VORTEX -
PENCEMARAN DAN MISTERI
Pertanyaan
tanpa henti. Dan terus tidak adanya jawaban yang jelas.
October 18, 2019
Bukannya
menjadi lebih jelas, misteri seputar identitas patung kayu dari seorang wanita
hamil telanjang yang di arak kemana-mana, justru tumbuh semakin dalam.
Vatikan
sekarang telah ditanya secara langsung, dua kali, tentang identitas patung yang
pertama kali muncul saat penanaman pohon di kebun/taman Vatikan, upacara
pemujaan Ibu Pertiwi menjelang pembukaan sinode, pada 4 Oktober.
Sedemikian
besarnya umat Katolik se dunia merasa tersinggung pada saat seorang dukun
perempuan dan rombongannya membungkuk kepada sosok ini, yang diletakkan atas
selimut yang mewakili bumi, sehingga media sosial se dunia berkobar oleh pertanyaan
tentang identitas patung itu.
Dan
ketika patung itu diserahkan kepada paus Francis dan dibawa ke Basilika Santo
Petrus pada hari berikutnya, dalam sebuah perahu kecil, spekulasi yang luas
telah menjamin bahwa itu adalah peristiwa penyembahan berhala yang semakin
intensif, karena, ya… seperti itulah kenyataannya.
Siapakah
patung itu sebenarnya? Umat Katolik yang berpikiran tradisional melihatnya
sebagai sosok dewi berhala.
Para
pembela kepausan, seperti reporter liberal Inggris, Austen Ivereigh, mengklaim
di media sosial, bahwa kedua patung itu, yang hampir identik, adalah Maria dan
Elizabeth - keduanya sama-sama sedang hamil.
Perang
media sosial kemudian meletus antara Ivereigh dan umat Katolik yang setia, bersama
dengan umat Katolik ortodoks, yang menunjukkan bahwa yang pertama, mereka tidak
percaya bahwa itu adalah Bunda Maria, dan jika ya, maka hal itu sangat tidak
sopan dan ofensif untuk menghadirkan Bunda Maria dalam keadaan telanjang.
Ivereigh
mengambil kesempatan itu pada konferensi pers Vatikan hari berikutnya untuk
mencoba mempermalukan umat Katolik yang setia, tetapi dia adalah ‘orang yang memakai
topeng pada wajahnya.’
Ketika
disebut-sebut namanya, dia menuduh apa yang dikatakannya ‘beberapa media
Amerika’ karena menafsirkan sosok kayu itu sebagai ‘simbol kesuburan berhala’
dan meminta panitia untuk mengklarifikasi.
Tetapi
respons yang dia dapatkan bukanlah yang ingin dia dengar. Salah satu uskup
Amazon menanggapi:
Kita
semua memiliki interpretasi kita sendiri-sendiri - Perawan Maria, Ibu Pertiwi.
Mungkin mereka yang menggunakan simbol ini ingin merujuk pada kesuburan,
wanita, kehidupan ... kehidupan yang ada di masyarakat Amazon.
Saya tidak berpikir kita perlu mengaitkan
patung itu dengan Perawan Maria atau sebuah elemen berhala.
Namun
apa pun artinya itu, jelaslah bahwa patung itu sama sekali bukan Perawan Maria.
Minggu
ini, masalah itu muncul lagi, dan kali ini, Vatikan menyinggung pertanyaan
tentang siapa patung itu atau apa yang diwakilinya.
Paolo
Ruffini, prefek Komunikasi Vatikan mengatakan, "Patung ini mewakili
kehidupan, melalui seorang wanita."
Tetapi
kemudian dia dengan cepat merubah pernyataannya, mengatakan bahwa itu hanyalah
pendapat pribadinya dan sebagai fakta, sebagai catatan, dia tidak tahu sama
sekali apa tokoh kontroversial itu atau siapa yang diwakilinya.
Para
wartawan diminta untuk bertanya kepada Pan-Amazonian Ecclesial Network (REPAM)
serta ‘Gerakan Katolik bagi masalah Iklim,’ dua kelompok yang
menyelenggarakan upacara penanaman pohon dan kehadiran patung itu di Roma.
Kedua
kelompok itu ternyata penganut kuat dari teologi pembebasan.
Jadi,
patung itu, paling tidak, adalah simbol kesuburan, yang dalam penyembahan berhala
selalu diidentikkan dengan dewa. Umat Katolik tidak menyembah dewa, atau
bahkan memiliki simbol-simbol yang secara khusus merayakan kesuburan. Itulah
sebabnya dominasi dan penyembahan besar yang diberikan kepada patung ini, di dalam
sinode ini, sangatlah meresahkan.
Pada
saat ini, selimut Ibu Pertiwi dan patung itu, bersama dengan patung-patung
kecil lainnya, sedang menutupi altar samping dekat dengan St. Peter, yaitu di Gereja
Santa Maria yang terkenal di Traspontina, sebagaimana video Church
Militan menunjukkan hal itu.
Panitia
berdiri di dekat pajangan itu sambil membagikan literatur dan hadiah-hadiah
kecil lainnya yang mempromosikan budaya dan kehidupan Amazon sambil mereka menjaga
tampilan yang sakrilegis.
Dan ya, semua itu bersifat asusila karena niatan
yang ada di belakangnya. Tidak masalah jika terlihat membingungkan atau
menimbulkan pertanyaan kepada pengamat. Yang penting adalah niatan di balik
mereka yang mengaturnya.
Selimut
Ibu Pertiwi itu diletakkan di taman Vatikan dan para pribumi Amazon bersujud di
atas selimut itu. Doa-doa berhala dipersembahkan kepada sesuatu oleh seorang dukun
perempuan.
Para
pembela kepausan ini, yang gagal dalam upaya mereka untuk menjadikan peristiwa ini
sebagai hal yang termasuk tradisi Katolik, yang bergaya Amazon, sekarang mereka
mau menyarankan bahwa gerakan membungkuk, mengucapkan mantra, dan gerakan
berdoa seperti itu tidak benar-benar berarti Anda harus ikutan membungkuk,
mengucapkan doa.
Lalu
apa lagi maksud mereka?
Tentu
saja semua tindakan itu adalah apa adanya. Tidak bisa dimaknai yang lain.
Jenis-jenis tindakan seperti itu diakui ada secara universal, di mana-mana,
dalam setiap budaya, Kristen maupun berhala, seolah memiliki makna keagamaan. Hal
ini memunculkan masalah yang sangat serius: Mengapa para penyembah berhala ini
- karena Vatikan telah mengatakan kepada kita bahwa mereka bukan Kristen – tetapi
mengapa simbol-simbol penyembahan berhala ini diijinkan menghiasi hampir setiap
sisi altar di Gereja ini yang dipersembahkan kepada Bunda Maria?
Siapa
yang menyarankannya? Siapa yang menyetujuinya? Mengapa?
Dan
bagaimana Vatikan sendiri tidak dapat memberikan jawaban langsung? Selimut dan
kano Bumi Pertiwi ini dan dewi kesuburan, adalah simbol-simbol kehidupan dengan
interpretasi yang elastis, semua itu berada di hadapan semua peserta sinode, di
aula konferensi sinode setiap hari.
Simbol-simbol
berhala itu duduk di sana, terbentang tepat di depan penerus Santo Petrus, dan
tidak seorang pun di Vatikan yang ingin mengetahui dengan mengatakan apa, atau
lebih tepatnya siapa, yang diwakili oleh benda-benda itu.
Dalam
paganisme, Bunda Bumi atau Ibu Pertiwi, dipandang sebagai dewi, seringkali
disebut dengan nama Pachamama. Kesuburan adalah domain dari dewi-dewi lainnya.
Kedua simbol itu menjadi berita utama di Roma saat
ini, dan kita seharusnya percaya bahwa ini bukan masalah biasa, dan menambah
penghinaan terhadap cedera yang telah ada, bahwa tidak ada yang benar-benar
tahu apa yang mereka wakili.
Ini, mungkin, bukan ekspresi
Amazon atau penyembahan berhala, tetapi di sini di Amerika, kami memiliki
ekspresi untuk ini. Jika sesuatu berjalan seperti bebek, terdengar suaranya seperti
bebek dan bentuknya seperti bebek, maka itu adalah bebek.
Sampah berhala ini tidak boleh memiliki
tempat di Roma – TITIK.
No comments:
Post a Comment