PROPAGANDA AMAZON MENGuasai gereja-gereja di ROMA
by Martina Moyski •
ChurchMilitant.com • October 8, 2019
Gereja
Santa Maria di
Traspontina dihiasi dengan
kuil berhala
ROMA (ChurchMilitant.com)-
Gereja-gereja Katolik di Roma telah diselimuti berbagai gambar dan simbol pagan
sejak awal Sinode Amazon.
wanita
pribumi sedang menyusui binatang
Sepintas, modifikasi pagan tampaknya mewakili masyarakat asli
tetapi menurut umat Katolik yang setia, hal itu mewakili “puncak dari gerakan ‘pengkhianatan dan cemoohan’ dari
gerakan kaum modernis."
Misalnya,
Gereja Santa
Maria di Traspontina di Roma, yang
berasal dari abad ke-16 - dan sepelemparan batu jaraknya dari Basilika Santo
Petrus - telah diubah menjadi kuil berhala bagi budaya asli Amazon - serta paham
teologi pembebasannya.
Gereja Karmel kuno itu menampilkan selimut lingkaran ajaib
yang bertengger di atas lantai marmer kuno dari altar samping dan dihiasi
dengan benda-benda asli dari penyembahan kepada Ibu Pertiwi. Di sekeliling lingkaran
terdapat dua patung kayu dari seorang wanita hamil yang telanjang, pipa musik,
mainan, mangkuk kayu, dan sebuah perahu kayu yang terletak di tepi lingkaran. Gambar dua ‘martir’
teologi pembebasan memberikan latar belakang bagi lingkaran itu.
Uskup Katolik Amerika Serikat berkata: “Mengapa Anda diam saja
dengan penyembahan berhala Amazon? Jika Anda tidak mau berkata apa-apa, berarti
Anda terlibat. Korbankanlah reputasi Anda dan beranilah mempromosikan Iman para
Rasul dan para Martir Katolik! Sekarang inilah saatnya bagi para Gembala untuk bertindak!”
Di antara benda-benda itu
adalah foto Xicão Xukuru, kepala orang Xukuru do Ororubá dari Pernambuco di
Brasil Timur Laut dan yang berusaha untuk mengembalikan ‘ritual kuno’ (pagan) yang ditindas oleh orang kulit putih.
Xukuru dibunuh
pada tahun 1998 dan dikubur dalam peti
mati yang membawa salib, meskipun penguburannya termasuk ritual kepada Ibu
Pertiwi di mana kata-kata ini dituliskan disitu:
Terimalah
putramu, ya Ibu Pertiwi. Dia tidak dimakamkan, dia ditanam agar darinya
prajurit-prajurit baru akan lahir, ya Ibu Pertiwiku. Dia akan ditanam, seperti
yang diinginkannya, di bawah bayanganmu, Ibu Pertiwiku, untuk memberi kehidupan
kepada para pejuang baru, agar perjuangan kita tidak berhenti, ya Ibu Pertiwiku.
Di sebelah gambar Xukuru ada gambar Dorothy Stang, seorang Suster Notre Dame de Namur, yang terbunuh pada tahun 2005 di
wilayah Amazon Brasil ketika dia bekerja sebagai misionaris sehubungan dengan
perjuangan untuk reformasi agraria.
Sebuah spanduk seorang wanita Amazon sedang menyusui seekor binatang sementara ia menggendong bayi manusia juga menghiasi salah satu kapel samping Gereja Santa Maria. Spanduk itu berbunyi sebagian: ‘todo está conectado’ (‘semuanya terhubung’).
Sebuah spanduk seorang wanita Amazon sedang menyusui seekor binatang sementara ia menggendong bayi manusia juga menghiasi salah satu kapel samping Gereja Santa Maria. Spanduk itu berbunyi sebagian: ‘todo está conectado’ (‘semuanya terhubung’).
Di sepanjang
ensikliknya, Laudato Sí (2015), berkali-kali
paus Francis menulis bahwa ‘semuanya terhubung.’ Tema bahwa
umat manusia terhubung dengan ekosistem, dan masalah sosial seperti kemiskinan
dan perkembangan teknologi terkait dengan penyalahgunaan manusia terhadap
lingkungan, telah dipajang menyelimuti dokumen Laudato Si itu.
Francis juga
merujuk pada ‘krisis lingkungan’ dan mengklaim adanya ‘gejala-gejala penyakit telah
nyata terlihat di tanah, di air, di udara, dan dalam segala bentuk kehidupan.’
Para kritikus menganggap ensiklik itu
sebagai dokumen politis, bukannya
spiritual, dan mereka menggambarkannya sebagai sikap ‘pesimistis,’ lebih
mirip propaganda untuk menggalang ‘Dana Pertahanan Lingkungan.’
Menurut para
kritikus, Francis secara politis memberikan kepada para
aktivis lingkungan hidup ‘sebuah landasan induk dari suara-suara propaganda
serta amunisi retorika untuk mengajukan permohonan kepada otoritas kepausan
dalam mendukung agenda mereka’ melalui Laudato Sí.
Berbicara
dengan Church Militant, George Neumayr, reporter American Spectator yang mengambil foto-foto pajangan pernak-pernik pagan di Vatikan,
menjelaskan adanya penguasaan atas gereja-gereja Roma oleh segala perlengkapan
pagan dalam istilah historis.
"Gereja Francis yang
berkubang dalam penyembahan alam adalah salah satu dari pengejaran paham modernisme,"
katanya kepada Church Militant,
"yang terjun kedalam paganisme di masa lalu yang telah diperkirakan oleh
para paus terdahulu akan terjadi jika para klerus menolak Thomisme dan
mengadopsi subjektivisme dari paham 'Pencerahan.’ "
Komentar
Neumayr ini menyinggung soal peringatan Paus St. Pius X tentang bahaya
modernisme di awal abad ke-20.
Pope St. Pius
X
Paus dan orang
kudus ini memperingatkan tentang bahaya modernisme dalam ensikliknya Pascendi Dominici Gregis di mana dia
secara eksplisit menguraikan bahaya modernisme yang sering terkubur dalam topeng
‘kelicikan yang cerdik’:
Tetapi karena
kaum Modernis (sebagaimana mereka biasa disebut begitu, sesuai dengan kkeadaan mereka
yang sebenarnya) menggunakan kelicikan yang sangat pintar, yaitu, untuk
menyajikan doktrin mereka sendiri tanpa urutan dan pengaturan sistematis,
menjadi satu kesatuan, tersebar dan terputus-putus satu sama lain, sehingga
tampak ragu-ragu dan ketidakpastian, sementara mereka dalam kenyataannya tetap tegas
dan tabah, dan itu akan bermanfaat untuk membawa ajaran mereka ke sini dalam
satu paket ....
Paus
anti-modernis ini menyatakan: "Saya sepenuhnya menentang kesalahan kaum
modernis yang berpendapat bahwa tidak ada yang ilahi dalam tradisi suci."
Penutupan simbol-simbol
tradisional Gereja Katolik dengan simbol-simbol pagan dari masyarakat adat
Amazon dan slogan-slogan politik teologi pembebasan, merupakan gebrakan bagi
umat Katolik yang berpikiran tradisional, dimana hal itu sangat mengejutkan
mereka sebagai indoktrinasi, daripada penjelasan ajaran-ajaran suci.
No comments:
Post a Comment