Friday, August 31, 2018

SURAT TERBUKA KEPADA PAUS BENEDICT XVI




SURAT TERBUKA KEPADA PAUS BENEDICT XVI:
BAPA, LINDUNGILAH ANAK-ANAK ANDA

By Matthew Penza

Thu Aug 30, 2018 - 5:12 pm EST



August 30, 2018 (Catholic Vote) – Yang Mulia, Pope Emeritus Benedict XVI,

Musim panas ini merupakan masa yang amat menyakitkan bagi umat beriman, sebagaimana juga bagi anda. Selama berminggu-minggu ini kita telah dibombardir dengan berbagai berita, menyusul berita utama yang memilukan itu. Para pangeran Gereja Katolik yang berada di posisi tertinggi dari otoritas dan pengaruh, mereka adalah serigala dengan memakai jubah gembala.

Bahwa orang-orang jahat itu, yang seharusnya menjadi bapa kita di dalam iman, telah mengeksploitasi kita, mengkhianati kita, dan memangsa kita, ketika mereka memanjakan perilaku penyimpangan tidak wajar mereka, serta masih meninggikan karier kemewahan mereka.

Bahwa kebusukan tidak hanya menguasai para pastor paroki, tetapi juga para uskup, kardinal, dan mungkin, sebagaimana kesaksian Uskup Agung Carlo Maria Viganò telah mengatakan, bahkan juga penerus anda: Paus Fransiskus.

Pengunduran diri anda dari tahta kepausan lima tahun yang lalu dan meninggalkan kami, anak-anak spirituil anda, telah sangat membingungkan kami. Banyak dari kami telah berusaha untuk memahami mengapa, setelah kehidupan pelayanan yang setia anda kepada Gereja dan kepausan, dimana Yang Mulia telah melakukan banyak hal untuk menghidupkan kembali kehidupan Iman, ternyata anda telah meninggalkan kami sebelum Tuhan memanggil anda pulang.

Salah satu spekulasi yang beredar saat itu adalah bahwa anda telah melihat kebusukan di dalam hierarki, dan anda mengira bahwa anda tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk mengatasinya, dan kemudian anda mengundurkan diri berharap bahwa ada orang lain akan melakukan apa yang anda tidak bisa.

Saya tidak bisa menyalahkan anda atas pengunduran diri itu. Anda tetap dicintai dan dihormati oleh anak-anak anda, sebagai bapa spirituil bagi kita.

Yang Mulia, anda kini berada dalam posisi yang unik untuk membantu anak-anak anda. Setelah anda pernah menjadi kepala tertinggi Gereja di dunia, anda tahu betapa dalam dan maraknya perilaku pelecehan, homoseksualitas, dan karierisme telah menjangkitinya. Kanker ini pasti telah menyebar sangat dalam, dan Uskup Agung Viganò bahkan dilaporkan telah bersembunyi, takut akan keselamatan hidupnya.

Karena itu, saya mohon kepada anda, Bapa Suci, lindungilah kami anak-anak anda. Sampaikanlah kepada dunia apa saja yang anda ketahui tentang penyimpangan dan pelanggaran ini, tindakan yang menutup-nutupi serta dukungan yang memungkinkan perbuatan itu dilakukan. Secara terbuka, desaklah para pejabat di Vatikan untuk membuka dokumen-dokumen yang disebutkan oleh Uskup Agung Viganò dalam kesaksiannya dan kemudian tanggapannya terhadap orang-orang yang mengkritiknya. Tegaskanlah di hadapan dunia kebenaran dari kesaksian Uskup Agung Viganò; atau jika dia salah, atau membutuhkan koreksi atau klarifikasi, buatlah kejelasan atas keseluruhan ceritanya, berikanlah kebenaran yang tidak tercampur-aduk.

Tolong, Yang Mulia Paus Emeritus Benedict XVI, lindungilah kami dari serigala-serigala yang akan segera menyerahkan jiwa kami ke dalam siksaan neraka yang kekal, bukannya menyaksikan keadilan sejati yang terjadi di bumi.

Tidak peduli apa pun yang akan terjadi di masa-masa mendatang, umat beriman akan terus berjuang untuk memulihkan dan mempertahankan kemurnian dan integritas Bunda Gereja yang kudus, dengan penuh keyakinan akan janji Kristus: bahwa gerbang Neraka tidak akan pernah menang melawannya.

Tapi saya mohon anda segera bertindak, secara terbuka, agar diketahui oleh semua orang. Campur tangan anda, sebagai bapa kita semua, dengan tulus akan dihormati dan dikasihi di seluruh Gereja, dan hal itu akan menjadi penghiburan besar serta sumber kekuatan baru bagi kita, anak-anak anda.

Published with permission from Catholic Vote.

++++++++++++++++++++


MATTHEW PENZA, penulis

Matthew Penza adalah seorang senior di Princeton University yang mempelajari ilmu komputer, koresponden senior kampus untuk Campus Reform, dan anggota Knights of Columbus. Dia dapat dihubungi lewat Facebook dan Twitter @mpenza19.

UMAT KATOLIK MENYAMPAIKAN KEMARAHANNYA...


Cardinal Theodore McCarrick attends a Mass in St. Peter's Basilica in 2005.
Marco Di Lauro / Getty Images


Mon Jul 30, 2018 - 2:01 pm EST

UMAT KATOLIK MENYAMPAIKAN KEMARAHANNYA ATAS KEGAGALAN PETINGGI GEREJA DALAM SKANDAL MCCARRICK

By Phil Lawler


30 Juli 2018 (CatholicCulture.org) – Pekan ini saya dibanjiri oleh pesan-pesan dari umat Katolik yang setia, yang telah sangat terguncang dan sangat jijik oleh ledakan terbaru dari skandal pelecehan seks yang terus berlanjut terjadi di dalam Gereja. Saya berharap saya bisa melihat beberapa tanda bahwa para uskup kita mengakui adanya peningkatan kemarahan ini - kemarahan yang benar - di antara umat awam Katolik yang paling aktif.

Sayangnya, Bob Royal telah menjadi target ketika, mengutip sebuah baris dari Leo Strauss, dia mengatakan bahwa para uskup Amerika itu seperti Nero, kecuali "mereka tidak tahu bahwa mereka mengotak-atik kata puitis seolah Roma terbakar." Bob Royal menjumlahkan tingkat kekecewaan umum dengan mengatakan bahwa penting bagi para pemimpin Gereja untuk mempelajari bagaimana penyakit kanker ini bermetastasis:

Mencari tahu bagaimana hal ini mungkin dilakukan, untuk melakukan pemeriksaan-diri yang menyakitkan, baik di sini (Amerika Serikat) maupun di Roma sendiri. Tetapi alternatifnya adalah seperti halnya bisnis biasa. Dan bisnis itu sekarang dalam bahaya kebangkrutan.

Dalam pandangan saya, perkembangan yang paling menyedihkan pekan ini adalah pernyataan publik yang menggetarkan dari Kardinal Sean O'Malley - yang, sebagai ketua komisi kepausan khusus tentang pelecehan seksual, harus memimpin penelitian terhadap perilaku menyimpang dari para klerus. Sebaliknya, dia menawarkan respons birokratis: dia meminta agar surat penting (dari Vigano) itu tidak melibatkan dirinya. Perhatikan, bahwa kardinal ini tidak berkata bahwa dia tidak mengetahui isi surat itu. Tetapi jika dia tidak sadar, dia seharusnya tahu; dan jika dia sadar, dia seharusnya sudah mengambil tindakan.

Dalam National Review, Michael Brendan Dougherty melakukan tugas menyeluruh untuk mengurai surat Kardinal O'Malley, bersama dengan protes ketidaktahuan oleh Kardinal Kevin Farrell. Dia berpendapat secara persuasif bahwa masalahnya bukan ketiadaan standar, kebijakan dan prosedur yang harus diikuti, tetapi "takut konfrontasi, semangat yang tidak ada, atau - kemungkinan besar dari semuanya ... adanya kompromi moral dan sikap pasif dari para petinggi Gereja..."

Dalam beberapa kasus, para uskup menunjukkan bahwa mereka ‘memasang telinga yang tuli’: tidak dapat menyadari bahwa kesabaran umat mereka telah habis. Uskup Thomas Tobin dari Rhode Island, yang sering menghirup udara segar karena kesediaannya untuk berbicara dengan jelas, telah melakukan tindakan blunder yang buruk dengan melalui komentarnya di Twitter, dimana dia mengatakan bahwa terlepas dari kegemparan terakhir ini, dia bangga dengan sesama uskup-uskup saudaranya. Hal itu mendorong munculnya tanggapan yang sangat keras di Catholic World Report oleh Christopher Altieri, yang menulis pesan sederhana dan singkat untuk para uskup Amerika: "ANDA SEMUA TELAH MENGECEWAKAN KAMI."

(Saya sampaikan disini bahwa Uskup Tobin, yang terguncang oleh reaksi keras terhadap jabatannya, mengumumkan bahwa dia menghapus akun Twitter-nya, dan dia mengatakan bahwa forum itu bisa menjadi kesempatan untuk berbuat dosa bagi dirinya dan bagi orang lain.)

Jika Altieri bersikap kasar terhadap uskup-uskup, maka Ross Douthat dari New York Times sangat pedas dalam analisisnya. Douthat membuat pengamatan tajam bahwa meskipun dunia blog Katolik penuh dengan berita dan analisis tentang skandal (McCarrick) itu, media sekuler telah mengambil pendekatan yang kurang agresif. Douthat percaya bahwa "Karena sekularisasi dan polarisasi dan kobaran api yang mereka buat dari otoritas moral mereka sendiri, para uskup Katolik sekarang agak terlindung dari pengawasan media karena peningkatan ketidaksetujuan mereka."

Ada banyak kebenaran dalam argumen itu. Skandal itu adalah masalah prinsip bagi kita yang berpikir bahwa Gereja Katolik itu penting. Tetapi bagi mereka yang acuh tak acuh, atau yang  memusuhi agama Katolik, kehancuran yang melanda otoritas Gereja selama "Long Lent" tahun 2002 mungkin sudah cukup memuaskan mereka. Di sisi lain, Douthat tidak berurusan dengan alasan lain yang jelas, mengapa media sekuler telah menunjukkan minat yang kurang dalam meninjau kembali ceritanya. Kisah-kisah terkini adalah sangat jelas cerita tentang perilaku menyimpang homoseksual, dan media sekuler, pada umumnya, cenderung membuka penyebab dari tindakan homoseksual itu.

Namun demikian saya pikir Douthat menangkap pentingnya momen ini bagi Gereja:
Pertanyaan yang harus ditanyakan oleh para pemimpin gereja pada diri mereka sendiri, di Amerika, tetapi khususnya di Roma, adalah apakah mereka senang dengan penyelesaian ini - senang diabaikan begitu lama karena mereka juga dapat menghindari pertanggungjawaban atas apa yang masih membusuk di dalam gereja, senang melayani sebagai pelayan lembaga Gereja yang sedang merosot tajam, daripada menuntut orang-orang yang kebodohannya membuat penurunan ini jauh lebih tajam daripada yang seharusnya.

Jika ada yang membaca kolom tulisannya, yang entah bagaimana merindukan kegemparan terjadi, J.D. Flynn memberikan penjelasan singkat tentang unsur-unsur utama dari cerita tersebut. Rod Dreher telah menulis soal itu sejak awal dan sering, dalam penyampaiannya - hanya satu contoh di antara banyak di sini – adalah cukup lengkap.

(Phil Lawler telah menjadi jurnalis Katolik selama lebih dari 30 tahun. Dia telah mengedit beberapa majalah Katolik dan menulis delapan buku. Pendiri Catholic World News,d ia adalah direktur berita dan analis utama di CatholicCulture.org.)

Published with permission from CatholicCulture.org.

Thursday, August 30, 2018

WALL STREET JOURNAL: PAUS HARUS MENGUNGKAPKAN FAKTA...





by Dorothy Cummings McLean
Thu Aug 30, 2018 - 7:14 pm EST

WALL STREET JOURNAL:
PAUS HARUS MENGUNGKAPKAN FAKTA YANG SEBENARNYA SOAL UPAYA MENUTUP-NUTUPI KASUS MCCARRICK


NEW YORK, 30 Agustus 2018 (LifeSiteNews) - The Wall Street Journal (WSJ) telah menyerukan agar Paus Fransiskus segera berbicara atau mengundurkan diri, dengan mengatakan “Paus Fransiskus harus mengungkapkan dan menjelaskan kebenaran, atau dia kehilangan otoritas moralnya.”

Sebuah editorial yang muncul kemarin  di jurnal bisnis paling terkenal di Amerika Serikat (The Wall Street Journal) (WSJ) meringkas dan mengesampingkan motif-motif yang mungkin dari faksi-faksi Katolik yang bertikai dalam membela atau menyerang tindakan penolakan paus untuk untuk memberikan konfirmasi atau menyangkal tuduhan dubes kepausan terhadapnya.

Uskup Agung Carlo Maria Viganò telah merilis sebuah kesaksian pada hari Sabtu yang menuduh Paus Francis telah meringankan sanksi terhadap mantan Kardinal Theodore McCarrick, meskipun dia mengetahui adanya pelanggaran seksualnya yang dilakukan secara berkesinambungan, serta menempatkan McCarrick sebagai kandidat favorit dalam peran episkopal utama di AS.

"... Segala alasan tidaklah relevan di sini, atau setidaknya, seharusnya begitu," kata editor WSJ. “Pertanyaannya adalah apakah klaim uskup agung Viganò itu benar, dan hal itu seharusnya cukup mudah untuk diketahui.”

WSJ memuji para uskup Amerika karena telah menerapkan reformasi yang "dirancang untuk meminta para klerus yang kejam untuk bertanggung jawab terhadap hukum dan gereja." Namun, ia mencatat bahwa meski klaim Viganò memang benar, tetapi budaya kebohongan tetap ada di Gereja.

Para editor The Wall Street Journal itu membandingkan ketertutupan Francis dengan kejujuran pemimpin USCCB Cardinal Di Nardo.

"Paus Francis tidak mendukung kredibilitas dirinya ketika ditanya tentang tuduhan Viganò, dalam perjalanan pulang dari Irlandia pada hari Minggu yang lalu, dimana saat itu Paus Francis mengatakan dia tidak akan mengkonfirmasi atau menyangkal tuduhan itu," kata WSJ. “Yang lebih menggembirakan adalah reaksi dari presiden Konferensi Uskup Katolik AS, Kardinal Daniel DiNardo. Jauh dari menolak Uskup Agung Viganò, dia justru meminta penyelidikan Vatikan dan mengeluarkan pernyataan yang mengatakan 'Pertanyaan yang diajukan pantas memperoleh jawaban yang menyeluruh dan berdasarkan bukti.' ”

WSJ, yang sudah tidak asing lagi dengan berbagai pendapat Paus Fransiskus tentang pasar yang diwakilinya, dan WSJ tidak dapat menolak untuk menunjukkan bukti bahwa bahkan dunia bisnis menuntut eksekutif utamanya menerapkan aktualitas standar yang lebih tinggi:

"Di antara berbagai ironi di sini adalah bahwa, dalam sistem kapitalis Paus Francis, begitu seringnya mereka menyerang, padahal tidak ada eksekutif perusahaan yang secara terbuka dituduh menutup-nutupi pelanggaran seperti ini yang bisa lolos dari pertanggungjawaban."

Tetapi karena Paus Francis bukan hanya seorang eksekutif perusahaan, maka penting sekali jika dia harus mengatakan yang sebenarnya, demikian kata WSJ.

“Gereja Katolik bukanlah perusahaan yang menghasilkan keuntungan, dan Paus bukanlah CEO,” para editor mengamati. "Tetapi ketika ia berhadapan dengan tuduhan pelecehan sexual dan menutup-nutupi para pemimpinnya oleh seorang pria yang juga seorang pemimpin senior, tentunya sebuah gereja harus memiliki minat yang lebih besar dalam mewujudkan kebenaran."

Berita surat kabar itu ditutup dengan tantangan yang menghancurkan, dengan mengatakan "Paus Francis harus mengungkapkan dan menjelaskan kebenaran, atau dia kehilangan otoritas moralnya."

Koran-koran Washington, D.C. lainnya telah bersikap kritis tentang bagaimana kepemimpinan Gereja telah menangani krisis pelecehan seksual, dan mereka menyerukan kepada Cardinal Wuerl untuk mundur. Becket Adams dari media Washington Examiner menulis artikel hari ini berjudul: Pope Paus Fransiskus biasanya tidak akan berhenti bicara. Tapi kali ini dia memilih waktu yang lucu untuk diam.

“Francis tidak bertindak wajar sebagaimana yang dilakukan gembala sejati dari umat Allah. Dia bertindak seperti politisi lemah yang mencari akal untuk ‘membeli waktu’ sambil menggunakan prasangka-prasangka pers yang mendalam untuk melawan para pengkritik dirinya,” tulis Adams.

Sementara itu, koran The New York Times, telah bergegas membela Paus Francis dari para pengkritiknya yang "konservatif", dengan mengatakan bahwa Paus mengambil "jalan tinggi" dengan menolak untuk mengatakan apakah dia ikut serta menutupi pelecehan seks.

BEBERAPA ORANG USKUP MEMBERIKAN DUKUNGAN KEPADA VIGANÒ...


These Last Days News - August 28, 2018

BEBERAPA ORANG USKUP MEMBERIKAN DUKUNGAN KEPADA VIGANÒ
ENAM ORANG USKUP MENYUARAKAN KEPRIHATINAN MEREKA



OnePeterFive.com reported on August 27, 2018:
by Steve Skojec


Dengan munculnya kesaksian dan tuduhan eksplosif dari mantan dubes apostolik untuk Amerika Serikat, Carlo Maria Viganò, tentang keterlibatan para petinggi Gereja - termasuk Paus Francis - dalam menutup-nutupi kasus pelecehan sexual yang dilakukan oleh Kardinal Theodore McCarrick, sejumlah uskup Katolik telah mengeluarkan pernyataan dukungan publik mereka kepada Viganò serta kekhawatiran atas kasus yang dia sampaikan. Berikut ini adalah daftar para uskup yang mendukung Viganò:

Uskup Joseph Strickland dari Tyler, Texas, segera memerintahkan kepada semua imam di keuskupannya untuk membaca pernyataannya pada hari Minggu yang lalu - sebuah pernyataan di mana dia menegaskan bahwa dia menemukan tuduhan "yang cukup kredibel" dan berpendapat bahwa "tanggapan itu harus menjadi pendorong bagi penyelidikan menyeluruh, serupa dengan yang dilakukan setiap kali sebuah tuduhan dianggap kredibel.”

Kardinal Raymond Burke, yang mengatakan, “Deklarasi yang dibuat oleh Uskup Agung Carlo Maria Viganò, harus benar-benar diperhatikan oleh mereka yang bertanggung jawab di dalam Gereja,” dan bahwa “pernyataan itu harus diteliti, sesuai dengan hukum prosedural Gereja.”

Uskup Thomas Olmsted dari Phoenix, Arizona, yang menegaskan dalam sebuah pernyataan bahwa dia telah “mengenal Uskup Agung Carlo Maria Viganò selama 39 tahun” dan dia “selalu mengenal dan menghormatinya sebagai orang yang jujur, beriman dan penuh integritas.” “Karena alasan inilah,“ demikian tulis Olmsted, “Saya meminta agar kesaksian Uskup Agung Viganò ditanggapi secara serius oleh semua orang, dan bahwa setiap klaim yang dia buat harus diselidiki secara menyeluruh.”

Uskup Agung Allen Vigneron dari Detroit, Michigan, yang mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa laporan Viganò “adalah tantangan yang menakutkan bagi kepercayaan kami akan keandalan kepemimpinan Gereja, selama ‘musim panas dari berita-berita yang menghancurkan’ mengenai pelecehan seksual dan ketidaksetiaan yang dilakukan oleh klerus.”

“Tuhan meyakinkan kita,” tulis Vigneron, “bahwa 'kebenaran akan membebaskan kita' (Yoh. 8:32). Kita tidak perlu takut menghadapi tuduhan yang dibuat oleh Uskup Agung Viganò. Saya bergabung dengan para imam dan orang-orang dari Keuskupan Agung Detroit dalam doa, demi kemenangan kebenaran dan transparansi - dan saya berdoa agar hal itu datang dengan cepat. Apakah klaim Uskup Agung Viganò benar atau terbukti tidak berdasar, maka kebenaran yang terungkap akan menunjukkan kepada kita jalan yang pasti menuju pemurnian dan reformasi Gereja.”

Uskup Robert Morlino dari Madison, Wisconsin, memberikan dukungan  kepada Kardinal DiNardo, kepala USCCB, dalam desakannya  bahwa "pertanyaan-pertanyaan yang diajukan" oleh Viganò "pantas mendapatkan jawaban yang konklusif dan berdasarkan bukti."

Morlino juga mempermasalahkan tanggapan atau jawaban Paus terhadap pernyataan Viganò, dan mengatakan bahwa dia merasa harus mengakui “kekecewaannya, bahwa dalam sambutannya dalam penerbangan kembali dari Dublin ke Roma, Bapa Suci memilih untuk 'tidak berkomentar,' mengenai kesimpulan apa pun yang bisa dipetik dari tuduhan Uskup Agung Viganò.” (Hal ini persis seperti yang dilakukan Paus Fransiskus ketika menghadapi dubia dari 4 orang kardinal beberapa waktu yang lalu: tidak ada jawaban sama sekali).

Morlino melanjutkan:

Paus Francis lebih lanjut mengatakan secara tegas bahwa kesimpulan semacam itu harus diserahkan kepada "kematangan profesional" para jurnalis. Di Amerika Serikat dan di tempat lain, pada kenyataannya, sangat sedikit yang lebih mempertanyakan kematangan profesional seorang jurnalis. Bias dalam pemberitaan media arus utama tidak bisa diketahui lebih jelas, dan hal ini diakui hampir secara universal. Saya tidak akan pernah mau menilai kematangan profesional para jurnalis dari National Catholic Reporter, misalnya. (Dan dapat diduga, Paus Fransiskus sedang menuntun tuduhan dalam kampanye fitnah terhadap Uskup Agung Viganò.)

Setelah memperbarui ekspresi hormat dan kasih saya kepada Bapa Suci, saya harus menambahkan bahwa selama masa jabatannya sebagai Duta Apostolik kami, saya mengenal Uskup Agung Viganò secara profesional dan pribadi, dan saya tetap sangat yakin akan kejujuran, kesetiaan, dan kasihnya kepada Gereja, serta integritasnya yang sempurna. Bahkan, Uskup Agung Viganò telah menawarkan sejumlah fakta konkrit dan nyata dalam dokumennya baru-baru ini, memberikan nama, tanggal, tempat, dan lokasi dokumentasi pendukung - baik di Sekretariat Negara atau di Apostolic Nunciature. Dengan demikian, kriteria untuk tuduhan yang kredibel lebih dari sekedar terpenuhi, dan penyelidikan, sesuai dengan prosedur kanonik yang tepat, tentu harus segera dilakukan.

Uskup Athanasius Schneider dari Astana, Kazakhstan, yang mengatakan, “Uskup Agung Viganò menegaskan pernyataannya dengan sumpah sakral dengan menyebut nama Allah. Oleh karena itu, tidak ada alasan yang masuk akal untuk meragukan kebenaran dari dokumennya itu.”

Schneider melanjutkan:

Sikap yang tegas dan transparansi dalam mendeteksi dan mengakui kejahatan dalam kehidupan Gereja akan membantu memulai proses yang efisien dari pemurnian dan pembaruan spiritual dan moral. Sebelum mengutuk orang lain, setiap pemegang jabatan klerus di Gereja, terlepas dari pangkat dan gelar mereka, harus bertanya pada dirinya sendiri di hadapan Allah, apakah dia sendiri, dengan berbagai cara, telah berusaha menutup-nutupi pelanggaran seksual. Jika dia menemukan dirinya bersalah, maka dia harus mengakuinya di depan umum, karena Firman Tuhan telah menegurnya: “Jangan malu-malu mengaku dosamu, dan arus sungai jangan kaulawan. (Sir 4:26). Karena, seperti Santo Petrus, Paus pertama, menulis, “Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri (Gereja) yang harus pertama-tama dihakimi.” (1 Pet. 4:17)

Waktu akan memberi tahu kita, apakah lebih banyak uskup dan klerus lain akan maju untuk mendukung Viganò, yang telah dilaporkan pergi ke luar negeri, ke tempat yang aman dan dirahasiakan setelah publikasi pernyataannya.

++++++++++++++++++++++++

"Aku tidak akan membela para imam-Ku yang mendukung perbuatan homosex dan membiarkannya terjadi di dalam profesi Imamat-Ku! ... Aku tidak akan berdiri diam dan membiarkan profesi Imamat-Ku dihancurkan!" – pesan Tuhan Yesus kepada Veronica Lueken, Bayside, 18 Juni 1982

"Anak-anak-Ku, di masa lalu Gereja-Ku, umat-Ku, telah melewati cawan penderitaan, tetapi Aku berkata kepadamu: Rumah-Ku, Gereja-Ku di atas bumi, sedang melewati sebuah pencobaan yang jauh lebih besar daripada masa yang lalu. Lucifer dan para pengikutnya saat ini sedang bekerja dengan sangat hati-hati dan sangat berhasil saat ini, dalam upaya mereka untuk menggulingkan Tahta Petrus dan menempatkan di Roma seorang paus yang merupakan antipaus dari sejarah." - Yesus, Bayside, 18 Juni 1978

"Tanpa adanya doa yang cukup untuk menyeimbangkan neraca keadilan dan tindakan penebusan dari anak-anak di dunia, maka akan ditempatkanlah di atas Tahta Petrus seseorang yang akan menempatkan dan menaruh jiwa-jiwa dan Rumah Allah di dalam kegelapan yang paling dalam." - Our Lady, Bayside, 18 Maret 1974

“Roma akan kehilangan iman dan akan menjadi tempat Antikristus.” - Our Lady of La Salette, 19 September 1846




Silakan melihat artikel lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/