KONTROL
KERUSAKAN VATICAN:
seorang
biarawati MENGAKUI bahwa para WANITA AMAZON telah BERTINDAK sebagai imam
Suster-suster biarawati di Amazon ‘merayakan’ berbagai perkawinan dan menerima pengakuan dosa tanpa memberikan
absolusi
NEWS: WORLD NEWS
VATICAN CITY
(Church
Militant.com) - Vatikan kini dalam mode ‘kontrol kerusakan’ setelah komentar yang dibuat oleh seorang suster biarawati yang mengungkapkan bahwa wanita di Amazon sudah bertindak
seperti pastor.
Pada hari Senin, hari pertama diskusi dan presentasi Sinode
mengenai krisis imamat di Amazon, Sr. Alba Teresa Cediel Castillo, seorang
anggota Misionaris Suster-Suster Maria Tak Bernoda dan St Catherine dari Siena,
sebuah ordo para suster dari Kolombia, mengungkapkan bahwa para suster dan wanita lainnya sedang melakukan beberapa tugas
sakramental yang diperuntukkan bagi para imam.
Menanggapi sebuah pertanyaan wartawan Vatikan, mengenai peran biarawati di
Amazon, suster itu berkata, "Kami fokus pada pendidikan, perawatan
kesehatan, kami melaksanakan proyek. Kami membantu masyarakat adat untuk mengembangkan
proyek mereka sendiri yang mempromosikan pembangunan."
"Di semua
tempat ini, apa yang kita lakukan?" kata suster itu melanjutkan:
Ya, segala sesuatu
yang dapat dilakukan seorang wanita, mulai dari pembaptisan, sebagai nabi dan
imam, sebagai imam wanita kami menemani orang-orang di semua acara ketika para
imam pria tidak bisa berada di sana. Jika ada kebutuhan untuk pembaptisan, kami
membaptis anak-anak. Jika ada orang yang ingin menikah, kita bisa melakukannya,
kita bisa merayakan pernikahan. Dan kadang-kadang kita juga harus mendengarkan
pengakuan dosa. Tentu saja kita tidak dapat memberikan pengampunan, tetapi di
lubuk hati kita, kita menempatkan diri kita pada posisi mendengarkan, dengan
kerendahan hati memikirkan orang yang datang kepada kita untuk menerima kata
penghiburan, bagi seseorang yang, mungkin akan mati.
Sr.Castillo
melanjutkan, "Saat ini kami sedang bekerja di tingkat antar-jemaat dalam
tim keliling pria dan wanita yang bepergian dengan kano dan kami menyeberangi
sungai-sungai Amazon yang besar dan peran wanita dalam Gereja, menurut saya juga,
harus menjadi lebih besar."
Suster itu menambahkan, "Kita akan sampai di sana tetapi
sedikit demi sedikit. Kita tidak dapat memberikan terlalu banyak tekanan. Saya
pikir melalui dialog, melalui pertemuan, kita akan dapat menjawab banyak
tantangan."
Kontan saja umat
Katolik yang setia merespons kuat di media sosial, menyebutnya sebagai upaya
untuk mengkooptasi imamat pria.
Namun, Kantor Berita
Vatikan mengeluarkan komentar yang berbeda dari komentar Castillo dalam sebuah
artikel yang diterbitkan pada
hari Selasa, berjudul "Amazonia: religius wanita yang 'mendengar pengakuan
dosa,' " setelah banyak umat Katolik menyatakan khawatir.
Bukannya menggunakan
penerjemah resmi Vatikan, yang menerjemahkan perkataan Sr.Castillo secara
literal, tetapi artikel itu justru memparafrasekan.
Artikel
itu menambahkan secara umum, "Jika seseorang ingin menikah, kami hadir dan
kami menyaksikan cinta dari pasangan itu."
Gereja
memang mengajarkan sakramen pembaptisan
dapat dikelola oleh seseorang yang bukan imam atau diaken dalam kasus darurat,
yaitu, jika orang itu dalam bahaya kematian yang segera.
Para
pemimpin sinode, seperti Cdl. Lorenzo Baldisseri, mengklaim
bahwa dokumen kerangka Sinode Amazon adalah tidak resmi dan mewakili ‘suara
gereja lokal.’
Dalam
sebuah wawancara dengan National Public Radio, pastor Peter
Hughes, seorang misionaris Irlandia di Amerika Latin, mengatakan,
"Orang-orang di Amazon, seperti yang kita semua tahu, memiliki visi
sendiri, visi realitas kosmik mereka sendiri, di mana menurut mereka, semua kehidupan
saling berhubungan," menambahkan, "Mantra dari saling-terhubung ini yang
digarisbawahi Paus, adalah landasan dari kerohaniannya dan kerohanian
Kristen."
Sinode
tidak pernah ada hubungannya dengan mengubah doktrin atau dengan mengubah
disiplin, kata Cdl. Burke . Tweet
Ini dibuktikan pada
hari Sabtu ketika
paus Francis hadir dalam upacara penanaman pohon pagan (dianggap sakral oleh
pribumi Amazon) di taman-taman Vatikan.
Seorang dukun
perempuan memimpin upacara itu dengan orang-orang membungkuk ke arahnya,
termasuk seorang biarawan Fransiskan, dalam penyembahan yang nyata terhadap bumi.
Austin Ivereigh,
seorang jurnalis dan pembela Paus Francis, mengklaim bahwa upacara itu bersifat
Katolik dan bahwa patung-patung kayu
yang mewakili dua wanita telanjang dan hamil itu bukanlah berhala-berhala
kafir, tetapi gambar-gambar dari Santa Perawan Maria yang Terberkati dan St.
Elizabeth.
Namun, seorang uskup
misionaris Amazon berkomentar bahwa
patung-patung itu melambangkan ‘Ibu Pertiwi, kesuburan, wanita, kehidupan’ dan bukan Perawan Maria yang Terberkati.
Para teolog
terkemuka mengutuk agenda sinode itu. Cdl Amerika Raymond Burke menyebut sinode itu adalah sebuah kemurtadan dan
merupakan ‘serangan langsung terhadap Ketuhanan Kristus.’
"Konsep
mendasar dari sebuah sinode adalah untuk memanggil bersama perwakilan para klerus
dan umat awam untuk melihat bagaimana Gereja dapat mengajar secara lebih
efektif dan lebih efektif menerapkan disiplinnya," katanya.
"Sinode tidak pernah ada hubungannya dengan mengubah
doktrin atau mengubah disiplin Gereja," Burke melanjutkan dengan
menambahkan, "Itu semua dimaksudkan sebagai cara untuk memajukan misi
Gereja."
No comments:
Post a Comment