Paus Fransiskus di Roma 2016 konsistori ketika para uskup agung "progresif" Cupich,
Joseph Tobin dan Farrell diangkat menjadi kardinal. Steve Jalsevac / LifeSite
Mon Aug
27, 2018 - 11:33 am EST
JIKA PAUS FRANSISKUS MENUTUP-NUTUPI
KASUS PELECEHAN SEXUAL YANG DILAKUKAN OLEH MCCARRICK, MAKA DIA BUKAN LAGI MENJADI ‘SUCI’
MAUPUN ‘BAPA’
27 Agustus 2018 (LifeSiteNews) - Haruskah kita terkejut dengan kesaksian
rinci dari Uskup Agung Carlo Maria Viganò tentang
Paus Fransiskus yang menutup-nutupi pelecehan mantan Kardinal McCarrick? Kami telah melihat tingkat
keburukan dan kebobrokan yang menggunung selama bertahun-tahun ini. Sejak saat pertama memegang
jabatan kepausannya, Paus Francis sudah menunjukkan penghinaan terhadap tradisi-tradisi
kepausan, yang merupakan sebuah tanda tidak menghormati tugas-tugas dan batas-batas
jabatannya. Perayaan Misa yang minimalis dan tidak bersemangat yang biasa
dilakukannya, menunjukkan bahwa bagi
Francis, liturgi bukanlah "sumber dan puncak kehidupan Kristiani."
Berbagai homilinya yang berisi
tuduhan-tuduhan serta bersifat menyiksa, seringkali memperlihatkan isi pikiran yang
bukan Katolik. Wawancaranya yang ceroboh dengan berbagai surat kabar dan di
dalam penerbangan pesawat telah banyak menimbulkan kebingungan tentang
ajaran-ajaran dasar Kristiani. "Siapakah saya hingga berhak untuk
menilai?" telah muncul di setiap surat kabar dan akhirnya muncul pada
ribuan kepingan barang pernak-pernik yang dijual online sebagai sebuah pesan
pembebasan manusia dari perintah-perintah Allah. Kata yang manis "belas
kasih" telah dipelesetkan guna menjalankan agendanya yang sekuler. Kata
“Farisi” menjadi ejekan favorit bagi Paus Fransiskus yang ditujukan kepada siapa
saja yang masih percaya kepada Alkitab atau ajaran Kekristenan yang sah.
Sinode-sinode tentang keluarga yang dicurangi oleh lembaga kepausan,
dan produk mereka yang bernama, Amoris
Laetitia — secara otoritatif telah dijejali oleh muatan dari pedoman Buenos
Aires — yang menganugerahkan penghargaan kepausan kepada normalisasi hubungan perzinahan.
Perubahan pada proses pembatalan perkawinan (anulasi) secara cepat dengan mudah
dan murah, telah mendorong pemberian dan pengesahan "perceraian
Katolik." Reorganisasi internal dan berbagai inisiatif di Vatikan telah
sangat melemahkan pesan anti-aborsi dan ‘mengeruhkan air’ Humanae Vitae bahkan di tahun peringatannya. Orang-orang yang terkenal
anti-Katolik telah diundang ke Vatikan, diberi tempat berpijak, dan mendapatkan
tepuk tangan yang riuh.
Pada saat seseorang berada dekat
dengan kebenaran (realita) yang menyedihkan tentang korupsi keuangan di Vatikan,
maka paus yang seharusnya “berubah pikiran” dan memastikan bahwa ancaman korupsi
itu dihilangkan — apakah itu melibatkan kardinal C-9 yang dengan mudah
dibingkai atau para auditor eksternal profesional yang dengan cepat dipecat.
Kutukan Paus atas homoseksualitas tidak pernah lebih baik
daripada sikap ambivalen (mendua); ajaran tradisional Gereja tampaknya sedang menuju
pembuangan di tong sampah, sama seperti nasib hukuman mati. (Jika anda tidak
menyukai apa yang dikatakan oleh tradisi Gereja, mengapa tidak merubah
Katekismus saja, sambil mengucapkan kata-kata ajaib "Abrakadabra,
pengembangan doktrin"?) Penanganan atas krisis pelecehan seksual global,
seperti yang terlihat dalam situasi di Chile (uskup Barros dan kawan-kawan),
menunjukkan komitmen yang sangat loyo terhadap keadilan, dan kecenderungan ke
arah keterlibatan yang paling buruk.
Dan sekarang
dengan berita baru ini, yang benar-benar telah menciptakan gelombang
kejutan di seluruh dunia, keterkejutan kolektif di kedalaman kejahatan yang
dituduhkan di tempat-tempat yang tinggi.
Dalam kasus yang baru ini, bukan hanya kita tidak memiliki
keadilan lagi di Casa Santa Marta. Kita telah tahu bahwa di sana ada sesuatu yang
tampaknya merupakan keputusan yang sengaja
diperhitungkan dan direncanakan untuk mendukung, menghormati, dan mempromosikan
ketidakadilan. Disitu bukan hanya bahwa kita memiliki "kecenderungan
keikutsertaan" banyak petinggi; karena ternyata eselon atas Vatikan adalah
pabrik tempat kejahatan dibuat, dengan efisiensi yang akan membuat Henry Ford (pemilik
pabrik mobil yang mengedepankan efisiensi) merasa kagum. Perkembangan peristiwa
yang tak terhindarkan saat ini semakin mengumandangkan bahwa Paus Fransiskus
lebih dan lebih lagi sebagai fasilitator hebat dari mafia, yang dalam genggaman
birokratiknya yang lemah, maka Gereja Katolik di dunia sedang mengalami
pencekikan yang amat menyesakkan. Vatikannya Bergoglio adalah semacam lubang
pembuangan di mana paham akomodasi duniawi dari Konsili Vatikan Kedua dan
ide-ide serta perilaku terburuk dari pemberontakan pasca-konsili telah
berkumpul dalam wujud yang dipadatkan (terkonsentrasi).
Sebuah artikel yang saya terbitkan
di OnePeterFive pada 15 Agustus 2018 memuat
pernyataan berikut: “Untuk mendengarkan orang-orang yang berniat baik
mengatakan bahwa Bergoglio harus membentuk beberapa badan investigasi untuk
mengatur segala sesuatu agar menjadi benar (di AS) adalah sebagai kegilaan Alice in Wonderland. Ini
seperti menempatkan Himmler yang bertanggung jawab atas Nuremberg.” Bagi
beberapa orang, ini adalah pernyataan yang terlalu muluk. Bagaimana saya berani
mengatakan hal seperti itu tentang “Bapa Suci”?
Hari ini, dari pengungkapan yang dilakukan oleh Uskup Agung Viganò
dan begitu banyak bukti lainnya, saya berpegang pada pernyataan itu, dan seribu
orang lain menyukainya. Karena dia (Paus Fransiskus) tidak menunjukkan
tanda-tanda menjadi ‘SUCI’, dan dia juga tidak bertindak seperti seorang ‘BAPA’.
Seorang Bapa Suci sejati tidak akan memperlakukan orang Katolik seperti cara
Francis memperlakukan mereka. Seorang Bapa Suci tidak akan menyesatkan
anak-anaknya ke dalam dosa dalam kasus-kasus misteri seksualitas, pernikahan,
dan Sakramen Mahakudus. Seorang Bapa Suci tidak akan menindas anak-anaknya yang
menemukan kekuatan spiritual dalam pemulihan tradisi keluarga, sambil dia mendukung
dan mempromosikan anak-anak yang memberontak terhadap keluarga, atau bahkan mendukung
orang asing yang tidak peduli akan hal itu. Seorang Bapa Suci tidak akan
mentolerir sedikitpun juga anak-anak tertua di dalam keluarga jika mereka
tertangkap telah berbuat melakukan pelecehan yang paling kecil sekalipun; seharusnya
dia membuka semua aib mereka dan menyingkirkannya.
Siapakah yang tahu apa yang sedang terjadi dalam belenggu
pikiran Paus Fransiskus? Hanya Tuhan yang tahu. Apa yang kita ketahui adalah
bahwa Allah telah mengijinkan masa kesengsaraan ini untuk menguji dan
memperkuat iman para hamba-Nya, untuk melihat apakah kita akan setia kepada
wahyu-Nya, perintah-perintah-Nya, karunia tradisi-Nya, kebenaran-Nya, di tengah
apa pun yang terjadi.
Dalam sejarah panjang Gereja, Kuasa Ilahi telah menguji
kesetiaan umat Kristiani hingga berkali-kali, baik itu dengan melalui penyiksaan
yang mengerikan dan pengasingan yang keji di zaman penganiayaan Romawi atau
pagan, melalui tindakan amoralitas dan kebusukan para klerus, kekacauan
doktrinal dan kompromi, atau berupa kesulitan yang mengerikan akibat perang,
kelaparan, wabah, dan bencana, dimana dunia kita yang sesat ini tidak berhenti
mengalaminya. “Berbahagialah orang yang bertahan dalam
pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan
yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia. (Yak
1:12).
++++++++++++++++++++
1
Tim. 4:1-2 Tetapi Roh dengan tegas
mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu
mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan, oleh tipu daya
pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka....
2
Tim. 3:1
Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar.
Yud 1:18
Sebab mereka telah mengatakan kepada
kamu: "Menjelang akhir zaman akan tampil pengejek-pengejek yang akan hidup
menuruti hawa nafsu kefasikan mereka."
Penderitaan Gereja pada Akhir
Zaman:
Katekismus Gereja Katolik 675. Sebelum
kedatangan Kristus, Gereja harus mengalami ujian terakhir yang akan
menggoyahkan iman banyak orang. Penghambatan, yang menyertai penziarahannya di
atas bumi, akan menyingkapkan "misteri kejahatan". Satu khayalan
religius yang bohong memberi kepada manusia satu penyelesaian semu untuk
masalah-masalahnya sambil menyesatkan mereka dari kebenaran. Kebohongan
religius yang paling buruk datang dari Anti-Kristus, artinya dari mesianisme
palsu, di mana manusia memuliakan diri sendiri sebagai pengganti Allah dan Mesias-Nya yang
telah datang dalam daging.
No comments:
Post a Comment