+ Athanasius Schneider, Auxiliary Bishop
of the Archdiocese of Saint Mary
in Astana, Kazakhstan
Mon Aug 27, 2018 - 12:39 pm EST
BISHOP SCHNEIDER MENANGGAPI PERNYATAAN VIGANO:
PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT SUNGGUH TIDAK BERTANGGUNG JAWAB ...
MENIMBULKAN KERAGUAN TERHADAP KEBENARAN.
27
Agustus 2018 (LifeSiteNews) -
Uskup Athanasius Schneider dari Astana, Kazakhstan, salah satu uskup yang
paling vokal di dunia mengenai krisis iman di dalam Gereja Katolik di bawah
Paus Francis, telah menulis catatan untuk menanggapi kesaksian Uskup Agung
Carlo Maria Vigano.
Uskup
Schneider mengatakan bahwa "tidak ada alasan yang masuk akal dan dapat
dipercaya, untuk meragukan kebenaran dari dokumen Uskup Agung Carlo Maria
Viganò."
Uskup
Agung Viganò, yang menjabat sebagai duta besar apostolik di Washington D.C.
dari tahun 2011-2016, menulis secara detil dalam surat setebal 11 halaman
minggu lalu, bahwa Paus Fransiskus telah berusaha menutup-nutupi pelecehan
sexual yang dilakukan oleh mantan Kardinal McCarrick.
Uskup
Schneider mengakui bahwa adalah sangat berat dan langka bahwa ada seorang uskup
yang secara terbuka akan menuduh paus yang sedang memerintah, tetapi hal itu menunjukkan
bahwa “Uskup Agung Viganò telah menegaskan pernyataannya dengan sumpah sakral
yang menyerukan nama Tuhan.”
Dokumen
Bishop Schneider disampaikan secara lengkap di bawah ini.
****
Refleksi tentang "Kesaksian" dari
Uskup Agung Carlo Maria Viganò, 22 Agustus 2018
Ini
adalah sebuah fakta yang langka dan sangat serius dalam Sejarah Gereja bahwa ada
seorang uskup menuduh secara terbuka dan secara khusus, seorang Paus yang sedang
memerintah. Dalam sebuah dokumen yang baru-baru ini diterbitkan (22 Agustus
2018), Uskup Agung Carlo Maria Viganò bersaksi, bahwa selama lima tahun Paus Fransiskus telah mengetahui adanya dua
fakta: bahwa Kardinal Theodore McCarrick telah melakukan pelanggaran seks
terhadap para seminaris dan terhadap bawahannya, dan bahwa ada sanksi hukum yang
dijatuhkan oleh Paus Benediktus XVI kepadanya.
Selanjutnya,
Uskup Agung Viganò menegaskan pernyataannya dengan sumpah suci, dengan menyebut
nama Allah. Oleh karena itu, tidak ada alasan yang wajar dan masuk akal untuk
meragukan isi kebenaran dari dokumen Uskup Agung Carlo Maria Viganò itu.
Umat
Katolik di seluruh dunia, umat beriman yang sederhana dan rendah hati,
“anak-anak kecil”, merasa sangat terkejut dan tersinggung dengan adanya kasus-kasus
gawat yang baru-baru ini diungkapkan, di mana otoritas Gereja telah berusaha menutupi
dan melindungi para klerus yang melakukan pelanggaran seksual terhadap anak-anak
di bawah umur dan terhadap para bawahan mereka sendiri. Situasi historis
seperti itu, yang dialami Gereja di zaman kita, menuntut transparansi mutlak
pada semua tingkat hierarki Gereja, dan terutama terhadap Paus Fransiskus sendiri.
Adalah
benar-benar tidak memadai dan tidak meyakinkan, jika otoritas Gereja hanya terus
merumuskan permintaan dengan ‘toleransi nol’ dalam kasus-kasus pelanggaran
seksual yang dilakukan para klerus dan untuk menghentikan upaya menutupi kasus-kasus
seperti itu. Sama tidak cukupnya adalah permohonan pengampunan yang stereotip
atas nama otoritas Gereja. Permohonan seperti itu, untuk memberikan ‘toleransi
nol’ dan permohonan pengampunan, akan menjadi kredibel hanya jika otoritas
Kuria Roma mau meletakkan kartu di atas meja (membuka fakta apa adanya),
memberikan nama-nama atau nama sebutan dari semua orang di dalam Kuria Roma -
terlepas dari pangkat dan gelar mereka - yang berusaha untuk menutupi kasus pelecehan
seksual anak-anak di bawah umur serta para bawahan mereka.
Dari dokumen
yang disajikan oleh Uskup Agung Viganò
(dibawah sumpah), kita bisa menarik beberapa kesimpulan:
- Bahwa
Takhta Suci dan Paus sendiri harus mulai membersihkan, tanpa kompromi, seluruh Kuria Roma dan episkopat, dari geng dan jaringan homoseksual.
- Bahwa
Paus harus menyampaikan
secara jelas (tidak
ambigu seperti biasanya) ajaran
Ilahi tentang karakter penuh dosa dari tindakan homoseksual.
- Bahwa harus
dikeluarkan norma-norma secara
lengkap dan detail, yang akan
mencegah pentahbisan pria yang memiliki kecenderungan homoseksual.
- Bahwa
Paus harus memulihkan
kemurnian dan kejelasan
dari keseluruhan doktrin Katolik di dalam pengajaran dan pewartaan.
- Bahwa harus
dipulihkan di dalam Gereja, melalui ajaran kepausan dan episkopal serta
melalui norma-norma praktis dari
tapabrata Kristiani yang pernah berlaku:
latihan puasa, mati raga, penolakan segala hal yang buruk.
- Bahwa harus
dipulihkan di dalam Gereja, semangat dan praktek perbaikan diri serta penebusan atas dosa-dosa yang dilakukan.
- Bahwa harus
dimulai di dalam Gereja suatu proses seleksi calon-calon episkopat yang dijamin aman ke dalam keuskupan, yang terbukti sebagai orang-orang
saleh dari Allah; dan bahwa adalah
lebih baik untuk membiarkan
keuskupan beberapa tahun tanpa
seorang uskup daripada menunjuk seorang kandidat yang bukan manusia sejati
di dalam Allah, yang tidak tekun di dalam doa, tidak paham dalam hal doktrin dan tidak bersikap dewasa dalam kehidupan moral.
- Bahwa harus
mulai di Gereja suatu gerakan
terutama di antara para kardinal, uskup dan imam, untuk meninggalkan kompromi dan segala godaan dengan
dunia.
Orang
tidak akan terkejut ketika media oligarkis internasional utama, yang
mempromosikan homoseksualitas dan kebejatan moral, akan mulai merendahkan
pribadi Uskup Agung Viganò dan membiarkan hilangnya isu utama dari dokumennya terkubur
dibawah pasir.
Di
tengah-tengah penyebaran ajaran sesat dan krisis moral yang mendalam dari
sebagian besar klerus dan terutama dari Kuria Roma, Paus Adrian VI menulis
kata-kata berikut ini, yang ditujukan kepada the Imperial Diet of Nuremberg pada tahun 1522: "Kami tahu, bahwa untuk
beberapa waktu lamanya, banyak sekali kekejian, pelanggaran dalam urusan
gerejawi, serta pelanggaran hak telah terjadi di dalam Tahta Suci, dan bahwa
segala sesuatu telah diselewengkan hingga menjadi buruk. Dari dari kepala, kebusukan
itu telah menyebar ke tangan, dari Paus kepada para uskup; saat itu kita semua akan
telah mati, dan tidak ada yang akan mau berbuat baik; tidak, tidak ada satu
pun."
Sikap tegas dan transparansi dalam
mendeteksi dan mengakui kejahatan dalam kehidupan Gereja akan membantu memulai
proses efisien dari pemurnian dan pembaruan spiritual dan moral. Sebelum menyalahkan
orang lain, setiap pemegang jabatan klerus di dalam Gereja, terlepas dari
pangkat dan gelar mereka, harus bertanya pada dirinya sendiri di hadapan Allah,
jika dia sendiri dalam berbagai cara telah menutupi pelanggaran-pelanggaran
seksual. Jika dia menemukan dirinya bersalah, dia harus mengakuinya di depan
umum, karena Firman Tuhan menegurnya: “Jangan
malu- malu mengaku dosamu, dan arus sungai jangan kaulawan. (Sir 4:26). Karena, seperti Santo Petrus, Paus pertama, menulis, “Karena
sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri (Gereja)
yang harus pertama-tama dihakimi.” (1
Pet. 4:17)
+++++++++++++++++++++++++
Cardinal
Manning menulis sebagai berikut:
(Henry Edward Cardinal Manning, Krisis Tahta Suci,
1861, London: Burns and Lambert, hlm. 88-90)
"Kemurtadan
kota Roma, melalui wakil Kristus, serta penghancurannya oleh antikris, mungkin merupakan hal yang sangat baru bagi
kebanyakan umat Katolik, sehingga menurut saya,
sebaiknya saya menyampaikan tulisan para teolog yang terkenal…
“ROMA AKAN MURTAD DARI IMANNYA, mengusir wakil Kristus dan
kembali kepada paganisme kuno.... Kemudian Gereja akan tercerai berai, diusir
ke padang gurun, dan untuk sementara waktu Gereja akan seperti keadaannya
semula: tidak terlihat, tersembunyi dalam katakombe-katakombe, di
sarang-sarang, di gunung-gunung, di tempat-tempat yang tersembunyi; untuk
sementara waktu Gereja akan nampak musnah dari muka bumi. Itulah kesaksian umum
dari para Bapa Gereja awali."
Yves DuPont, penulis buku "Catholic Prophecy"
dan banyak karya nubuat lainnya, menulis pada tahun 1970:
"Beberapa
nubuatan tampaknya menjamin kesimpulan bahwa Gereja Katolik yang sejati akan
lenyap sama sekali untuk sementara waktu sebagai sebuah organisasi. Namun meski tidak terorganisir, ia akan tetap bertahan dalam
diri orang-orang yang tetap setia, baik para klerus maupun umat awam, yang akan
pergi bersembunyi ke bawah tanah.“
Uskup
Agung Fulton Sheen: Tubuh Mistik di dunia ini akan memiliki Judas
Iskariotnya sendiri, ia adalah nabi palsu itu. Setan akan merekrutnya dari
antara uskup-uskup kita.
Bunda La
Salette, 19 September 1846:
Roma akan kehilangan iman, dan
menjadi tempat kedudukan Antikris.
Karena itu sangat penting sekali
untuk mendengarkan peringatan Bunda Maria bahwa akan ada DUA ORANG PAUS yang sama-sama
masih hidup pada saat akhir nanti. Salah satunya adalah Nabi Palsu yang membuka jalan bagi antikristus, dan paus lainnya adalah paus yang benar.
Mari kita simak perkataan Melanie, visiuner dari La Salette, dengan sangat
hati-hati: "Awalnya, kita tidak
akan tahu paus mana yang benar." Kata ‘benar’ disini menyiratkan bahwa salah satunya adalah paus yang benar dan yang lainnya adalah paus yang tidak
benar.
2Tes 2:3 Janganlah kamu memberi
dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari
itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia
durhaka, yang harus binasa.
Katekismus (CCC
675) menegaskan bahwa : ‘Sebelum
kedatangan Kristus yang kedua Gereja harus melewati sebuah ujian terakhir yang
akan menggoyahkan iman banyak orang... dalam bentuk sebuah kebohongan religius
yang akan menjadi salah satu kemurtadan.
Silakan melihat artikel lainnya
disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/
No comments:
Post a Comment