FREEMASON
DAN KELICIKAN MEREKA:
APA YANG
HARUS DIKETAHUI OLEH UMAT KATOLIK
Untuk melihat mengapa Gereja Katolik telah secara keras
dan berulang kali mengutuk keanggotaan dalam Freemasonry atau gerakan-gerakan
sekutunya, kita membutuhkan pandangan sekilas pada ajaran dan sejarah Masonik.
February 7,
2017
by Sandra
Miesel
Banyak umat Katolik yang memandang Freemason sebagai konspirasi
yang berbahaya — bahkan Satanis — yang didirikan untuk menghancurkan Iman. Di
sisi lain, Freemason suka menampilkan dirinya sebagai “Ordo kuno yang
didedikasikan demi Persaudaraan Umat Manusia dan Kebapaan Tuhan.” Beberapa dari
saudara-saudara mungkin menganggap deskripsi itu cukup serius, tergantung pada
ruang mana dari bangunan Masonik yang mereka huni. Tetapi Pondok Masonik memiliki
banyak ‘ruangan, ruang tambahan, dan
bangunan luar’ (ini adalah arti kiasan yang menunjukkan betapa ordo Masonik
memiliki berbagi macam kegiatan terselubung dan tersembunyi) lainnya dimana
para penghuninya tidak selalu kenal atau bersaudara terhadap satu sama lain,
apalagi berbakti kepada Tuhan.
Unit dasar Freemasonry “reguler” adalah Blue (atau Craft)
Lodge, yang “bekerja” (membubuhkan) tiga gelar tradisional — Entered
Apprentice, Fellow Craft, dan Master. Inisiasi adalah bisnis utama dari Kuil
Masonik lokal. Para anggota belajar bagaimana melakukan genggaman tangan, belajar
mengenal tanda-tanda, dan belajar ritual. Mereka menghidupkan kembali mitos
utama mereka, kematian dan kebangkitan Hiram Abiff, pembangun legendaris dari
Kuil Solomon. Dengan satu pengecualian, Lodges lokal Amerika dikelompokkan
dalam Grand Lodges negara yang diakui oleh Mother Lodge di London. Istri-istri
Master Mason dapat bergabung dengan Ordo Bintang Timur, putri-putri mereka
bergabung dalam Pekerjaan Para Putri atau dalam Ordo Pelangi untuk Para Gadis,
dan putra-putra mereka bergabung dalam Ordo De Molay.
Sebuah kelompok minoritas yang gigih dari para Mason
Anglo-Amerika memperoleh gelar tambahan untuk mengajarkan simbolisme yang lebih
canggih dalam organisasi-organisasi terpisah yang disebut Tubuh Penahan (Appendant Bodies) yang tidak dikendalikan oleh Mother Lodge. Ini adalah Ritus
York (10 kelas lebih) dan Ritus Skotlandia ‘Kuno dan Diakui’ (30 lebih banyak tingkatan)
yang dibagi menjadi Yurisdiksi Utara dan Selatan. Pemegang gelar tertinggi dalam
Ritus memenuhi syarat untuk bergabung dengan Ordo Arab Kuno dari Nobles of the
Mystic Shrine (Shriners) untuk melakukan kegiatan filantropi dan kesenangan.
Kiri:
Lambang Masonik Square dan Kompas (us.fotolia.com/Serj Siz`kov); kanan: Paus
Leo XIII, yang mencela Masonic Lodge sebagai "musuh yang licik dan penipu"(Wikipedia).
Asal-usul
dan sejarah awal
The Craft berasal dari Kepulauan Inggris dan
mayoritas anggotanya masih tinggal di negara-negara berbahasa Inggris. Menurut
Asosiasi Masonic Service, ada sekitar 1,2 juta Freemason di Amerika Serikat,
turun dari angka semula sekitar 4 juta orang pada tahun 1958. Jauh lebih
sedikit anggota pria di negara-negara Latin yang merupakan bagian dari sistem
Grand Orient yang terpisah, yang komponennya biasanya tidak diakui oleh Mother
Lodge. Lebih sedikit lagi yang masih mempraktekkan bentuk-bentuk “Masonry
pinggiran” seperti Co-Masonry, yang menerima baik pria maupun wanita. Prince
Hall Lodges, awalnya untuk orang kulit hitam, tetapi mereka umumnya dianggap sebagai
"tidak teratur" oleh Mason Amerika.
Untuk melihat mengapa Gereja Katolik telah secara keras dan
berulang kali mengutuk keanggotaan dalam Freemasonry atau gerakan-gerakan
sekutunya, kita membutuhkan pandangan sekilas pada ajaran dan sejarah Masonik.
Freemason berpura-pura melestarikan rahasia kuno yang diwariskan dari para pembangun
bait Salomo dan kultus misteri pagan melalui Knights Templar abad pertengahan.
Beberapa dari mereka bahkan mengatakan bahwa Adam, Nuh, dan St. John the
Evangelist sebagai Brother Masons. The Craft mengklaim mampu menawarkan
"Cahaya" atau “terang” yang tidak dapat diperoleh di tempat lain,
yang akan menyempurnakan inisiat (anggota pemula) dan memperbaiki masyarakat.
Komentator modern mereka, Henry Wilson Coil, menggambarkan Freemasonry sebagai
"sistem moralitas dan etika sosial, agama primitif, dan filsafat
hidup."
Tetapi asal muasal the Craft, seperti yang diakui oleh para
ahli sejarah Masonik, terletak pada esoterisme Renaissance, yang disuntikkan ke
dalam tradisi pekerja, yang dikembangkan oleh para tukang batu abad
pertengahan. Didorong oleh minat pada kemungkinan adanya simbol-simbol dari
suatu arsitektur, orang-orang yang bukan tukang batu profesional
("non-operatif") mulai bergabung dengan pondok-pondok pekerja di
Skotlandia pada 1590-an. Kelompok ini baru saja dirubah menjadi organisasi
permanen oleh pembangun utama istana raja, seorang Katolik bernama William
Schaw. Profesor David Stevenson telah banyak mendokumentasikan transformasi ini
dalam buku The Origins of Freemasonry: Scotland’s
century 1590-1710 (Cambridge University Press, 1988).
Pondok-pondok freemason "non-operative" muncul di
Inggris pada 1640-an, menarik kaum bangsawan dan intelektual dari berbagai
agama ke dalam kelompok ‘the Craft.’ Pada 1717, empat Pondok London bersatu sebagai Grand Lodge of England,
yang mengeluarkan konstitusi pada 1723 dan menjadi Mother Lodge dari semua
Mason biasa. Menyebar ke seluruh dunia, Freemasonry mencapai Benua Amerika pada
tahun 1721 dan negara Amerika Serikat pada tahun 1730. Pengasuh Katolik Stuarts
yang diasingkan, membawa ajaran the Craft ke Prancis, di mana terbukti sangat
populer di kalangan aristokrat dan orang-orang yang menerima Pencerahan.
Pengajuan awal dari Pondok Masonik saat itu adalah sebagai
tempat bagi orang-orang dari berbagai agama untuk bersosialisasi dan berdiskusi
dengan tenang, karena saat itu mendiskusikan agama dan politik adalah terlarang.
Haydn, Mozart, dan banyak tokoh lainnya ikut bergabung. Tetapi dengan menghindari
perselisihan sektarian maka secara tak terelakkan akan mendorong Freemasonry ke
arah Deisme belaka. ‘Tuhan’ mereka yang jarang disebut adalah Arsitek Agung
Alam Semesta, yang dapat dijangkau oleh akal dan penalaran manusia semata.
Kepercayaan kepada Makhluk Tertinggi dan keabadian jiwa adalah yang diperlukan
dari anggota reguler Freemason abad ke-18.
Freemasonry Inggris dan Eropa Utara terus mempertahankan
keyakinan samar-samar ini dan yang berfungsi sebagai agama denominator-terendah-umum
"di mana semua orang setuju." Mereka bahkan menampilkan Alkitab
selama ritual mereka sebagai "Kitab Hukum Suci." Mereka adalah
pendukung setia pembentukan tatanan sosial yang berlaku. Sampai saat ini,
mereka mendominasi dunia politik, profesi, militer, keuangan, dan bahkan
polisi. Sebelum Pangeran Charles, banyak bangsawan Inggris adalah para Mason
yang bersemangat, seperti juga beberapa uskup Anglikan. Buku Martin Short yang
berjudul Inside the Brotherhood: Further Secrets
of the Freemasons adalah merupakan survei yang baik tentang pengaruh mereka di
Inggris.
Selama
Revolusi Amerika, lebih banyak Mason adalah Loyalis daripada Patriot, dimana mereka
ini termasuk para Founding Fathers Amerika Serikat seperti Washington,
Franklin, Hancock, Hamilton, dan Monroe. (John Adams, bagaimanapun, mencela the
Craft.) Anehnya, Freemasonry juga mendaftarkan Daniel Carroll, salah satu dari
dua orang Katolik di Konvensi Konstitusi, saudara uskup pertama Amerika, Uskup
Agung John Carroll dari Baltimore, dan sepupu Charles Carroll, satu-satunya orang
Katolik yang menandatangani Deklarasi Kemerdekaan. Dalam pembelaan diri Carroll,
dia berkata bahwa kutukan Paus terhadap Freemason belum diumumkan secara resmi
di Amerika.
Lenyapnya seorang pria New York pada tahun 1826 telah
mengungkapkan rahasia the Crafts yang kemudian memicu
ledakan singkat perasaan anti-Masonik, tetapi kemudian Pondok-pondok Mason segera
populer lagi. Selama abad kesembilan belas dan awal abad ke-20, umat Katolik
Amerika menderita karena kekerasan the Craft ketika Freemason Amerika berubah
menjadi Nativist dan anti-Katolik. Mereka sangat mencolok kekerasannya, baik
dalam Ku Klux Klan yang asli maupun yang telah dihidupkan kembali. The Knights
of Columbus, yang didirikan oleh Pastor Michael J. McGivney pada tahun 1882,
menawarkan umat Katolik sebuah alternatif untuk menerima Pondok Mason ini.
Mason Amerika datang untuk memegang kekuasaan yang tidak
proporsional di semua tingkat pemerintahan, termasuk lembaga kepresidenan,
Kongres, dan Mahkamah Agung. Mereka memimpin perjuangan melawan sekolah-sekolah
paroki dan menuntut pemisahan mutlak antara Gereja dan Negara. Jaringan
pengaruh di kalangan Mason menahan persaingan dari orang luar dalam bisnis dan
profesi. Keanggotaan dalam Lodge atau Pondok Mason menjadi lencana kehormatan bagi
kelas menengah Protestan di puncak popularitas Freemasonry, 1920-1960.
Freemasonry
dan anti-Katolik
Sementara itu, Grand Orient Lodges of France, Iberia, dan
Amerika Latin membangun persepsi anti-Katolik yang jauh lebih suram. Mereka
menarik orang-orang yang bermusuhan terhadap Gereja maupun Negara, yang
menemukan organisasi Masonik beserta segala kerahasiaannya sebagai hal yang
berguna untuk melakukan subversi politik. Para Mason amat menonjol peranannya dalam
Revolusi Prancis dan kebangkitan Irlandia pada tahun 1798. Mereka membantu
memimpin pemberontakan Amerika Selatan melawan Spanyol serta penyatuan Italia. Bahkan
dengan menghilangkan kesan Deisme, Grand Orient Lodges berhenti menghormati
Alkitab atau Kitab Hukum Suci. Mereka mendominasi gerakan Republik Perancis
Ketiga yang sangat anti-klerus (1870-1940) dan menyita semua properti Gereja di
Prancis. Mereka menganiaya dan membantai umat Katolik setelah Revolusi Meksiko
dan selama Perang Saudara Spanyol. Bahkan di Uni Eropa saat ini, Mason menyukai
sekularisasi radikal.
Marah dengan kegiatan-kegiatan ini, umat Katolik yang
berpikiran dan menduga adanya konspirasi di dalam Mason, telah mengklaim bahwa
mereka semua adalah bagian dari "persekongkolan Judeo-Masonic " yang juga menciptakan Komunisme. Bekerja bersama pendeta
Irlandia yang produktif, pastor Denis Fahey, seperti halnya The Kingdom of Christ and Organized Naturalism (1943) adalah tipikal tokoh semacam itu. Mereka berpendapat bahwa adanya
referensi kepada Perjanjian Lama dan penggunaan bahasa Ibrani dalam ritual
Lodge membuktikan asal-usul Yahudi dari kelompok ‘the Craft.’ Tetapi para
pendiri Freemasonry adalah orang-orang Kristen Skotlandia dan Konstitusinya
disiapkan oleh seorang pendeta Protestan. Bukan hanya Marxisme sebagai entitas
yang sepenuhnya berbeda, rezim Komunis selalu menekan Masonry, seperti yang
dilakukan Hitler dan Mussolini. The Craft, bagaimanapun, juga dikritik sebagai
pengaruh atau template untuk aliran Theosophy, beberapa tema dalam pemikiran
New Age, dan Wicca, sebagaimana yang dikembangkan oleh Gerald Gardner.
Apa yang ditakutkan dari pengaruh "Judeo-Masonry"
dan analisis buruk tentang kekurangan intrinsik dan tak dapat diperbaiki dari
Craft, adalah berupa Relativisme dan Naturalisme. Blue Lodge Freemasonry
memperlakukan semua agama sama, tetapi lebih rendah daripada "Cahaya"
yang ditawarkan kepada para Brethren (anggota) pilihannya. Mereka mempercayai
alasan dan penalaran mereka sendiri, bukan wahyu supranatural. Tetapi orang
Kristen tahu bahwa keselamatan berasal dari Kehidupan, Kematian, dan
Kebangkitan Yesus yang nyata, bukan legenda meragukan dari Hiram Abiff.
Selain itu, tingkat yang lebih tinggi dari Tubuh Pendukung (Appendant Bodies) Masonry adalah benar-benar penuh hujatan. The Royal Arch
Degree of the York Rite mengungkapkan bahwa nama sebenarnya dari Tuhan adalah
JAH-BUL-ON, yang merupakan gabungan dari bahasa Ibrani Jaweh (Yaweh) dengan nama-nama dewa kafir Baal dan Osiris. Gelar
kedelapan belas Ritus Skotlandia (Rose Croix) menafsirkan kembali Salib dan nama
singkatan I.N.R.I sebagai simbol-simbol pagan. Seorang kandidat untuk gelar
ketiga puluh (Knight Kadosh) harus menginjak-injak tiara kepausan sambil
berseru-seru: "Laknat bagi Penipu!" Dia bersumpah untuk menyebarkan ‘cahaya’
dan menggulingkan "takhayul, fanatisme, tipuan, dan intoleransi," yaitu
sifat-sifat yang secara implisit diidentifikasi dengan agama Kristen, terutama
agama Kristen Katolik . Buku Katolik terbaik yang menentang Lodge adalah Christianity and American Freemasonry (Ignatius Press) oleh William J. Whalen.
Sejak Freemasonry memasuki Eropa, Gereja Katolik telah
menyaksikan dan memperingatkan hal itu. Pada tahun 1738, Paus Clement XII
mengutuk the Craft karena ketergantungannya pada kebajikan alami belaka,
sementara mereka mengabaikan peranan unik dari Kristus sebagai Juruselamat.
Paus Clement juga mencela cara bersumpah yang keji, melibatkan darah, dan menuntut
para anggotanya untuk melindungi rahasia Lodge sampai yang sekecil-kecilnya.
Ironisnya, rahasia-rahasia berharga itu bukanlah rahasia. Semua detilnya telah
diungkapkan berkali-kali, misalnya oleh Walton Hannah, bekas anggota Mason, dalam
buku Darkness Visible: A Christian Appraisal
of Freemasonry.
Paus Clement menetapkan bahwa umat Katolik yang bergabung
dengan kaum Mason akan menerima exkom dimana penerimaan kembali kepada anggota Gereja
hanya dilakukan oleh Paus sendiri. Sayangnya, hal ini memiliki pengaruh yang
kecil sekali, karena peraturan itu tidak dipublikasikan di setiap negara, juga
tidak dianggap serius di tempat mana ia diterbitkan. Delapan paus berikutnya
harus mengulangi pesan itu, dan yang paling kuat adalah Paus Leo XIII dalam
ensikliknya, Humanus genus tahun 1884.
Dengan menyebut Lodge Masonik sebagai “musuh yang licik dan penipu,” Paus Leo
menyatakan: “Janganlah ada umat yang mengira bahwa dia dapat, karena alasan apa
pun, bergabung dengan sekte Masonik, jika dia menghargai nama Katoliknya dan
keselamatannya yang kekal, sebagaimana dia harus menghargai semua itu.” Larangan
yang keras ini dimasukkan dalam Undang-Undang Canon 1917.
Namun, setelah Konsili Vatikan II, pertentangan
panjang antara Gereja dan Pondok Mason tampaknya mereda. Reinterpretasi
terhadap hukum-hukum canon yang anti-Masonik pada tahun 1974 membuat beberapa
umat Katolik berpikir bahwa hanya kelompok Mason yang secara aktif merencanakan
menentang Gereja, dilarang bagi mereka.
Liberalisasi ini sayangnya tidak tepat waktu. Beberapa
Freemason terkenal telah berkonspirasi untuk melawan Vatikan melalui banknya.
Pada bulan Maret 1981, dua orang penasihat keuangan utama Paus Paul VI — yang
dikenal sebagai anggota Mason — kedoknya dibuka sebagai anggota dari sebuah
Lodge rahasia bernama Propaganda Due (P2)
yang sedang mempersiapkan pengambilalihan fasis atas Italia. Kedua orang itu
kemudian mati secara misterius, mungkin dibunuh. Vatikan kehilangan 240 juta
dolar dengan kolapsnya bank Vatikan.
The P2 Lodge, yang merupakan istilah lain di Italia untuk organisasi
Grand Orient Masonry dan juga Gereja, mendaftarkan 953 anggota termasuk tokoh
peringkat tinggi, di pemerintahan, militer, layanan keamanan, akademisi,
bisnis, hukum, media, dan keuangan di Italia. Tidak ada satupun yang menjadi
anggota gereja. Meskipun ada sikap diam sepenuhnya dari mereka, tetapi hal itu tidak
bisa menghilangkan prasangka keberadaan Masonry Ecclesiastical (Mason di dalam Gereja),
karena adanya seorang tokoh yang begitu disayang di Italia dan Tradisionalis
Radikal, menjadi bukti yang layak dipercaya.
Kebetulan atau tidak, Roma sudah memiliki pikiran kedua.
Tepat sebelum skandal P2 pecah, uskup setempat telah diperingatkan pada tahun
1981 bahwa mereka tidak memiliki wewenang untuk menilai karakter asosiasi
Masonik lokal dan mengendurkan pembatasan-pembatasan lama. Meskipun
Undang-Undang Hukum Canon baru yang dikeluarkan pada tahun 1983 tidak
menyebutkan the Craft atau kelompok-kelompok serupa dengan menyebut nama,
Kardinal Joseph Ratzinger, kepala Kongregasi untuk Ajaran Iman, dengan tegas
mengulangi larangan lama pada 26 November 1983: “Sikap penentangan Gereja terhadap
asosiasi Masonik tetap tidak berubah, karena prinsip-prinsip mereka selalu
dianggap tidak dapat didamaikan dengan doktrin Gereja.” Paus Yohanes Paulus II
memerintahkan peraturan ini dimasukkan dalam hukum Gereja. Para uskup di
Amerika Serikat juga melaporkan kesimpulan yang sama pada tahun 1985: seseorang
tidak bisa menjadi Katolik dan Freemason.
Banyak institusi Kristen lainnya juga mengutuk Freemasonry,
termasuk kaum Lutheran, Evangelis, Pentakosta, Baptis, dan pengikut Ortodoks
dari Sinode Suci Yunani. Bahkan Gereja Mormon, yang pada mulanya dipengaruhi
oleh Masonry, kemudian mereka mengutuk the Craft.
Gereja Katolik dan Lodge (Pondok Masonik) tidak pernah bisa
didamaikan. Freemasonry mengajarkan agama saingan Naturalisme, apakah itu berupa
persekongkolan, penganiayaan, menghujat, terlibat dalam filantropi, atau bahkan
berperilaku sopan. Mason memperlakukan semua agama sebagai hal sama, tetapi
lebih rendah dari kebijaksanaan Gnostiknya sendiri. Sayangnya, kedalaman pemikiran
yang ditawarkan tidak pernah memperlihatkan dirinya dari balik bayang-bayang
kerahasiaannya. Bahkan setelah seseorang telah menjalani setiap tingkatan yang
dikenal di kelompok Masonik, dia tidak akan lebih tercerahkan daripada ketika
dia memulainya dulu, tetapi bahkan dia semakin jauh dan jauh dari Cahaya
sejati. Arsitek Agung Alam Semesta Deisme dan Freemasonry bukanlah Allah
Tritunggal — Bapa, Putera, dan Roh Kudus — yang dimiliki oleh orang Kristen.
++++++++++++++++++++++++++++
(Editor’s note: The final sentence of
this article was revised on February 8th for clarification. This article
appeared in somewhat different form in The
Catholic Answer, July/August, 2006.)
Sandra Miesel is an
American medievalist and writer. She is the author of hundreds of articles on
history and art, among other subjects, and has written several books,
including The Da Vinci Hoax: Exposing the
Errors in The Da Vinci Code, which she co-authored with Carl E.
Olson.
* Silakan Lihat artikel:
ISI PERUT 5
MASYARAKAT RAHASIA YANG SUNGGUH MENGENDALIKAN DUNIA…
https://www.express.co.uk/news/world/657256/Secret-societies-conspiracy-theories-Freemasons-Illuminati-Skulls-and-Bones-Bilderberg
, atau disini:
No comments:
Post a Comment