-kebenaran"
ini adalah abadi.
Namun dia mengakui bahwa Komunisme akan "menghapus"
semua "kebenaran abadi" ini. Dan apa yang abadi tidak bisa
dihapuskan.
Anda tidak akan mengerti alur pemikiran seperti ini kecuali jika
pemikiran anda berbelit-belit seperti yang terjadi pada otak Nikolai Lenin! Dan
Lenin sama sintingnya dengan John Dewey!
Dia melanjutkan dengan pemikiran serupa lainnya: "Kami,
tentu saja, mengatakan bahwa kami tidak percaya kepada Tuhan. Kami tidak
percaya pada moralitas abadi.
Kami
menolak semua moralitas yang diambil di luar manusia, ini adalah konsep kelas
sosial dari komunis. Kami mengatakan bahwa moralitas kami sepenuhnya tunduk
pada kepentingan perjuangan kelas.
Komunis
harus menganggap diri mereka bebas, bahkan secara moral berkewajiban untuk
melanggar kebenaran, menghormati kehidupan, dll., ketika benar-benar jelas
bahwa banyak bahaya yang lebih besar (bagi tujuan Komunis) bisa diperoleh dengan
berpegang pada prinsip-prinsip tersebut, daripada dengan melanggarnya.
Ini
adalah moral, yang melayani penghancuran struktur masyarakat lama." (551)
"Kita
harus menyangkal semua moralitas yang berasal dari ide-ide supranatural (agama),
atau cita-cita yang di luar konsepsi kelas sosial (cara Komunis). Segala
sesuatu adalah bermoral jika itu diperlukan untuk pemusnahan tatanan sosial
yang lama yang bersifat eksploitatif dan demi menyatukan proletariat.
Dalam
arti apa kita menolak etika dan moralitas?
Dalam
arti bahwa mereka diajarkan oleh kaum borjuis (yang berarti orang kaya) yang
menyatakan bahwa ini adalah perintah-perintah tuhan mereka." (552)
Frederick
Engels, seorang rekan kerja di dunia Komunisme bersama Karl Marx, menulis: …mengesampingkan
masalah moralitas ... bagi seorang revolusioner segala cara adalah benar asalkan
ia mengarah kepada tujuan; cara kekerasan, nampaknya adalah jinak." (553)
Feodor
Mikhailovich Dostoevski, novelis Rusia, menulis ini dalam salah satu
tulisannya: "Jika tidak ada tuhan, maka semuanya diizinkan." (554)
Apa
yang terjadi pada pikiran seseorang, setelah dia menerima filsafat etika
situasi, dapat diilustrasikan dengan baik dengan mempelajari tulisan-tulisan
Sergei Nechayev, seorang Revolusioner Rusia.
Pemuda
ini memiliki pengaruh besar pada hasil Revolusi Komunis Bolshevik Rusia 1917, dengan
kematian yang dihasilkan sekitar 42 juta orang, karena tulisan-tulisannya
memiliki pengaruh besar pada Nikolai Lenin. Nechayev menulis: "Urusan kita
adalah kehancuran yang mengerikan, total, universal dan tanpa belas kasihan ...
Marilah kita bersatu dengan dunia biadab dan kriminal dari para revolusionis Rusia
yang sejati dan satu-satunya." (555)
Hanya
orang yang percaya pada Etika Situasi yang bisa mengatakan hal seperti itu.
Tidak ada nilai moral yang mutlak ketika kehancuran total adalah tujuan anda.
Dan itulah tujuan revolusioner ini.
Dia
melanjutkan: "Kaum revolusioner adalah manusia yang terkutuk. Dia tidak
memiliki kepentingan pribadi, tidak ada urusan bisnis, tidak ada emosi, tidak
ada keterikatan, tidak ada properti dan tidak ada nama.
Segala
sesuatu dalam dirinya sepenuhnya diserap dalam pemikiran tunggal dan gairah
tunggal demi revolusi.
Kaum revolusioner tahu ... dia telah menghancurkan semua tali
yang mengikatnya pada tatanan sosial dan dunia yang beradab dengan semua hukum,
moralitas dan adat istiadatnya dan dengan kesepakatan yang diterima secara
umum.
Objeknya terus-menerus sama: cara paling cepat dan paling
pasti untuk menghancurkan seluruh tatanan yang kotor. Kaum revolusioner ... menghina
dan membenci moralitas sosial yang ada ...
Baginya,
moralitas adalah segala sesuatu yang berkontribusi pada kemenangan revolusi.
Tidak bermoral dan kriminal adalah segala sesuatu yang menghalangi jalannya.
Orang
Revolusioner harus bersikap tirani terhadap orang lain. Semua sentimen
kekeluargaan, kasih sayang, persahabatan, rasa syukur, dan bahkan kehormatan
harus ditekan dalam dirinya dan memberi tempat bagi semangat kaku dan
satu-satunya untuk revolusi."
"Janganlah
menaruh belas kasihan ... Bunuh saja di tempat-tempat umum jika bajingan tengik
ini berani masuk ke dalam lingkup mereka, bunuh saja di rumah-rumah, bunuh saja
di desa-desa.
Ingat,
bahwa mereka yang tidak berpihak kepada kita, akan melawan kita.
Siapa
pun yang melawan kita adalah musuh kita. Dan kita harus menghancurkan musuh
dengan segala cara." (556)
Apa
yang ditulis oleh revolusioner muda ini adalah Etika Situasi yang tidak
dibatasi, di mana tidak ada yang benar dan tidak ada salah. Buah pikiran NechayeVs
adalah akibat logis dari tipe pemikiran ini. Begitu seorang revolusioner
menerima kode etik ini, maka apa pun diizinkan. Pembunuhan, penjarahan, perampokan
dan penyiksaan, adalah perilaku yang dapat diterima.
Dan
ini adalah kode etik dari kaum Humanist.
Etika Situasi telah berhasil membawa beberapa orang kepada sikap
membenci seluruh masyarakat, dan mereka ingin menghancurkan seluruh tatanan
sosial, "tatanan dunia lama." Maka mereka yang ingin mengisi
kekosongan yang terjadi, dapat menyusun kembali dunia. Dan dunia baru yang akan
diciptakan oleh mereka akan disebut TATA
DUNIA BARU.
Ingat
bahwa Nechayev telah menulis jika kaum revolusioner bermaksud untuk ‘menghancurkan
seluruh tatanan yang kotor.’ Tujuan kaum revolusioner adalah untuk
menghancurkan ‘tatanan dunia lama’ dan menggantinya dengan ‘Tata Dunia Baru’.
Mungkin
tujuan utama dari Etika Situasi telah dijelaskan dalam sebuah buku yang ditulis
oleh Aldous Huxley yang berjudul BRAVE
NEW WORLD REVISITED. Dia mengidentifikasi penghancuran individu sebagai
tujuan utama dari pengajaran etis baru ini. Dia menulis: "... Etika Sosial
baru menggantikan sistem etika tradisional kita - sistem di mana individu
adalah yang utama.
... keseluruhan pranata sosial memiliki nilai dan
signifikansi yang lebih besar daripada bagian-bagian individualnya ... bahwa hak-hak
kolektivitas lebih diutamakan daripada ... Hak-Hak Manusia secara pribadi."
(557)
Tetapi
sebenarnya Etika Situasi bukanlah hal baru. Hal itu sudah setua Alkitab.
Nabi
Yesaya tergerak untuk menulis tentang sistem ini di sekitar tahun 740 SM. Dia
menulis ini dalam Yesaya 5: 20, dalam Perjanjian Lama dari Alkitab: "Celakalah mereka yang menyebutkan
kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat, yang mengubah kegelapan menjadi
terang dan terang menjadi kegelapan, yang mengubah pahit menjadi manis, dan
manis menjadi pahit."
Etika
Situasi menyebut bahwa kejahatan adalah baik dan kebaikan itu jahat.
Dan
itu adalah filosofi kaum Humanis, Komunis, dan para Mason. Dan pemikiran itu dengan
cepat telah menjadi moralitas Amerika.
No comments:
Post a Comment