Tuesday, October 12, 2021

Kemurtadan Ini 'Sangat Mungkin' Mengantarkan Datangnya Hari Kiamat Dan Munculnya Antikristus

These Last Days News - October 8, 2021 

 

Sebuah perahu yang membawa patung kayu seorang wanita hamil dan telanjang ('Pachamama') dibawa oleh penduduk asli di Basilika Santo Petrus saat upacara pembukaan Sinode Amazon, Roma, 7 Oktober 2019.Vatican News / video screen grab

 



  

Seorang Imam Yang Setia Berkata:

Kemurtadan Ini 'Sangat Mungkin' Mengantarkan Datangnya Hari Kiamat

Dan Munculnya Antikristus 

https://www.tldm.org/news51/apostasy-very-probably-ushering-in-the-apocalypse-and-rise-of-the-antichrist-faithful-priest.htm

 

LifeSiteNews.com reported on October 8, 2021:

by Emily Mangiaracina

 

Fri Oct 8, 2021 - 6:50 am EDT 

Imam penulis artikel ini meminta agar dirinya tetap anonim, namun identitasnya diketahui hanya oleh LifeSiteNews saja. 

 

PITTSBURGH, PA (LifeSiteNews) —  Seorang imam yang tetap setia pada ajaran sejati dari Yesus Kristus telah memperingatkan bahwa peristiwa-peristiwa yang ada dalam Kitab Wahyu sedang berlangsung saat ini.

 

Imam ini, salah satu imam yang terus memimpin Misa selama lockdown gereja tahun 2020, dan dia percaya bahwa momok saat ini telah diantar masuk melalui pemujaan dewi pagan Pachamama di Vatikan, yang digambarkan olehnya sebagai “kejahatan yang paling mengerikan dalam seluruh sejarah Kristiani."

 

Selama Konferensi ‘Identitas Katolik’ akhir pekan lalu di Pittsburgh, imam anonim ini berpendapat bahwa sama seperti kemurtadan dan penyembahan berhala yang memicu penghancuran bait suci Yerusalem dulu, maka penyembahan berhala dan penistaan ​​di Gereja zaman modern ini telah memicu peristiwa-peristiwa yang sangat mungkin mengarah kepada hari kiamat.

 

“Banyak orang yang percaya, dan saya juga percaya, bahwa Apokalips, kitab terakhir dari Alkitab, menggambarkan kehancuran Yerusalem, tetapi juga akhir dunia,” katanya. Dia menambahkan bahwa dia percaya jika penghancuran kuil pada tahun 70 M adalah “prototipe atau gambaran dari hari kiamat, dalam banyak hal.”

 

Imam kita ini menggambarkan bagaimana pembantaian orang-orang Yahudi dan perusakan kuil oleh orang Romawi pada saat itu sangat menghancurkan, hingga seorang sejarawan Yahudi yang masih hidup menyebutnya sebagai “akhir dunia.”

 

Orang-orang Yahudi radikal yang dikenal sebagai Sicarii – bahasa Ibrani untuk “seseorang yang membawa belati” – “akan membunuh siapa saja yang tidak menuruti keinginan mereka untuk menggulingkan Roma dan kembali mendirikan kerajaan Yahudi di bumi,” kata imam itu.

 

Tetapi pembalasan orang-orang Romawi atas pemberontakan Yahudi sangatlah mengerikan.

 

"Ada begitu banyak pertempuran kapal di laut Galilea sehingga dikatakan bahwa Sungai Yordan mengalir merah dengan darah."

 

Dikatakan bahwa, begitu orang Romawi mencapai Yerusalem, "ketika orang Yahudi mencoba melarikan diri, mereka ditangkap, dan orang Romawi menyalibkan hingga 500 orang Yahudi per hari di bukit itu, agar orang-orang di dalamnya dapat melihatnya dan menjadi panik," imam itu bercerita.

 

“Ada kanibalisasi terhadap bayi-bayi, karena mereka mati kelaparan. Dan ketika Romawi akhirnya menerobos masuk, mereka membunuh semua orang Yahudi. Mereka menodai kuil, meskipun saya yakin kuil itu sudah ditinggalkan oleh Tuhan.”

 

Menurut imam ini, "kiamat" ini terjadi bukan hanya karena orang-orang fanatik, atau karena kerajaan pagan itu buruk, tetapi karena "setiap kerajaan saat itu buruk selama berabad-abad hingga ribuan tahun." “Itu adalah kemurtadan,” katanya.

 

“Itu adalah kejatuhan dari agama yang benar dari sejumlah besar mayoritas umat beriman di bawah hierarki yang jahat dan korup. Itulah sebabnya mereka dihukum. Itulah pemicu mengapa hal ini terjadi.”

 

Dia menunjukkan bahwa dari tahun 6 Masehi sampai tahun 66 Masehi, Hanas, Imam Besar, adalah tokoh di balik imamat Bait Suci.

 

“Itu adalah pemerintahan 60 tahun dari imamat agung yang benar-benar busuk,” katanya.

“Jadi ketika kita berbicara tentang apa yang terjadi sekarang, pemicunya mungkin baru saja terjadi, tetapi ia sudah bekerja setidaknya selama 60 tahun sebelumnya. Dan hal itu benar terjadi pada zaman atau saat menjelang kedatangan Kristus.”

 

Imam ini mengatakan bahwa pemerintahan imamat yang korup di Yerusalem “berpuncak pada pemicu bencana tertentu.”

 

“Jika ada satu titik di mana Anda akan melihat apa yang memicu dan merupakan tindakan resmi kemurtadan seperti yang dicatat oleh St. Yohanes, itu adalah ketika Pilatus menyerahkan Yesus kepada para pemimpin korup dan massa yang berkumpul, dimana Pilatus bertanya kepada rakyatnya, 'Haruskah saya menyalibkan rajamu?' Dan tanggapan orang banyak itu adalah, 'Kami tidak memiliki raja selain Kaisar',” demikian kata imam ini.

 

Hal ini berarti orang-orang Yahudi bersalah atas pelanggaran berat dengan cara memeluk berhala karena "Caesar telah menyatakan dirinya sebagai dewa," lanjutnya.

 

“Dia memiliki banyak kuil dan tempat pemujaan dan kehormatan yang diberikan kepadanya. Jadi pada dasarnya, imamat dan hierarki saat ini, dengan sedikit pengecualian, secara terbuka melakukan kemurtadan dan penyembahan berhala.”

 

Imam ini menegaskan bahwa mereka telah memilih sebuah dewa palsu dan, dalam arti tertentu, sebuah berhala, bukannya satu Allah yang benar, dan ini memicu dan merupakan "akar penyebab" dari kehancuran kuil dan kota. Imam ini juga menafsirkan bahwa hal ini sebagai penggenapan nubuatan Kristus, “Anak Manusia akan berkuasa sebelum angkatan ini berlalu.”

 

“Satu generasi adalah sekitar 40 tahun. Kristus mengatakan bahwa pada tahun 33 M, jadi 37 tahun kemudian, sebelum berlalunya satu generasi, mereka mengalami kiamat, Dia berkuasa,” demikian kata klerus ini.

 

Hukuman berat dari Tuhan terhadap penyembahan berhala dan kemurtadan selalu menjadi kenyataan sejarah, kata imam ini tegas. Tuhan telah menghukum penyembahan berhala orang Israel di Gunung Sinai dengan memperpanjang perjalanan mereka dari 40 hari menjadi 40 tahun, sehingga sebagian besar dari ribuan pria dewasa yang berangkat dari Mesir meninggal dalam perjalanan ke Tanah Terjanji. Tuhan menghukum penyembahan berhala Raja Salomo dengan memecah-belah kerajaannya.

 

“Seribu tahun umat Tuhan sendiri juga terpecah – menjadi sepuluh suku di utara dan dua di selatan,” kenang pastor yang terpinggirkan ini.

 

 

Kemurtadan pasca-Konsili, penyembahan berhala Pachamama

 

Hari dan usia kita sendiri tidak dikecualikan oleh hukuman Tuhan yang adil, dimana imam ini menegaskan dan menambahkan, “Mengapa kita berpikir bahwa sekarang kemurtadan dan penyembahan berhala akan diabaikan oleh Tuhan?” Dia menunjukkan bahwa kata “murtad” berarti “terjatuh keluar,” dan inilah tepatnya yang terjadi di dalam Gereja Katolik saat ini.

 

“Hal itu berawal dari Konsili. Kalian semua tahu yang mana (KVII),” kata pastor ini.

 

“Lebih dari 100.000 imam telah meninggalkan pelayanan imamat mereka, begitu juga dengan para religius dan umat yang tak terhitung jumlahnya,” tambahnya.

 

“Kita mengalami dari sekitar 75 hingga 80% umat Katolik yang menghadiri Misa di tahun 1950-an hingga — sesaat sebelum COVID, menjadi sekitar 25%, pasca-COVID, dan kita masih tidak tahu — mungkin akan menjadi 10 hingga 15 %  di negara ini. Dan di negara-negara Eropa, itu jauh lebih buruk.”

 

Kemudian datanglah penyembahan berhala dewi pagan Pachamama di Vatikan selama Oktober 2019, kenang imam anonim ini.

 

"Tidak lama kemudian, semua isi neraka dilepaskan kepada kita," katanya.

 

Imam ini menceritakan bagaimana patung Pachamama ditempatkan di depan altar kurban utama di Basilika Santo Petrus itu sendiri, di atas makam Santo Petrus. Imam ini yakin bahwa paus Francis sendiri yang “secara khusus mengarahkan” tindakan pencemaran ini. Paus Francis sendiri yang mengucapkan doa dalam upacara itu yang melibatkan patung berhala ini dan kemudian dia ikut bergabung dalam prosesinya.

 

Penyembahan berhala pachamama ini adalah penistaan ​​terhadap Bunda Yang Terberkati, kata imam ini, karena itu terjadi “pada hari dimana Gereja menghormati Bunda Yang Terberkati, 7 Oktober, sebagai hari raya Rosario Suci.

 

Menurut pembangkang Cina dan mantan orang dalam Partai Komunis Cina, Wei Jingsheng, segera setelah peristiwa ini, yaitu, selama paruh kedua Oktober 2019, “virus yang dipersenjatai” COVID-19, sengaja dilepaskan ke pertemuan internasional Pertandingan antar Militer Dunia. Dengan mengingat hal ini, imam ini merujuk pada laporan LifeSiteNews baru-baru ini tentang video dokumenter Sky News tentang asal-usul virus.

 

Klaim Jingsheng didukung oleh Miles Yu, mantan Penasihat Kepala Sekolah Cina untuk Departemen Luar Negeri AS, yang mengatakan bahwa atlet Prancis, Jerman, dan Amerika semuanya mengalami gejala yang mirip dengan COVID-19. (Silakan membaca ini: Pembelot Tiongkok: Wabah COVID Pertama Di Wuhan Memang Disengaja)

 

Imam kita ini kemudian melanjutkan dengan mengatakan bahwa jika Jingsheng benar, virus tidak hanya muncul dalam waktu seminggu dari tindakan "penodaan, penyembahan berhala, penistaan" Pachamama di Vatikan, tetapi juga menjadi "kesempatan perang dari Pangeran Kegelapan dan kaum globalis untuk melawan kita.”

 

Lebih lanjut menambah beratnya kemurtadan di Gereja, katanya, adalah kolaborasi Vatikan dengan kekuatan-kekuatan global sekuler, yang mau berkompromi secara moral, yang anti-kehidupan, seperti Anthony Fauci, Jeffrey Sachs, Yayasan Rockefeller, Clintons, Big Pharma, bisnis, dan perbankan, bahkan paus Francis merekrut mereka sebagai penasihat.

 

“Ini adalah hal lain yang terjadi sejak zaman kuno, [dan] mengapa saya melihat kiamat sedang tiba: karena agama murtad bekerja sama dengan Kekaisaran Romawi untuk menganiaya Kristus dan kemudian Gereja,” kata imam itu.

 

“Dan untuk sementara ini, mereka berhasil, tetapi kemudian musuh berbalik dan menghukum orang-orang yang murtad. Dan itulah yang kita lakukan hari ini. Hal yang sama akan terjadi."

 

 

Kekuatan penahan yang menahan kemunculan antikristus

 

Imam ini juga percaya bahwa wabah virus adalah "kesempatan untuk perang" para globalis melawan dunia, dan itu melibatkan "pembunuhan, sterilisasi, tirani," dan "pengendalian atas siapa pun yang tersisa."

 

“Berapa banyak yang sudah meninggal karena suntikan maut itu, dan karena virus militer yang tidak mengikuti aturan?” dia bertanya.

 

"Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah manusia bahwa Anda benar-benar dapat memiliki kendali atas dunia," lanjutnya.

 

“Orang-orang ini berniat [untuk mengendalikan] seluruh dunia, dan sadar atau tidak, itu akan menjadi kebangkitan hukum dan aturan Luciferian, dan saya pikir sangat mungkin, kelompok antikristus, bukan hanya seorang antikristus.”

 

Imam ini juga menaruh perhatian pada poin yang diucapkan oleh Uskup Agung Carlo Maria Viganò: bahwa perang para globalis ini sedang dilancarkan “oleh kekuatan-kekuatan yang tidak hanya membenci kesehatan tubuh, tetapi juga dan di atas segalanya, membenci keselamatan jiwa.”

 

St. Paulus menyebutkan tentang "kekuatan penahan" yang "menahan antikristus" dalam 2 Tesalonika, kata imam itu. Meskipun belum ada kesepakatan di antara para Bapa Gereja tentang apa atau siapa bentuk kekuatan penahan itu, tetapi imam itu berspekulasi tentang apa yang mungkin terkait dengannya.

 

(Tentang kekuatan penahan yang menahan kemunculan Antikris silakan membaca pesan yang diterima oleh pastor Michel Rodrique dari Malaikat Agung St.Gabriel:

Pesan dari Santo Gabriel, Malaikat Agung kepada pastor Michel Rodrigue)

 

“Saya yakin itu terkait dengan Gereja, dan mungkin terkait dengan Tradisi, itulah sebabnya paus Francis ingin menghancurkannya, karena Tradisi Suci sangat mengekang dirinya,” katanya.

 

“Ketika Anda ingin menahan Setan atau iblisnya ketika mereka merasuki seseorang, Anda menggunakan benda-benda sakramental, kan? Itu adalah kekuatan gereja. Anda akan menggunakan air suci, dan ritual, dan doa, rosario, dan sebagainya — dan terutama Ekaristi Kudus.”

 

Dia menambahkan bahwa “pengusir setan yang baik akan selalu ingin menggunakan ritus lama … karena mereka sadar bahwa bahasa Latin dan bentuk ritus tradisionalnya jauh lebih kuat kuasanya.”

 

“Tapi bagaimanapun juga lihatlah apa yang terjadi pada kekuatan penahan. Selama hampir satu tahun Misa hampir seluruhnya ditutup, kecuali bagi kami yang masih bisa ‘diistirahatkan’, atau pergi ke ruang bawah tanah … atau di mana pun kami bisa,” lanjutnya.

 

“Saya percaya pada Uskup Athanasius Schneider yang mengatakan bahwa itu karena kelemahan iman para uskup, dimulai dengan paus sendiri, dan ketika dia turun, segera, dalam waktu seminggu, hampir seluruh uskup telah menghentikan Misa dan Sakramen-sakramen. Tidak heran jika kuasa-kuasa jahat bisa naik begitu kuat dan begitu cepat.”

 

Tetapi ada kebaikan yang datang dari kejahatan penutupan gereja, kata imam ini: itu adalah masuknya umat Katolik kedalam Misa Latin Tradisional. Itu sangat besar jumlahnya sehingga hampir mencapai “dua kali lipat, jika tidak tiga kali lipat,” dimana dia harus menambahkan dua kali Misa lagi dan membuka aula gerejanya untuk menampung semua umat yang hadir.

 

Imam ini percaya bahwa inilah yang melatarbelakangi diumumkannya Traditionis Custodes oleh Francis. “Menghadapi fenomena ini, ketika barisan pecinta Misa tradisional membengkak, paus Francis muncul dengan motu proprio-nya: Tidak ada lagi Misa tradisional! Bukankah itu berlawanan dengan intuisi? Bukankah itu ironis?” tanya imam ini kepada semua peserta yang hadir.

 

“Satu kelompok yang tetap teguh, dan bahkan berlipat ganda dan tiga kali lipat di beberapa tempat — sekarang kami akan mengambilnya dari Anda. Dan untuk semua yang kita tahu, itu adalah kekuatan penahan. Tampaknya hanya itu yang tersisa di antara kita dan juga penyempurnaan kejahatan serta kemunculan antikristus.”

 

 

Kitab Wahyu dan Hari Ini


“Kitab Wahyu berbicara tentang aliansi yang fasik antara dunia sekuler yang jatuh dan agama yang murtad,” kata imam itu.

 

Dia menambahkan bahwa Kitab Wahyu menghadirkan seorang “nabi palsu… yang berperan untuk menyesatkan orang-orang agar keluar dari agama yang benar” ke dalam apa yang disebut imam ini sebagai “humanisme, humanisme antar-agama. Itulah yang sedang disuapkan kepada kita sekarang.”

 

“Peran nabi palsu adalah untuk menyesatkan orang-orang agar keluar dari agama yang benar dan orang-orang lain untuk dibawa kepada agama palsu,” lanjutnya.

 

“Saya percaya bahwa itu bisa terjadi sekarang. Dan itu membuka jalan bagi munculnya antikristus.”

 

Dia juga menandai referensi buku itu tentang "binatang dari daratan" yang, jika diterapkan pada masa sekarang, akan merujuk pada "Gereja palsu yang murtad, yang memegang kepemimpinan."

 

“Bahkan gambarannya menjadi lebih jelas, Kitab Wahyu berkata bahwa binatang buas di daratan itu menunggangi pelacur. Seorang pelacur.” katanya.

 

“Ketahuilah bahwa, secara alkitabiah, itu bukan gambaran untuk dunia pagan. Itu adalah gambaran dari agama murtad. Dalam Perjanjian Lama, ketika para nabi mencela umat Tuhan, mereka melakukannya dengan menggambarkan mereka sebagai pelacur, karena Tuhan adalah sebagai Mempelai Pria, dan sekarang umat-Nya melacurkan diri kepada dewa-dewa palsu dan agama-agama palsu,” lanjutnya.

 

“Jadi pelacur Babel, yang dulu dikatakan oleh orang Protestan bahwa beberapa dari mereka adalah Gereja Katolik. Saya tidak terlalu menghiraukan itu, karena bisa jadi itu adalah gereja Katolik palsu. Karena Gereja yang benar akan tetap sebagai mempelai Kristus, sepanjang waktu. Dan tidak akan terjamah sampai akhir zaman, meskipun itu hanya tinggal sisa-sisa.”

 

Melanjutkan untuk membahas tanda dari binatang itu, imam itu mencatat bahwa “Uskup Agung Viganò dan Uskup Athanasius Schneider telah mengaitkan tanda dari binatang itu dengan vaksin.” Meskipun mereka “belum mengatakan bahwa vaksin itu adalah tanda dari binatang… tetapi setidaknya bisa secara simbolis vaksin adalah pendahuluan dari tanda itu dan sedang bergerak ke arah itu.”

 

Imam ini percaya bahwa krisis saat ini sedang mengarah kepada lebih dari sekadar inokulasi sederhana karena peluncuran Green Pass dan paspor vaksin saat ini akan mengarah pada situasi di mana orang tidak dapat membeli, menjual, bepergian atau “melakukan apa pun, jika itu yang mereka inginkan, jika tanpa memakai tanda dari vaksin itu atau paspor vaksin."

 

 

Apa yang harus kita lakukan?

 

Imam ini percaya bahwa kita perlu “menyatukan kelompok kita,” seperti yang telah lama diminta oleh Michael Matt, editor surat kabar the Remnant. Dia juga menasihati bahwa saat-saat ini bisa membutuhkan ketidaktaatan kita.

 

“Seperti yang dikatakan Uskup Agung Viganò, ‘Ketika otoritas menjadi rusak, itu tidak perlu lagi dipatuhi.’ Dan itu benar terutama dengan gereja palsu,'” kata imam itu.

 

Sementara imam itu menasihati agar kita mempersiapkan diri secara fisik, dia juga mencatat sejak awal bahwa kita “perlu diingatkan bahwa kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi,” atau kapan hidup kita akan diambil, dan bahwa kita “harus selalu berpikir dalam kerangka kiamat secara pribadi” yaitu, “ketika kita bertemu dengan Tuhan.”

 

“Di situlah letaknya, apakah kita hidup dan mati dalam keadaan rahmat Tuhan atau tidak,” dia memperingatkan para pendengarnya.

 

“Tidak semua dari kita dilindungi secara fisik, tetapi kita terlindung secara spiritual. Akan ada penganiayaan. Itu terjadi sekarang dan itu akan menjadi lebih buruk ke depan. Akan ada pengkhianatan, termasuk oleh anggota keluarga kita. Akan selalu ada sisa Gereja. Sisa-sisa umat yang tetap setia kepada Kristus yg harus melawan dengan segala cara yang mungkin,” lanjutnya.

 

“Jika Anda pernah bertanya pada diri sendiri, apa yang akan Anda lakukan jika Anda hidup pada zaman Kristus? Apakah Anda akan menyeka wajah-Nya dengan kerudung Anda? Apakah Anda akan mau memikul salib seperti Simon dari Kirene? Akankah Anda berdiri di bawah salib seperti Maria dan para wanita dan murid terkasih? Atau apakah Anda akan lari bersembunyi? Atau apakah Anda akan ikut menyerukan penyaliban-Nya?”

 

“Masing-masing dari kita dapat menjawabnya dalam arti tertentu, karena jika Anda bertanya-tanya apa yang akan Anda lakukan, maka pertanyaannya adalah: apa yang Anda lakukan sekarang? Karena tubuh mistik Kristus sedang mengalami sengsara dan penganiayaan. Dan jika itu adalah kiamat, itu akan berupa penyaliban. Berdirilah bersama Kristus, di bawah salib, melalui sengsara-Nya, peliharalah iman, dan berdoalah rosario.”

 

 

----------------------

MANUSIA PENIPU

“Ya, banyak orang yang akan menerima manifestasi dengan bisa melihat, dengan mata manusiawi mereka, adanya makhluk-makhluk iblis dari neraka ini. Hal ini untuk membangunkan umat manusia. Akan ada misteri-misteri besar; akan ada keajaiban-keajaiban besar yang terjadi di bumi. Namun, anakku, semua orang harus berhati-hati, karena ketika dia, manusia penipu itu, dapat dikenali oleh umat manusia — karena dia akan menempatkan kepadamu dengan nomor di jalan penipuannya — dia juga akan menjadi sebuah sosok yang penuh kebajikan. Dia akan diselimuti seperti domba dengan jubah kemurnian, tetapi lihatlah ke dalam hatinya, anakku."

 

Veronica - Oh, saya melihat sesuatu yang mengerikan, tampak hitam, jelek yang ada di bawah sana, di dalam lubang. Di dalam diri pria ini yang — dari luar, penampilannya terlihat suci dan manusiawi, tetapi dia sebenarnya salah satu dari hal-hal itu -- dia sebenarnya adalah makhluk neraka.


Bunda Maria - "Sekarang, anakku, aku akan memberimu satu rahasia yang tidak diketahui banyak orang, tetapi kamu harus memberitahukannya kepada umat manusia. Pria penipu ini akan mencoba untuk meniru Putraku. Dia akan meyakinkan banyak orang bahwa dia adalah Mesias. Kamu harus memberitahukan sekarang bahwa Mesias tidak akan datang kecuali Dia turun dengan legiun malaikat dari surga, seperti saat Dia naik ke Surga dulu.

 

"Aku mengulangi lagi, anakku: mesias palsu ini tidak akan diterima di bumi. Putraku, Yesus, adalah satu-satunya Mesias. Dia telah datang ke duniamu, dan Dia akan kembali. Tetapi Dia akan turun dari surga seperti Dia naik, bersama dengan legiun orang-orang kudus, yaitu mereka yang telah membasuh diri mereka sendiri dengan Darah Anak Domba.” - Bunda Maria, Bayside, 13 April 1974

 

----------------------------------

 

Silakan membaca artikel lainnya di sini: 

Pembelot Tiongkok: Wabah COVID Pertama Di Wuhan Memang Disengaja 

Pesan dari Santo Gabriel, Malaikat Agung kepada pastor Michel Rodrigue) 

 

Great Reset Semakin Cepat Menuju Tirani Global

Pedro Regis 5181 – 5185

LDM, 4 Oktober 2021

Uskup Schneider: Misa Romawi Adalah Hambatan Bagi Sekularisme Vatikan

Ned Dougherty – 7 Oktober 2021

Imam-Imam Yang Jahat, Adalah Hukuman Terburuk Yang Dikirimkan Tuhan Kepada Umat Manusia

Sebuah Sistem Yang Sakit Keras