Monday, May 31, 2021

Waspadalah Ketika Para Pemimpin Gereja Memanipulasi Kata

 Waspadalah Ketika Para Pemimpin Gereja Memanipulasi Kata 

https://www.catholicculture.org/commentary/beware-when-church-leaders-manipulate-language-part-i/?fbclid=IwAR3ClQhhlKs2mUBw0T6tjcbgFnWk_iIFjIOLcpsoPrw4XE6jyIDGwzculro

 

 

By Phil Lawler - May 27, 2021

Penulis buku Gembala Yang Sesat 

 

Sebagai seorang editor, penulis, dan pembaca, saya menghargai kejernihan ekspresi. Sebagai seorang Katolik, saya dikejutkan oleh penyalahgunaan bahasa atau kata — hingga menampakkan adanya kepura-puraan, kebingungan, keraguan, dan bahkan tipu daya — yang saya lihat dalam banyak pernyataan baru-baru ini dari kepemimpinan Gereja kita.

 

Pekan lalu Vatikan mengumumkan bahwa pertemuan Sinode Para Uskup, yang dijadwalkan pada Oktober 2022, akan ditunda selama satu tahun, untuk memungkinkan diskusi yang lebih luas tentang topik yang dipilih: sinodalitas. Vatikan telah mengusulkan program konsultasi yang lengkap: di paroki, kemudian di tingkat keuskupan, kemudian konferensi uskup, dan akhirnya di tingkat ‘benua,’ yang mengarah kepada sesi pertemuan para uskup di Roma. Topik dari semua konsultasi ini, sekali lagi, adalah sinodalitas. Pencarian sinodalitas adalah tema kunci dalam ajaran paus Francis. Tetapi kenyataannya adalah bahwa tidak ada seorang pun yang memiliki pemahaman yang jelas tentang apa yang dimaksud dengan ‘sinodalitas.’ Dan mungkin itulah yang jadi intinya. Akankah satu tahun konsultasi bisa memperjelas berbagai hal, atau akankah itu hanya memungkinkan kebingungan yang lebih menyeluruh?

 

Atau — kemungkinan yang lebih mungkin, menurut saya — akankah kebingungan menyeluruh itu akan memungkinkan para kader aktivis untuk menguasai proses, dan mengubah ‘sinodalitas’ menjadi kata penutup yang bermanfaat bagi rencana pilihan mereka sendiri?

 

Pekan ini, dalam perkembangan serupa, Vatikan meluncurkan sebuah “platform aksi” tujuh tahun untuk mengimplementasikan ajaran ensiklik tentang lingkungan. Paus Francis menjelaskan tujuan ambisius dari program ini, dengan mengatakan bahwa "kita membutuhkan pendekatan ekologi baru, yang dapat mengubah cara kita tinggal di dunia."

 

Bagaimana bisa Vatikan mengusulkan untuk mengubah kehidupan manusia? Rencana tersebut menyarankan bahwa tahun pertama upaya ini harus fokus pada "tiga tugas dasar pembangunan komunitas, berbagi sumber daya, dan menyusun rencana tindakan konkret." Jadi setelah menyerukan tujuh tahun aksi konkret, Vatikan mengusulkan untuk memulai dengan membuat rencana-rencana aksi konkret. Jadi ini sebenarnya bukan "platform aksi," melainkan seruan untuk beberapa tindakan yang belum diidentifikasi dengan jelas. Rencana Vatikan, seperti yang disampaikan, bukan untuk tindakan spesifik tetapi untuk proses yang panjang dan loyo.

 

Dalam kedua kasus—konsultasi sinode dan “platform aksi” lingkungan—Vatikan menyerukan perekrutan para aktivis yang akan bekerja sama dengan paroki, keuskupan, dan konferensi uskup di setiap negara, untuk mengejar tujuan yang diinginkan. Maka sebuah lapisan baru akan ditambahkan kepada birokrasi gerejawi yang telah ada sebelumnya, dengan operator baru yang mengadakan berbagai  pertemuan, menghadiri konferensi, mengeluarkan pernyataan, dan mempromosikan apa yang mereka lihat sebagai prioritas utama bagi komunitas Katolik mereka.

 

Ahli teori konservatif yang hebat, Russell Kirk, menghadiri konferensi "Panggilan untuk Bertindak" di Detroit pada tahun 1976, dan melihat bagaimana para kader aktivis seperti itu — yang dia gambarkan sebagai "tikus gereja" — dapat dan benar-benar menggerakkan agenda, ternyata justru menghasilkan bencana pastoral dimana Gereja di Amerika belum sepenuhnya pulih dari bencana itu. Para uskup yang seharusnya mengendalikan pertemuan itu tidak siap; para aktivis sangat siap, dan siap pula untuk memanfaatkan kesempatan itu. Demi kepentingan mereka.

 

Apakah ini yang dimaksud dengan ‘sinodalitas’ ? — suatu proses yang memungkinkan pihak minoritas yang terorganisir dan bertekad untuk mendikte praktik pastoral dari seluruh gereja? Apakah ini cara Vatikan di bawah paus Francis mengusulkan untuk mengubah aktivitas manusia, mengantarkan utopia lingkungan? Dan jika itu adalah masa depan Gereja kita, berapa biayanya, dalam hal keutuhan doktrin Katolik, kekuatan hidup sakramental, dan misi untuk menjadikan semua bangsa sebagai murid?

 

-----------------------------------

 

 


Phil Lawler has been a Catholic journalist for more than 30 years. He has edited several Catholic magazines and written eight books. Founder of Catholic World News, he is the news director and lead analyst at CatholicCulture.org

 

--------------------------------------

 

Silakan membaca artikel lainnya di sini: 

Pedro Regis 5126 - 5130

LDM, 27 Mei 2021

Enoch, 26 Mei 2021

Kardinal Pell: Kita Tidak Harus Setuju Dengan Semua Yang Dilakukan Francis.

Persatuan Palsu

Francis Mempromosikan Lagi Seorang Wali Gereja Yang Anti-Katolik

Prospek Dari Sebuah Agama Baru

 

 

Sunday, May 30, 2021

Prospek Dari Sebuah Agama Baru

  

 

Prospek Dari Sebuah Agama Baru

https://www.thecatholicthing.org/2021/05/28/prospects-of-a-new-religion/?utm_source=the+catholic+thing+daily&utm_campaign=2f6f37e530-email_campaign_2018_12_07_01_02_copy_26&utm_medium=email&utm_term=0_769a14e16a-2f6f37e530-244061125 

 

David Carlin

 

FRIDAY, MAY 28, 2021

 

 

Para atheis yang de facto cenderung mendominasi budaya Amerika saat ini, membayangkan bahwa lenyapnya agama Kristen akan menjadi berkat yang hampir murni bagi mereka.

 

Lenyaplah sekian banyak hal buruk yang mereka anggap sebagai kekristenan yang kuat: pikiran yang sempit, puritanisme seksual, intoleransi, rasisme, xenofobia, anti-Semitisme, anti-Islamisme. anti-Darwinisme, ketidakpercayaan pada sains secara umum, konservatisme politik, anti-progresivisme, dan kecenderungan ke arah fasisme.

 

Orang Amerika yang baru dan ‘lebih baik’ ini yang akan menggantikan orang-orang Kristen kuno, adalah individu yang berpikir mandiri, toleran, berpikiran terbuka, pro-sains, bebas melakukn tindakan seksual dan bahagia; dan yang memiliki perhatian yang tulus dengan ‘keadilan sosial’ - yaitu, kesejahteraan sesama manusia. Dengan kata lain, di Amerika Serikat dan di dunia, Kekristenan akan digantikan oleh atheisme yang secara moral seolah jinak.

 

Saya rasa ini adalah ekspektasi yang salah – sebab justru kebalikan dari apa yang kemungkinan besar akan terjadi. Lihat saja sejarahnya yang panjang dan kelam.

 

Ketika agama nasional memudar, itu tidak digantikan oleh asosiasi ramah altruis rasional. Tidak, itu digantikan oleh agama baru atau agama palsu yang ternyata lebih buruk daripada agama Kristen yang paling buruk. Saya mengutip dua contoh.

 

Pertama, selama abad ke-19 di Jerman, atheisme tumbuh subur di antara banyak filsuf, dan hal ini berpengaruh besar pada banyak pemikir Protestan. Protestantisme, yang masih sangat populer di luar wilayah Katolik Jerman, semakin dipermudah. Konten dogmatisnya semakin menipis ketika para teolog mencoba memadukan yang terbaik dari Kekristenan dengan yang terbaik dari paham anti-Kristen. Itu diubah menjadi jenis Protestantisme "modern" atau "liberal," sebuah sintesis dari elemen-elemen kontradiktif yang memiliki sedikit daya tarik bagi hati dan pikiran orang Jerman yang merindukan agama yang bersifat murni.

 

Sebuah kekosongan agama muncul di hati dan pikiran banyak orang Jerman. Kelas atas berusaha mengisi kekosongan dengan “budaya” - musik halus, sastra halus, lukisan halus, dll. Kelas menengah berusaha mengisi kekosongn dengan nasionalisme, kelas bawah dengan sosialisme. Trauma Perang Dunia I memperburuk semua ini. Pasca perang, kelas yang lebih berbudaya beralih ke paham ekspresionisme budaya: bubur encer untuk hati yang merindukan agama. Kelas pekerja beralih ke Komunisme. Dan kelas menengah beralih ke Nazisme.

 

Kedua, di Rusia abad ke-19, Kristen Ortodoks, tidak diragukan lagi karena hubungannya yang terlalu dekat dengan otokrasi Tsar, telah gagal memuaskan kaum intelektual. Justru sebaliknya. Pada umumnya, Kristen Ortodoks membuat jijik para intelektual, yang dengan beberapa pengecualian penting (misalnya, Dostoyevsky) beralih ke arah agnostisisme dan atheisme. Mereka menganut gagasan bahwa Rusia harus mengalami revolusi sosial yang hebat. Pada akhir 1917, revolusi besar itu tiba dalam bentuk Komunisme, sebuah agama palsu. Pendiri agama baru ini (dianalogikan dengan Yesus sebagai pendiri agama Kristen) adalah Lenin. "Paus" pertama dan terbesar dari agama ini adalah Stalin, Wakil Lenin yang sempurna.

 

Kedua agama baru ini menjanjikan ‘keadilan sosial,’ meskipun mereka memiliki gagasan yang agak berbeda tentang apa yang dianggap sebagai keadilan sosial. Dan mereka berdua ‘menemukan’ - mungkin secara independen satu sama lain atau, lebih mungkin, dipengaruhi oleh satu sama lain – ‘kebenaran’ moral baru yang hebat. Mereka menemukan bahwa banyak sekali kebohongan, pemenjaraan, penyiksaan, dan pembunuhan, yang diijinkan secara moral - tentu saja asalkan hal-hal ini dilakukan demi membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Mereka menemukan bahwa perjalanan sejarah mengarah kepada pembunuhan massal.

 

Tapi ini, propagandis pasca-Kristen, meyakinkan kita, bahwa ini tidak akan terjadi di Amerika. Kami orang Amerika memiliki akal sehat yang terlalu banyak untuk hal ini terjadi. Mungkin sejumlah kecil orang Amerika “yang berada di pinggiran penyakit gila” akan jatuh pada gerakan gila yang menyerupai Komunisme atau Nazisme. Tetapi orang Amerika rata-rata peduli dengan proses konkret dalam menghasilkan dan membelanjakan uang; mereka tidak peduli dengan pandangan dunia abstrak atau filosofi sejarah.

 

Ya, saya tidak begitu yakin. Saya ngeri setiap kali saya mendengar seseorang mengatakan bahwa X atau Y atau Z adalah "di sisi kanan sejarah." Presiden Obama mengatakan ini ketika memuji putusan Mahkamah Agung 2015 bahwa Konstitusi AS menjamin hak untuk pernikahan sesama jenis. Siapa pun yang berbicara seperti ini, apakah presiden AS atau mahasiswa tahun kedua yang berpikiran maju, membawa filosofi abstrak sejarah di kepalanya.

 

Saya mengakui bahwa pasca-Kristen Amerika belum menetapkan satu pun agama palsu – masih belum. Mereka masih dalam tahap eksplorasi, mencoba ini dan mencoba itu dan mencoba sesuatu yang lain. Mungkin butuh waktu bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun bagi mereka untuk menetap pada satu agama palsu yang dapat menyatukan semua pasca-Kristen - sama seperti butuh waktu lama bagi orang Jerman pasca-Kristen untuk menetap di paham Nazisme dan Rusia pasca-Kristen menetap di paham Komunisme. Kemungkinan besar, agama palsu tunggal masa depan ini akan menjadi sintesis besar dari banyak agama palsu tertentu yang sedang dilakukan orang-orang saat ini.

 

Siapa tepatnya mereka itu? Siapa yang ‘bereksperimen’ dengan agama palsu tertentu saat ini?

Mereka adalah berikut ini:

(a) orang-orang dengan pengabdian pada lingkungan;

(b) orang yang mengabdikan diri pada gagasan hak kaum gay / lesbian;

(c) mereka yang setia pada gagasan (yang benar-benar aneh) bahwa orang dari satu jenis kelamin dapat, karena memiliki perasaan tertentu, menjadi lawan jenis; artinya mereka dapat kawin dengan sesama jenisnya.

(d) mereka yang percaya bahwa pembunuhan massal terhadap bayi yang belum lahir adalah aktivitas yang bijaksana, layak mendapatkan dukungan dari para wajib pajak;

(e) orang-orang yang berpendapat bahwa kita harus membuat fasilitas eutanasia tersedia bagi semua yang menginginkannya, dan bahwa kita harus memaksakannya pada mereka yang kebetulan tidak menginginkannya tetapi yang, jika mereka rasional, menginginkannya;

(f) orang yang yakin bahwa orang kulit putih, pada dasarnya, adalah rasis;

(g) orang yang percaya bahwa masyarakat, yang bertindak melalui lembaga publik dan swasta, harus membungkam opini jahat dari mereka yang terus terang tidak mau berada di sisi kanan sejarah.

 

Karena orang-orang di atas, semuanya fanatik garis keras, dikelilingi dan didorong oleh awan mendung yang sangat besar dari orang-orang percaya yang bersikap lunak dan mau berkompromi, saya khawatir kita tidak akan jauh dari hari atau saat ketika pandangan dunia pasca-Kristen yang komprehensif ini yang akan berjaya di tanah yang bebas dan pemberani, Amerika Serikat.

 

*Image: The Worship of the Egyptian Bull God, Apis by a follower of Filippino Lippi, c. 1500 [National Gallery, London]

 

---------------------------------------

 

Silakan membaca artikel lainnya di sini:

 

Misa Dan Turunnya Tujuh Karunia Roh Kudus

Pedro Regis 5126 - 5130

LDM, 27 Mei 2021

Enoch, 26 Mei 2021

Kardinal Pell: Kita Tidak Harus Setuju Dengan Semua Yang Dilakukan Francis.

Persatuan Palsu

Francis Mempromosikan Lagi Seorang Wali Gereja Yang Anti-Katolik

 

 

Francis Mempromosikan Lagi Seorang Wali Gereja Yang Anti-Katolik

 Francis Mempromosikan Lagi Seorang Wali Gereja Yang Anti-Katolik 

https://gloria.tv/post/u9mwfrgjumaw3lucvmw8fxsol

 

Uskup Agung Arthur Roche 

 

Seperti yang diduga, paus Francis menunjuk Uskup Agung Kuria yang bersikap sangat anti-Katolik, Arthur Roche, 71thn, sebagai prefek baru Kongregasi Ibadah Ilahi.

Sejak 2012, Arthur Roche menjadi Sekretaris Kongregasi ini. Ia menggantikan Kardinal Robert Sarah yang pensiun pada bulan Februari. Sekretaris yang baru adalah Uskup Tortona, yang juga anti-Katolik, Vittorio Francesco Viola.

Wali gereja Aurelio García Marcías, berasal dari Valladolid, sampai sekarang menjadi kepala kantor Kongregasi, diangkat sebagai wakil sekretarisnya dan dipromosikan menjadi uskup.

#newsBlyqpxwkpn

 

Saya menyingkirkan seorang Katolik yang setia yang terakhir, (Kard.Sarah)

untuk keluar dari Vatikan dan kini reformasi Vatikan sudah lengkap.

 

 

----------------------------------------- 

Silakan membaca artikel lainnya di sini: 

Perang Dilancarkan Setan Terhadap Profesi Imamat

Misa Dan Turunnya Tujuh Karunia Roh Kudus

Pedro Regis 5126 - 5130

LDM, 27 Mei 2021

Enoch, 26 Mei 2021

Kardinal Pell: Kita Tidak Harus Setuju Dengan Semua Yang Dilakukan Francis.

Persatuan Palsu

 

 

Persatuan Palsu

 Persatuan Palsu:

Surat Kabar Vatikan Merayakan Dibangunnya Tempat Ibadah "Satu-Agama Tunggal" Di Berlin

 https://gloria.tv/post/TsBWD72Hs3vf4TZcpdUfMLXPC

 

 

Sebuah koalisi agama Kristen, Yahudi, dan Muslim pada 27 Mei 2020, telah meletakkan batu pertama dari fondasi untuk satu tempat ibadah antaragama Berlin yang disebut "House of One" (dalam bahasa Inggris).

Bangunan yang diproyeksikan senilai € 50 juta itu sangat jelek. Itu akan dibiayai oleh negara Jerman, Kota Berlin dan kampanye pengumpulan dana masyarakat, dan dibangun di atas fondasi bekas Gereja Katolik St. Petrus, yang dirusak selama Perang Dunia Kedua dan dirobohkan oleh Komunis Jerman Timur pada tahun 1964.

Tempat ibadah ini mengantisipasi Rumah 'Abrahamitic versi Francis, di Abu Dhabi. Bagi L’Osservatore Romano, ini adalah “proyek inovatif yang menciptakan ruang bersama untuk tiga agama monoteistik yang agung.” Namun, di luar ideologi Vatikan, kenyataan yang ada dibaliknya lebih kompleks.

Kelompok atau pihak Muslim dari tempat ibadah bersama itu adalah anggota gerakan Hizmet Fethullah Gülen, yang ditentang oleh banyak umat Muslim Turki di Jerman.

Kelompok Yahudi diwakili oleh Reformasi Yudaisme, sebuah kelompok pinggiran teologis yang ditolak oleh orang-orang Yahudi yang taat.

Terakhir, "
kelompok Umat Kristen" diwakili oleh Pendeta Lutheran, Gregor Hohberg, seorang anggota "Gereja Injili di Jerman" yang mempromosikan aborsi, homoseksualisme, dan ideologi gender.

#newsMbenhsikcg 

 

Rumah Keluarga Abraham, di Abu Dhabi, gereja saya akan sederajat di atas fondasi yang sama dengan sinagoga dan masjid dan saya berharap bahwa inisiativ yang sama bisa muncul di seluruh dunia. (Francis - Mei 2020) 

 

---------------------------------- 

Silakan membaca artikel lainnya di sini: 

Si Pembohong Besar

Perang Dilancarkan Setan Terhadap Profesi Imamat

Misa Dan Turunnya Tujuh Karunia Roh Kudus

Pedro Regis 5126 - 5130

LDM, 27 Mei 2021

Enoch, 26 Mei 2021

Kardinal Pell: Kita Tidak Harus Setuju Dengan Semua Yang Dilakukan Francis.

 

 

 

Kardinal Pell: Kita Tidak Harus Setuju Dengan Semua Yang Dilakukan Francis.

 KARDINAL PELL: KITA TIDAK HARUS SETUJU DENGAN SEMUA YANG DILAKUKAN FRANCIS.

https://gloria.tv/post/rg1jkbNiRtPg4NiUvZo3baMpV 


Kard.George Pell 

 

Kongregasi untuk Ajaran Iman telah membebaskan dirinya dari tuduhan yang terkenal beberapa waktu yang lalu "pedofilia," kata Kardinal Pell kepada Nd.nl dalam wawancara 22 Mei 2021.

Kard.Pell dihukum pada Februari 2019 oleh pengadilan Melbourne, Australia, meskipun penuduhnya telah mengubah cerita palsunya hingga sebanyak 24 (!) kali. Kardinal itu dihukum karena tuduhan  "memperkosa" anak di bawah umur di sakristi, setelah Misa. Pengadilan Tinggi Australia akhirnya membebaskan Kard.Pell pada April 2020.

Di dalam penjara, Kard.Pell menerima pesan dari Francis, "Persahabatan kita sangat ramah." Namun, ketika didesak tentang fakta bahwa keyakinannya dan keyakinan Francis jauh berbeda, Kard.Pell hanya menjawab "hmmm..." sambil mengangguk sedikit dan menambahkan bahwa "Paus adalah kepala Gereja dan patut kita hormati, tetapi kita tidak selalu harus setuju dengan semua yang dia lakukan."

Bagi Kard.Pell, 'Amoris Laetitia Francis tentang Komuni bagi para pezina, adalah anjuran yang sangat "tidak jelas" dan "sangat ambigu" meskipun Francis telah membuat maknanya (yang sesat) menjadi sangat jelas. Dia berpikir bahwa Francis akan [secara keliru] mengklaim bahwa dia tidak mengubah apa pun dari hukum Gereja.

Kard.Pell ingat bahwa Sekretariat Negara, yang saat itu dijalankan oleh Parolin dan Becciu, "sangat tidak senang" ketika dia ditugaskan untuk mereformasi keuangan Vatikan pada tahun 2014, karena mereka tidak ingin korupsi, ketidakmampuan, dan pemborosan mereka terungkap.

Dia mengungkapkan bahwa ada kasus
-kasus lain, seperti misalnya properti Vatikan di London yang mungkin tidak akan pernah terungkap, dan bahwa Sekretariat Negara hanya memiliki “uang dalam jumlah terbatas” tetapi ia akan kehilangan sebagian besar darinya. Kard.Pell menyebutnya "sangat aneh" bahwa [musuhnya] Becciu dihukum dengan dicabut haknya sebagai seorang Kardinal tetapi tidak pernah menjalani pengadilan yang sah dan adil.

Mengacu pada mantra "klerikalisme" dan "arogansi,"
Kard.Pell mengatakan bahwa di banyak tempat "hierarki Gereja memang tidak sombong, tetapi takut-takutan dan pengecut."

"Para pastor ternyata jauh lebih sombong daripada beberapa politisi atau pengusaha [dan umat awam di Gereja]," tambah Kard.Pell.

Picture: George Pell, © Mazur, CC BY-NC-SA#newsQsrhaviktu

 

Mereka tahu bahwa saya tidak bersalah. Mereka menghukum saya karena saya Katolik.  

------------------------------------

 Silakan membaca artikel lainnya disini:

Membedah Tujuh Dosa Pokok

Si Pembohong Besar

Perang Dilancarkan Setan Terhadap Profesi Imamat

Misa Dan Turunnya Tujuh Karunia Roh Kudus

Pedro Regis 5126 - 5130

LDM, 27 Mei 2021

Enoch, 26 Mei 2021