Thu Aug 16, 2018 - 2:22 pm EST
PAUS MENGANGKAT SEORANG USKUP BARU DI VATIKAN YANG MENGKLAIM BAHWA
YESUS TIDAK 'MENETAPKAN ATURAN'
by Matthew Cullinan Hoffman
16
Agustus 2018 (LifeSiteNews.com) - Paus Francis telah mengesahkan
sebagai seorang uskup, seorang imam dari Portugis yang mengklaim bahwa Yesus
tidak "membuat peraturan" dimana imam itu juga mendukung pendapat seorang
biarawati sesat yang membela legalisasi aborsi dan "pernikahan"
homoseksual ."
José
Tolentino Mendonça, nama imam dan penyair itu, yang merupakan wakil rektor
Universitas Katolik Lisbon, sekarang akan mengepalai bagian Arsip Rahasia
Vatikan untuk Paus Fransiskus, sebuah pos yang akan dia jalani mulai bulan
September tahun ini.
“Bapa
Suci mengharapkan saya akan terus menjadi sebuah sarana dialog dan persesuaian
antara Gereja dan budaya,” kata Mendonca kepada layanan berita Portugis SAPO 24. “Itulah yang akan saya lakukan,
terlepas dari Perpustakaan Kerasulan , tidak diragukan lagi, saya akan menempatkan bakat saya dan cara saya guna melakukan
hal-hal untuk melayani Gereja, dan menulis adalah bentuk komunikasi yang akan
terus saya pertaruhkan sebagai tempat representasi dan komunikasi Yesus di
dunia saat ini.”
Ditanya
oleh SAPO 24 apakah dia bersikap terbuka
(artinya: menerima) reformasi yang dilakukan paus, Mendonça menjawab bahwa
pengangkatannya yang pasti “adalah menempatkan saya dekat dengan pesannya,
dengan programnya bagi Gereja di zaman kita.”
Tolentino
Mendonça adalah seorang teolog lainnya yang terkait dengan Paus Francis, yang
memiliki hubungan dekat dengan dukungan dan advokasi homoseksual. Mendonça
telah mengaitkan
dirinya secara erat dengan Teresa Forcades, seorang biarawati Spanyol yang
menjadi terkenal karena mengklaim bahwa "perkawinan" homoseksual
harus dilegalkan dan aborsi harus diizinkan sebagai bagian dari hak
"penentuan nasib sendiri."
Di
awal tahun 2010, Mendonça bekerja di sebuah perutusan “Katolik” LGBT, yang
melayani kaum homoseksual yang menyandang identitas “gay” yang kemudian bergantung
kepada bimbingan spiritual diri mereka sendiri. Mengenai pelayanan ini,
Mendonça mengatakan
kepada media Portugis Publico pada
tahun 2010 bahwa “Gereja bukanlah tempat untuk mendapatkan kepenuhan, tetapi Gereja
adalah tempat pencarian. Kondisi kita adalah dalam kehausan dan keinginan. Tetapi
kehausan dan keinginan itu tidak bisa didapatkan di sini, dan sekarang kita mau
mewujudkan impian kita. Gereja adalah jalan umum, tidak bebas dari
ketidaksempurnaan, terbuka bagi sikap progresifitas.” Dia menambahkan bahwa
Gereja harus menyambut orang-orang dengan cara yang “tanpa syarat.” Artikel dalam
Publico menyiratkan bahwa anggota
kelompok pastor Mendonça ini terus terlibat dalam tindakan homoseksual.
Mendonça
diundang oleh Paus Fransiskus untuk berkhotbah dan memberikan bimbingan rohani
di retret
Prapaskah tahun ini, dari tanggal 18 Februari hingga 23 Februari. Selain paus,
para pejabat tinggi Vatikan lainnya juga hadir.
READ: Pope Francis chooses pro-LGBT priest to guide Lent
retreat who holds Jesus didn’t ‘establish rules’
Setelah
retret Francis berterima
kasih kepada Mendonça karena telah "menunjukkan
bagaimana (Roh Kudus) bekerja pada orang yang tidak beriman, pada 'orang-orang berhala,'
pada orang-orang dari agama lain" dan bahwa Roh Kudus adalah "bersifat
universal, itu adalah Roh Allah, untuk semua orang. . . Terima kasih atas panggilan
ini untuk membuka diri, tanpa rasa takut, tanpa kekakuan, untuk bersikap lunak terhadap
Roh dan tidak kaku di dalam struktur yang melingkupi kita.”
Menentang Tradisionalisme
Dalam Gereja
Dalam
pengantar bukunya pada tahun 2013, “Teologi Feminis dalam Sejarah,” Mendonça
membandingkan aktivis LGBT suster Teresa Forcades dengan St. Hildegard dari
Bingham. Dia menulis bahwa pandangannya (suster Teresa Forcades) diungkapkan
dalam “suatu bentuk yang simbolis, terbuka, dan peka tentang pengalamatan yang
nyata” sebagai lawan dari cara bicara Gereja tradisional dalam istilah-istilah
yang jelas, non-metafora, yang dia sebut “tata bahasa univokal kemenangan yang
kita kenal."
“Adalah
perlu bahwa narasi doktrinal memahami dirinya sendiri untuk menjadi lebih dari
sekedar membaca daripada menulis, lebih mirip sebuah perjalanan daripada sebuah
tempat, karena memori yang mengangkutnya tidak dapat direduksi menjadi sebuah hukum,
sebuah visi, sesuatu yang otomatis,” tulis Mendonça, dan mengklaim bahwa
teologi seperti itu diberikan kepada kami oleh suster Forcades. “Adalah tepat
di sini bahwa karya yang menakutkan (memprovokasi) dari suster Teresa Forcades i
Vila, Feminist Theology dalam sejarah, yang telah dimiliki oleh pembaca, datang
untuk membantu kami,” tulisnya.
"Suster
Teresa Forcades i Vila (suster yang mendukung perkawinan homosex) mengingatkan
akan hal-hal yang esensial: bahwa Yesus dari Nazareth tidaklah merancang ataupun
tidak menetapkan peraturan," tulis pastor Mendonça. “Yesus hidup, artinya, Dia
membangun etos relasi, mewujudkan puisi pesan-Nya dalam daging-Nya yang kelihatan,
menggunakan tubuh-Nya sendiri sebagai sebuah dasar pikiran.”
Pada
tahun 2016, pastor Mendonça memberikan wawancara kepada stasiun Radio Lisabon Renascença, di mana dia mengecam umat
Katolik, dan terutama para kardinal, yang telah mengkritik penyimpangan Paus
Fransiskus dari doktrin Katolik tradisional, dan dia menolak pandangan mereka
sebagai "tradisionalisme," yang menurutnya benar-benar bertentangan
dengan Tradisi gereja.
"Hari
ini, kita melihat Paus Fransiskus ditentang oleh sayap yang lebih konservatif dalam
Gereja dan oleh beberapa nama penting, bahkan kardinal, yang dengan cara
tertentu bersedia menempatkan tradisionalisme di atas tradisi," kata Mendonça.
Mengenai
sikap Paus Fransiskus yang “menyambut” mereka yang keras kepala untuk hidup
dalam situasi homoseks dan perzinahan yang penuh dosa, Mendonça mengatakan
kepada pewawancara, “Tidak seorang pun dapat dikecualikan dari kerahiman dan
belas kasih Kristus. Dan pengalaman belaskasih itu harus dibawa kepada semua
orang, apakah mereka orang Kristen yang menikah lagi, terluka oleh pengalaman perkawinan
yang membawa bencana, apakah itu realitas keluarga baru, apakah itu orang
homoseks, yang di dalam Gereja harus menemukan ruang untuk didengar, menerima sambutan
dan belas kasihan. "
Juga
pada tahun 2016, Mendonça memperkenalkan buku barunya, “Menuju teologi indera,”
pada konferensi pers di mana dia saat itu disertai oleh suster Forcades.
Posisi Pengarsipan Vatikan Sangatlah
Penting Dalam Proyek Untuk Merevisi Doktrin Tentang Kontrasepsi
Posisi
pengarsipan Vatikan yang dipercayakan kepada Mendonça adalah kunci dalam konteks politik Vatikan saat ini. Dalam beberapa bulan
terakhir, Paus Fransiskus telah memberikan akses eksklusif dan belum
pernah terjadi sebelumnya bagi Arsip Rahasia Vatikan kepada sekelompok
kecil klerus dan ilmuwan yang tampaknya bertekad untuk merubah doktrin Gereja
Katolik mengenai kontrasepsi.
Para
klerus dan ilmuwan itu, termasuk Gilfredo Marengo dari Institut Kepausan John
Paul, Pierangelo Sequeri, presiden dari institut yang sama, Philippe Chenaux,
seorang profesor sejarah Gereja di Universitas Kepausan Lateran, dan Angelo
Maffeis, presiden dari Paul VI Institute of Brescia, adalah orang-orang yang sedang
dalam proses menciptakan sejarah
revisionis (baca: melakukan perubahan bersejarah) atas perumusan ensiklik
Humanae vitae kepausan, yang selalu mengulangi kecaman abadi Gereja Katolik terhadap
pengendalian kelahiran artifisial.
Sebagai
sebuah langkah dalam proses ini, Marengo baru-baru ini mengeluarkan sebuah
buku yang mengklaim
bahwa Humanae Vitae tidak memiliki "nada keteguhan doktrinal dan
disiplin" dan malah berfokus pada "perspektif pasangan yang
menyertainya, yang diundang untuk semakin mematuhi kepenuhan dari bentuk Kristiani
dari percintaan mereka,” sebuah interpretasi yang cocok dengan agenda Paus
Fransiskus untuk merubah kemutlakan moral, menjadi “cita-cita” yang tidak
diharapkan atau dipenuhi oleh orang Kristen. (Menurut Paus Francis nilai moral
itu tidak mutlak, tidak absolut. Ia bisa saja berubah sesuai dengan zamannya).
Email the author here.
Silakan melihat artikel lainnya
disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/
No comments:
Post a Comment