Sunday, July 30, 2023

Sebuah Sinode Penghancuran Diri

 SEBUAH SINODE PENGHANCURAN DIRI

 pastor Gerald E. Murray

 https://www.thecatholicthing.org/2022/10/31/a-self-destructive-synod/ 

 

MONDAY, OCTOBER 31, 2022

 

Sekretariat Jenderal Sinode Para Uskup mengeluarkan Dokumen Kerja (Working Document) Tahap Kontinental dari Sinode tentang Sinode, minggu lalu. Dokumen itu, dengan tidak sungkan-sungkan dan tanpa rasa menyesal, mempertanyakan berbagai doktrin Katolik, dengan kedok untuk mendengarkan suara Roh Kudus, yang secara luar biasa, berbicara melalui keluhan dan kritik dari orang-orang tertentu yang menolak apa yang selama ini selalu diajarkan oleh Gereja. 

Usulan dari seluruh dunia yang bertentangan dengan doktrin Katolik dikutip atau diringkas dengan persetujuan karena "mereka mengungkapkan dengan cara yang sangat kuat, indah atau tepat sentimen diungkapkan secara lebih umum dalam banyak laporan." Berbagai sentimen tersebut mengaku memiliki kebenaran yang diilhami Roh sementara doktrin Gereja selama ini menyebabkan keterasingan dan kesedihan atas diri orang-orang itu. 

Pernyataan dari kelompok paroki Amerika adalah lambang: “Visi sebuah Gereja yang mampu melibatkan secara radikal, saling memiliki, dan keramahan yang mendalam menurut ajaran Yesus adalah inti dari proses sinode: 'Bukannya berperilaku seperti penjaga gerbang yang mencoba untuk mengecualikan orang lain dari meja, tetapi kita perlu berbuat lebih banyak untuk memastikan bahwa orang tahu bahwa setiap orang dapat menemukan tempat dan rumah di sini.'” WD (Dokumen Kerja) itu lebih lanjut menjelaskan bahwa “pengalaman sinodal dapat dibaca sebagai jalan pengakuan bagi mereka yang merasa tidak cukup diakui di dalam Gereja.” 

Jadi, siapakah orang-orang yang merasa dikucilkan itu? “Di antara mereka yang menuntut dialog yang lebih bermakna dan ruang yang lebih ramah bagi mereka dan menurut mereka, kita juga bisa menemukan orang-orang yang, karena berbagai alasan, merasakan ketegangan antara menjadi bagian dari Gereja serta kasus hubungan cinta mereka sendiri, seperti misalnya: janda cerai yang menikah lagi, orang tua tunggal, orang yang hidup dalam pernikahan poligami, orang LGBTQ, dll.” Ini bahkan disebutkan untuk kedua kalinya: “Banyak ringkasan juga menyuarakan rasa sakit karena mereka tidak dapat mengakses Sakramen-sakramen, yang dialami oleh orang yang bercerai yang menikah lagi dan mereka yang telah melakukan pernikahan poligami. Tidak ada kesepakatan tentang bagaimana menghadapi situasi ini.” 

Siapa lagi yang mengeluh? “Setelah mendengarkan dengan saksama, banyak laporan meminta agar Gereja melanjutkan penegasannya sehubungan dengan serangkaian pertanyaan spesifik: peran aktif wanita dalam struktur pemerintahan badan-badan Gereja, kemungkinan bagi wanita dengan pelatihan yang memadai untuk berkhotbah di lingkungan paroki, dan dibentuknya diakon wanita. Keanekaragaman pendapat yang jauh lebih besar diungkapkan tentang subjek penahbisan imam bagi wanita, yang beberapa laporan menyerukannya, sementara yang lain menganggap hal itu sebagai masalah tertutup.” 

Solusinya? “Pertobatan pada budaya Gereja, ‘demi keselamatan dunia,’ terkait secara konkret dengan kemungkinan membangun budaya baru, dengan praktik dan struktur yang juga baru.” 

Jadi bagaimana kita sampai di sana? “Berjalan bersama sebagai umat Allah menuntut kita untuk menyadari perlunya pertobatan terus-menerus, pada individu dan komunal. Pada tingkat institusional dan pastoral, pertobatan ini diterjemahkan ke dalam reformasi Gereja yang sama terus-menerus, struktur dan gayanya, setelah dorongan untuk ‘aggiornamento’ terus menerus…” (AGGIORNAMENTO adalah sebuah kata yang diucapakan oleh Santo Paus Yohanes XXIII yang memiliki makna “bukalah jendela itu agar udara bisa masuk”. Dalam arti lain, udara berarti dunia, dan kita yang ada di dalam rumah, tidak lain adalah Gereja. Maka dalam hal sinode ini, orang-orang itu mengharapkan Gereja mau membuka pintu bagi pengaruh luar.) 

Ajaran Gereja, yang diberikan kepada oleh Kristus, adalah masalahnya. Saat ini Gereja diminta untuk serius membahas pembuangan ajaran yang bertentangan dengan keyakinan dan keinginan manusia saat ini: 

– mereka yang hidup dalam “perkawinan” kedua yang berzina,

- laki-laki yang memiliki dua atau tiga istri atau lebih,

- homoseksual dan biseksual

– orang yang percaya bahwa mereka bukanlah memiliki jenis kelamin seperti saat dilahirkan

– wanita yang ingin ditahbiskan menjadi diakon dan imam,

– orang awam yang menginginkan otoritas seperti yang diberikan oleh Tuhan kepada para uskup dan imam. 

 

Gambar: Malam Air Bah oleh William Bell Scott, 1865 [The Tate, London]. Seorang "pangeran timur yang bejat dan istananya dengan Nuh dan keluarganya yang, karena menyadari pentingnya awan tak menyenangkan di langit, memasuki Bahtera." 

 

Apakah ada sesuatu di sini yang memperkuat atau meningkatkan kesetiaan pada ajaran Kristus? Tentu saja tidak. Karena tututan Ini berarti mau merubah Gereja. 

Seorang dari Inggris membuat komentar yang paling relevan atas seluruh dokumen: “Saya tidak mempercayai Sinode ini. Saya pikir sinode ini telah dituntun untuk membawa perubahan lebih lanjut pada ajaran Kristus dan melukai Gerejanya lebih jauh.” 

Pada fase berikutnya dari proses sosial yang merusak diri sendiri ini – Majelis Kontinental dijadwalkan pada awal 2023 – para uskup dunia diinstruksikan bahwa: 

“...semua Majelis bersifat gerejawi dan bukan hanya episkopal, memastikan bahwa komposisi mereka secara memadai mewakili keragaman umat Allah: uskup, penatua, diaken, wanita dan pria yang ditahbiskan, pria dan wanita awam… penting untuk memberikan perhatian khusus pada kehadiran wanita dan kaum muda (pria dan wanita awam, pria dan wanita yang ditahbiskan dalam pembinaan, seminaris); orang yang hidup dalam kondisi kemiskinan atau marginalisasi, dan mereka yang bersentuhan langsung dengan kelompok dan orang tersebut; delegasi persaudaraan dari denominasi Kristen lainnya; perwakilan dari agama lain dan tradisi kepercayaan; dan beberapa orang yang bahkan tanpa afiliasi agama manapun…” 

Mengingat daftar ini, maka para uskup akan menjadi minoritas dalam kepesertaan mereka dalam sinode. 

Dan peran mereka? “Mereka diminta untuk mengidentifikasi cara-cara yang tepat untuk melaksanakan tugas mereka untuk memvalidasi dan menyetujui Dokumen Akhir Sinode, guna memastikan bahwa itu adalah buah dari perjalanan sinode yang otentik, menghormati proses yang telah terjadi dan setia pada suara-suara umat Allah yang beragam di setiap benua.” 

Dengan kata lain, para uskup berfungsi sekedar sebagai sekretaris atau juru tulis pencatatan. Mereka tidak disarankan untuk memastikan kesetiaan sidang terhadap ajaran Gereja yang sejati dan murni. 

WD (Dokummen Kerja) Sinode ini meminta Gereja untuk beroperasi dengan “transparansi.” Tempat yang baik untuk memulai adalah Sekretariat Sinode menerbitkan semua pengajuan tertulis yang diterima. Apakah ada, misalnya, yang meratapi dan mengeluhkan karena: hilangnya iman akan Kehadiran Nyata Kristus dalam Ekaristi; kurangnya panggilan imamat di negara maju; penurunan tajam dalam kehadiran Misa, pembaptisan, dan pernikahan gereja; skandal para uskup dan kardinal yang berulang kali bertentangan dengan ajaran Gereja di depan umum; hilangnya umat Katolik ke gereja-gereja evangelis; runtuhnya sistem sekolah Katolik di negara maju; fenomena meluasnya penyalahgunaan liturgi sementara perayaan Misa Latin Tradisional dibatasi dengan keras atau bahkan dilarang; runtuhnya tatanan keagamaan karena sekularisasi dan penolakan terhadap kesetiaan doktrinal dan kehidupan asketis.

(Catatan: Asketisme secara umum, merupakan suatu paham atau ajaran yang meninggalkan kehidupan yang bersifat duniawi dan materi. Paham ini memandang bahwa keterikatan terhadap dunia dapat membelenggu dan menjadi penghalang bagi manusia dalam usahanya mencapai kebaikan dan keselamatan.) 

Jelas di dalam sinode ini ada sebuah revolusi terbuka yang terjadi di Gereja hari ini, upaya untuk meyakinkan kita bahwa tindakan memeluk bid'ah dan amoralitas bukanlah dosa, melainkan itu adalah tanggapan terhadap suara Roh Kudus yang berbicara melalui orang-orang yang merasa terpinggirkan oleh Gereja yang sampai sekarang tidak setia pada misinya. 

WD (Dokumen Kerja Sinode) menyatakan: “Dengan menggunakan gambaran alkitabiah, dapat dikatakan bahwa perjalanan sinodal ini menandai langkah pertama untuk kembali dari pengalaman pengasingan kolektif, yang konsekuensinya akan mempengaruhi seluruh umat Allah: jika Gereja tidak bersifat sinodal, maka tidak ada yang bisa benar-benar merasa betah.” 

Maka marilah kita berdoa agar para Bapa peserta Sinode, dan semua uskup, akan berdiri dan membela ajaran dan praktik Gereja guna melawan tindakan perusakan diri yang disponsori oleh Vatikan ini. Karena banyak sekali jiwa dipertaruhkan di sini.

 

-------------------------------------

Silakan membaca artikel lainnya di sini:

Paus memilih para klerus yang terkenal pro-LGBT untuk mengikuti Sinode…

Memata-matai Gelombang Otak Anda

LDM, 23 Juli 2023

Wanita membawa monstrans dalam sebuah prosesi di Jerman

Transhumanisme & Great Reset

Antikristus telah berada di dunia

Paus Francis Harus Segera Menghentikan Semua Kegilaannya

 

 

Saturday, July 29, 2023

PAUS FRANCIS HARUS SEGERA MENGHENTIKAN SEMUA KEGILAANNYA

 PAUS FRANCIS HARUS SEGERA MENGHENTIKAN SEMUA KEGILAANNYA

 Pastor Gerald E. Murray 

https://www.thecatholicthing.org/2023/02/18/pope-francis-must-stop-the-madness/ 

 

SATURDAY, FEBRUARY 18, 2023

 

Situasi Gereja Katolik saat ini adalah salah satu kekacauan besar, sebagian besar karena kesediaan paus Francis untuk mengatakan, melakukan, dan mentolerir hal-hal yang tidak pernah dikatakan, dilakukan, atau ditoleransi oleh para paus dalam sejarah. 

Ucapan spontannya baru-baru ini yang menginstruksikan para imam untuk tidak menolak pemberian absolusi kepada siapa pun yang datang ke Pengakuan Dosa, misalnya. Hal ini bertentangan langsung dengan ajaran Gereja tentang disposisi atau persyaratan yang diperlukan untuk penerimaan pengampunan dosa secara sah dari Allah dalam Sakramen Tobat. 

Peniten yang, untuk alasan apa pun, menolak untuk bertobat dari dosa-dosa yang mungkin tidak mereka katakan dalam pengakuan dosa, tidak dapat diampuni. Tampaknya tidak terpikirkan bahwa paus Francis akan mengatakan bahwa mereka harus dibebaskan dari dosa mereka atau dengan kata lain: diampuni. Tapi dia melakukannya. 

Paus Francis kembali ke tema ini dalam perjalanannya baru-baru ini ke Afrika. Dia memberi tahu para uskup Kongo: “Selalu. Selalu mengampuni dalam Sakramen Rekonsiliasi.” Senada dengan itu, pada tahun 2021, dia mengatakan bahwa dia tidak pernah menolak memberikan Komuni Kudus kepada siapa pun. 

Paus Francis ingin agar para imam di ruang pengakuan dosa untuk mengikuti anjuran dan teladannya ketika mereka berhadapan dengan orang berdosa yang tidak bertobat. Dalam skenario seperti itu, Pengakuan Dosa oleh paus Francis telah dirubah menjadi sandiwara yang tidak berarti. Seorang pendosa yang keras kepala tidak boleh diberikan absolusi untuk suatu pelanggaran yang tidak dia sesali. Penolakan oleh peniten untuk meninggalkan dosa-dosanya membuatnya tidak bisa menerima pengampunan sakramental Allah. 

Apa logika membebaskan seseorang yang berpegang teguh pada dosa-dosanya? Lelucon yang tidak suci dalam upaya untuk membebaskan seorang pendosa yang tidak mau bertobat yang berniat untuk terus berbuat dosa, adalah pelanggaran berat terhadap tugas imam untuk membimbing umat beriman di jalan kebajikan dan rahmat Kristus, bukan jalan dosa yang merusak dan kematian rohani. Namun itulah yang justru dikatakan paus Francis kepada para imam yang harus mereka lakukan. 

Kelalaian moral oleh paus Francis ini disertai dengan keragu-raguan yang sangat patut disesalkan oleh kita semua, dimana kita harus mempertahankan ajaran Gereja dengan penuh semangat dan di depan umum, ajaran tentang masalah moralitas seksual ketika ajaran itu secara terbuka ditolak oleh para Kardinal, uskup, dan imam yang sesat. 

Para pembela ajaran moral Gereja yang gagah berani secara tidak adil difitnah sebagai ideolog, orang Farisi, orang yang keras, penyebar kekakuan, "orang terbelakang". Kritik terhadap ajaran tersebut, seperti Kardinal Hollerich, Marx, McElroy, Uskup Bätzing. dan pastor spesialis pendukung homosex, James Martin, S.J. diberi bantuan kepausan dan peranan yang  berpengaruh. Tidak ada teguran atau disiplin kepausan yang berarti atas kampanye mereka yang gigih untuk menggulingkan ajaran moral dan antropologis Gereja.

*Image: The Confession, 1838,

detail by Giuseppe Molteni, 1838 [Gallerie di Piazza Scala]

*Gambar: Pengakuan, 1838,

detail oleh Giuseppe Molteni, 1838 [Gallerie di Piazza Scala] 

 

Tidak ada yang dipecat karena mencoba mengubah ajaran Gereja yang tidak dapat diubah bahwa Tuhan menciptakan kita hanya sebagai laki-laki dan perempuan; bahwa satu-satunya penggunaan kemampuan seksual yang baik secara moral adalah penyatuan fisik suami dan istri dalam ikatan pernikahan, dengan mengingat penyebaran ras manusia dalam ikatan perkawinan yang setia, penuh kasih, dan permanen. 

Kita tak henti-hentinya dibombardir dengan propaganda yang menyatakan bahwa Tuhan menciptakan beberapa orang dengan ketertarikan “sesama jenis” dan oleh karena itu Dia pasti bermaksud agar mereka bertindak berdasarkan hasrat seksual mereka; bahwa sodomi adalah penggunaan kemampuan seksual yang baik dan suci, sama baiknya dengan hubungan suami istri, dan dengan demikian persatuan berdasarkan sodomi layak mendapat restu Gereja; bahwa Tuhan menjadikan sebagian manusia memiliki tubuh laki-laki yang sebenarnya perempuan, begitu pula sebaliknya. 

Gelombang kesalahan doktrinal yang tidak dapat ditolerir ini melanda Gereja sementara paus Francis sebagian besar tetap pasif dan diam. 

Persiapan untuk Sinode Oktober 2023 tentang Sinodalitas sangat ditentukan oleh kampanye heterodoks dari mereka yang menikmati dukungan kepausan. Alih-alih membahas cara membela ajaran moral Gereja yang ditentang, tempat justru ajaran itu sendiri diserang dalam diskusi yang sedang berlangsung ramai saat ini. 

Hasil yang diharapkan dari pertanyaan tanpa henti tentang doktrin-doktrin yang selalu diajarkan oleh Gereja sebagai ajaran yang tidak dapat diubah akan menjadi penerimaan yang tumbuh secara bertahap oleh umat beriman akan kebutuhan untuk memeriksa kembali apakah ajaran-ajaran itu benar-benar tidak dapat diubah, mengingat dugaan “dunia baru” tempat kita hidup saat ini. 

Klaim yang dapat diprediksi tentang pergeseran opini publik Katolik (nyata atau dibuat-buat) kemudian akan diikuti oleh pernyataan baru yang dikatakan “diilhami oleh Roh” bahwa ajaran Katolik sebenarnya salah tentang homoseksualitas dan transgenderisme, dll. 

“Kemajuan versus immobilisme reaksioner” adalah mantra penutup diskusi yang digunakan untuk menstigmatisasi setiap dan semua penolakan terhadap perubahan ajaran yang diturunkan dari para rasul. Sementara kemajuan kesalahan di dunia mungkin memang tak terbendung di zaman kita berkat keruntuhan moral masyarakat Barat, namun malapetaka ini semestinya tidak memiliki tempat dalam agama Katolik. 

Toleransi terhadap kesalahan doktrinal bukanlah bagian dari mandat yang diberikan oleh Tuhan kita kepada Santo Petrus dan para rasul serta penerus mereka. Jika para penerus warisan iman sekarang ini gagal dalam tugasnya, maka mereka merugikan orang beriman. Jiwa-jiwa dipertaruhkan oleh para gembala saat ini yang mengajar manusia untuk mencintai dosa dan menolak kebajikan. 

Benar-benar di luar kekuasaan (ultra vires) paus, Kardinal, atau uskup mana pun untuk mengubah ajaran moral dan antropologis Gereja yang tidak dapat dirubah. Adalah salah dan tercela untuk mengklaim bahwa tidak ada ajaran yang tidak dapat dirubah, atau bahwa apa yang dianggap tidak dapat diubah di masa lalu dapat diubah di masa yang lebih "tercerahkan" sekarang ini. 

Kami tidak terbiasa dengan situasi di mana penentangan terhadap berbagai tindakan paus Francis dan rekan-rekan pilihannya sama sekali bukan bentuk ketidaksetiaan, melainkan persyaratan kasih persaudaraan yang mengalir dari kesetiaan primordial kepada Tuhan dan wahyu-Nya oleh mereka yang melayani Yesus Kristus di Gereja. Ketika kesesatan dan amoralitas disebarkan oleh mereka yang dituduh oleh Kristus dengan menyangkal kesalahan dan mencegah amoralitas, maka tugas kita adalah memanggil para gembala itu, menegur mereka dengan kasih kebenaran. 

Jika Gereja ingin menghindari bencana yang benar-benar dapat dihindari, maka Sinode tentang Sinodalitas saat ini tidak boleh menjadi momen pertanyaan yang merusak diri sendiri tentang ajaran Gereja soal moralitas seksual dan hal-hal lain yang diperdebatkan. Para kardinal dan uskup yang benar-benar merasa ngeri di mana mereka melihat proses ini mengarah, harus segera membuat protes mereka diketahui oleh Bapa Suci. 

Pengabaian nyata dari paus Francis dalam tugasnya untuk mempertahankan ajaran Gereja dalam menghadapi kesalahan besar sangat mendesak untuk mewujudkan “cinta yang kuat,” yaitu, intervensi di mana para Kardinal dan uskup yang sesat namun berani, mengesampingkan kesopanan dan rasa hormat yang biasa, dengan terus terang memberi tahu paus bahwa kegilaan ini harus dihentikan. SEKARANG ! 

 

-------------------------------------

You may also enjoy: 

Fr. Gerald E. Murray’s A Self-Destructive Synod

Abp. Fulton J. Sheen’s Penance after Confession

-------------------------------------

 

Silakan membaca artikel lainnya di sini:


Francis Mengisi Sinode Oktober Mendatang Dengan Kaum Homoseksual

Paus memilih para klerus yang terkenal pro-LGBT untuk mengikuti Sinode…

Memata-matai Gelombang Otak Anda

LDM, 23 Juli 2023

Wanita membawa monstrans dalam sebuah prosesi di Jerman

Transhumanisme & Great Reset

Antikristus telah berada di dunia

 

Thursday, July 27, 2023

ANTIKRISTUS TELAH BERADA DI DUNIA

  


ANTIKRISTUS TELAH BERADA DI DUNIA

https://rosa-devosi.blogspot.com/2023/07/antikristus-telah-berada-di-dunia.html


KK, Yesus, 3 Juli 2011 @ 18.30

Tidakkah kamu tahu bahwa banyak dari anak-anak-Ku yang akan kehilangan jiwa mereka kepada Antikris yang telah berada disini, di dunia ini, dan siap untuk muncul, karena dia telah menunggu di sayap-sayap?


LDM, Yesus, 18 Februari 2015

Peperangan ini bersifat rohani, tetapi ia akan didukung oleh perang secara fisik. Perang Dunia III akan menjadi momok terbesar yang pernah ada. Dan jika Aku tidak campur tangan dalam perang yang mendekat ini, seluruh umat manusia akan musnah; tetapi Aku akan menyelamatkan umat-Ku yang kudus dan mereka akan berlindung di dalam Hati-Ku bersama dengan Ibu-Ku, untuk menghalau musuh (Antikristus) yang sudah menampakkan dirinya di tengah-tengah umat manusia saat ini, tanpa manusia bisa mengetahuinya.

 

LDM, Bunda Maria, 8 Februari 2019


Anak-anakku, perhatikanlah: Antikris sudah berjalan di dunia dan bertindak di dunia. Dia menggerakkan belalai-belalainya untuk menghadapi kamu, membuatmu marah, menabrak kamu, menuntunmu untuk melakukan lebih banyak lagi dosa, membuatmu merasa kecewa, membuatmu terguncang secara emosional. Dia menggerakkan seluruh belalainya untuk melawan anak-anakku dan kamu tidak bereaksi apa-apa atas hal ini.

 

LDM, Santo Michael, Malaikat Agung, 11 Januari 2022


Manusia melupakan Peringatan itu, sementara ia semakin dekat dan desas-desus tentang perang telah berhenti menjadi sekedar desas-desus. Tulah-tulah terus hadir di dunia, di kota-kota besar dan kota-kota kecil. Penyakit terus menjadi berita, perbatasan-perbatasan ditutup dan jatuhnya ekonomi dunia mempercepat kedatangan Antikristus, yang telah berada di Bumi, bersebelahan dengan para korbannya.

 

LDM, Yesus, 2 Februari 2023

Kebingungan terus dipromosikan oleh Antikristus, yang kini sedang bergerak di Eropa, didukung oleh orang-orang yang kuat, dan menuntun mereka menuju Freemasonry.

 

LDM, Yesus, 23 Februari 2023

Si Pembinasa Keji itu sedang bergerak melalui berbagai negara untuk memberikan perintah-perintahnya. Bidang spiritualitas adalah pokok yang dipermasalahkan. Umat manusia dituntun untuk meninggalkan spiritualitas.

 

LDM, Yesus, 22 Maret 2023

Antikris telah berjalan di Bumi dan dia berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain di negara-negara yang telah mengusulkan cita-cita, proyek, ambisi, pedoman, dan norma yang sama, yang akan mengarah kepada kepatuhan dengan paksaan.

Anak-anak-Ku sedang berjalan menuju penderitaan oleh tangan Antikris yang akan mendominasi segalanya, dan saat ini dia telah memimpin perusahaan-perusahaan besar di dunia.

Antikris terus bergerak di Eropa, mempersiapkan kejatuhan Eropa melalui perang. Beruang itu memiliki kekuatan besar untuk membuat seluruh umat manusia benar-benar dalam keadaan waspada, dimulai dengan Eropa sendiri.

 

LDM, 1 Juli 2023, Bunda Maria

Antikristus telah ada di depan matamu, namun kamu tidak melihatnya.

 

-------------------------------------

 

Silakan membaca artikel lainnya di sini:

 

Pedro Regis, 5456 - 5460

GARABANDAL - Kesengsaraan, Peringatan, Keajaiban, Tanda Permanen, dan Pemurnian…

Uskup Schneider: Sinodenya Francis Adalah Betul-betul Peniru Sinode Jerman

LDM, 1 Juli 2023

5 Cara Untuk Membungkam Suara Setan

Pelarangan Atas Misa Latin Tradisional Adalah Penyalahgunaan Kekuasaan

LDM, 7 Juli 2023

 

 

Transhumanisme & Great Reset

  


 

 

Transhumanisme & Great Reset 

https://traditioninaction.org/Questions/B999_M264-Tra.html

 

 Langkah Revolusiner Selanjutnya 

Transhumanisme:


Pakar Mengekspos Agenda ‘Great Reset’ Kaum Elit Miliarder Liberal

by Lianne Laurence 

 

10 November 2020 – Pandemi Covid-19 dibuat oleh para elit dunia sebagai bagian dari rencana mereka untuk memajukan “transhumanisme” secara global – secara harfiah, perpaduan manusia dengan teknologi dalam upaya untuk mengubah sifat manusia itu sendiri dan menciptakan manusia super dan “surga duniawi”, demikian menurut seorang akademisi Peru dan pakar teknologi.

Skenario mimpi buruk dystopian ini bukan lagi barang fiksi ilmiah, tetapi merupakan bagian integral dari "Great Reset" pasca-pandemi yang diusulkan,” demikian kata Dr. Miklos Lukacs de Pereny pada pertemuan puncak baru-baru ini tentang Covid-19. [Distopia (dari kata Yunani δυσ- dan τόπος, alternatifnya cacotopia,[1] kakotopia, atau anti-utopia) merupakan suatu komunitas atau masyarakat yang tidak didambakan atau terkesan menakutkan.]

 

Memang, sejauh implementasi agenda transhumanis dimungkinkan, hal itu membutuhkan konsentrasi kekuatan politik dan ekonomi di tangan para elit global dan ketergantungan masyarakat pada negara, kata Lukacs melanjutkan.

Itulah tepatnya tujuan Great Reset, yang dipromosikan oleh ekonom Jerman Klaus Schwab, CEO dan pendiri Forum Ekonomi Dunia, bersama dengan miliarder "dermawan" George Soros serta para pemilik, manajer, dan pemegang saham lain dari Big Tech, Big Pharma dan Keuangan Besar yang bertemu di retret WEF di Davos, Swiss, kata Lukacs.

Transhumanisme adalah jauh dari doktrin jinak. Sebaliknya, itu benar-benar bermusuhan dengan agama Kristen, kata Lukacs selama pidato virtual dalam KTT Kebenaran Atas Ketakutan yang diselenggarakan oleh penulis dan penyiar Katolik yang berbasis di California, Patrick Coffin.

Kaum Transhumanis mengambil sains sebagai agama mereka dan percaya pada filosofi "relativisme absolut" yang mengklaim bahwa individu dapat mengubah realitas sesuka hati, dan mereka berusaha untuk "menjadikan manusia relatif" dan "mengubahnya menjadi dempul yang dapat dimodifikasi atau dibentuk seturut selera dan keinginan kita dan dengan menolak batasan-batasan yang telah diberikan alam atau Tuhan kepada kita.”

Oleh karena itu, Transhumanisme mensyaratkan “penghancuran “moralitas Yahudi-Kristen, yang didasarkan pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai absolut.”

Mereka yang mengkhawatirkan Great Reset sering mengabaikan peran penting teknologi dalam rencana meta-kapitalis ini, kata Lukacs, yang memiliki gelar Ph.D. dalam manajemen dari Manchester Institute of Innovation Research (MIoIR) dari University of Manchester.

Pandemi Covid-19 adalah “hanya proyek rekayasa sosial yang sengaja direncanakan dan dilaksanakan oleh meta-kapitalisme predator untuk mencapai tujuan akhir: mendefinisikan ulang dan mengkonfigurasi ulang sifat dan kondisi manusia,” katanya dalam sebuah presentasi dalam bahasa Spanyol.

“Saya memiliki keyakinan kuat bahwa pandemi ini telah sengaja dibuat dan tujuannya tidak lain adalah untuk memulai, seperti yang mereka katakan, atau mengimplementasikan Great Reset,” yang akan membuka pintu bagi kemajuan agenda transhumanis, katanya.

Memang, Klaus Schwab dari WEF telah mempromosikan Great Reset sebagai cara untuk "memanfaatkan Revolusi Industri Keempat", sebuah istilah yang dia ciptakan, yang dia nyatakan pada Januari 2016, "akan mempengaruhi esensi dari pengalaman manusiawi kita."

Schwab menggambarkan Revolusi Industri Keempat sebagai “perpaduan teknologi yang mengaburkan garis pemisah antara bidang fisik, digital, dan biologis,” kata Lukacs.

Teknologi tersebut meliputi rekayasa genetika seperti pengeditan genetik CRISPR, kecerdasan buatan (AI), robotika, Internet of Things (IoT), pencetakan 3D, dan komputasi kuantum. “Revolusi Industri Keempat tidak lain adalah penerapan transhumanisme di tingkat global,” tegas Lukacs.

Apa itu transhumanisme? 

Transhumanisme sebagai ideologi politik dan gerakan budaya didefinisikan pada tahun 1998 oleh ekonom Swedia Nick Bostrom, seorang profesor di Oxford, dan David Pearce, seorang filsuf Inggris, yang pada tahun itu mendirikan Asosiasi Transhumanis Dunia.

Baru-baru ini, Yuval Noah Harari, sejarawan Israel dan penulis buku Homo Deus, yang dianggap sebagai “visioner hebat”, telah mempromosikan transhumanisme secara gencar.

Kaum Transhumanis mengusulkan untuk menggunakan teknologi guna mengubah sifat manusia untuk menghasilkan manusia baru dengan "umur panjang, kecerdasan super, kesejahteraan super," kata Lukacs.

Mereka menolak kepercayaan Kristiani tentang kebenaran absolut, dan bahwa Tuhan menciptakan pribadi manusia menurut gambaran dan rupa-Nya, dan mereka melihat nilai-nilai absolut sebagai "rem bagi pretensi progresivisme transhumanis dan globalis mereka."

Itulah mengapa “persetujuan tindakan aborsi” adalah kunci untuk memahami “mengapa kita sepenuhnya memasuki agenda transhumanis” dari Revolusi Industri Keempat, kata Lukacs.

Ketika aborsi disetujui, "tatanan politik, ekonomi, dan nilai-nilai moral" yang menjadi dasar peradaban Barat menjadi runtuh.

“Aborsi tidak lain adalah peralihan manusia dari subjek hak menjadi objek komersialisasi, menjadi objek eksperimen,” katanya.

“Hidup tidak lagi memiliki nilai yang melekat, martabat yang melekat. Hidup hanya menjadi objek konsumsi, objek produksi,” dan ini sejalan dengan tujuan kaum pendukung dan pelaku transhumanis “untuk bereksperimen dengan manusia.”

Transhumanisme adalah “perjuangan melawan proposisi nilai-nilai absolut itu,” kata Lukacs, “dan apa yang diwujudkannya dalam progresivisme adalah relativisme absolut.”

Bukti bahwa “relativisme absolut” telah menguasai dunia Barat adalah berupa peningkatan transgenderisme yang cepat dan meluas.

Lukacs juga mencatat munculnya kasus trans-specisim, trans-ageism, trans-ableism, dan trans-racism.

Contoh dari upaya untuk membentuk kembali realitas seseorang sesuka hati termasuk orang Amerika yang dikenal sebagai Manusia Kadal, pria Kanada yang hidup sebagai anak berusia enam tahun, wanita Inggris yang sengaja membutakan dirinya karena dia ingin menjadi cacat, dan wanita Jerman yang menyuntik dirinya sendiri dengan melatonin untuk menggelapkan kulitnya agar terlihat hitam.

 

Manusia kadal

 Trans-usia & transgender: Seorang ayah, meninggalkan istrinya dengan 7 orang anak, dimana dia sendiri dengan obat-obatan tertentu, berusaha hidup layaknya anak perempuan berusia 6 tahun.

 

Ini adalah “keadaan transhumanisme sebelumnya, semacam kebiasaan, terutama generasi baru, untuk menerima keragaman ini,” kata Lukacs.


Bukan lagi fiksi ilmiah, tapi sudah kenyataan

Sementara banyak proposal transhumanis berakar pada fiksi ilmiah, Lukacs menunjukkan bahwa mereka sekarang memiliki teknologi untuk mewujudkan aspirasi gila mereka.

Kaum Transhumanis mengusulkan untuk meningkatkan umur manusia dengan menggunakan pengeditan genetik CRISPR, yang telah digunakan untuk melipatgandakan umur tikus. Jadi, dengan menggunakan teknik ini pada manusia, bisa dibayangkan bahwa manusia bisa hidup sampai usia 200 atau 300 tahun, katanya.

Mereka mengusulkan untuk meningkatkan kecerdasan manusia dengan menanam chip pada manusia “yang memiliki kapasitas pemrosesan lebih besar” daripada otak alami  manusia.

Contohnya adalah perusahaan NeuraLink milik Elon Musk, yang merupakan "antarmuka yang diterapkan ke korteks serebral" dan yang menurut Musk akan membantu penderita Alzheimer atau epilepsi, tetapi Lukacs berspekulasi bahwa hal itu dapat "membuka pintu" bagi para "peretas saraf".

Ada juga aliran transhumanisme "pasca-humanis", yang didukung oleh ekonom Bostrom. Bostrom mengusulkan bahwa "pada titik tertentu bahkan kita tidak perlu memiliki tubuh fisik, tetapi kita akan menjadi kumpulan informasi, bahwa kita akan dapat mengunggah pemikiran kita ke Cloud, bahwa kita akan dapat membentuk kecerdasan kolektif yang hebat bersama dengan manusia lain," kata Lukacs.

Adapun "janji kesejahteraan super", filsuf Pearce mengatakan itu adalah "keharusan hedonis" untuk "memodifikasi secara genetik kita untuk menciptakan kesejahteraan super."

“Apa yang dikatakan Pearce adalah bahwa melalui modifikasi genetik, kita akan menjadi manusia yang berbudi luhur,” dan bahwa “kita harus melupakan rasa sakit dan penderitaan, kita harus menyingkirkan gen yang membuat kita agresif, kasar, cemburu, yang memaksa kita untuk berkelahi dan membunuh satu sama lain,” kata Lukacs.

“Ketika Anda menyeimbangkan semua hal ini, apa yang Anda sadari adalah apa yang Anda lihat secara harfiah: itu adalah kehancuran manusia, Homo sapiens, dan perubahan mereka menjadi Homo deus.”

Tetapi seperti halnya dengan Great Reset, para elit "memutarbalikkan" bahasa dan menyamarkan agenda transhumanis mereka di balik frasa yang samar-samar ramah. Maka Revolusi Industri Keempat Schwab "dijual kepada kita sebagai ide yang belum tentu akan mempengaruhi kita," atau bahwa itu adalah kemajuan yang akan menguntungkan umat manusia, katanya.

Namun, sama seperti orang biasa akan menderita di dalam Great Reset di bawah "arsitektur penindasan", seperti yang diungkapkan Edward Snowden, demikian pula manusia akan menanggung beban eksperimen oleh kaum transhumanis.

“Ini sangat mengkhawatirkan karena untuk mencapai mimpi semacam itu, pasti banyak, banyak kesalahan akan terjadi... Beban akan ditanggung oleh orang-orang yang terkena dampak ini oleh kesehatan mereka, dalam hidup mereka, dalam situasi ekonomi mereka dan dalam kondisi psikologis atau mental mereka,” kata Lukacs.

“Ini adalah eksperimen yang sangat, sangat mahal. Dan [para elit] tidak akan memikul tanggung jawab untuk ini. Percayalah kepada saya,” katanya kepada Coffin.

“Bagi mereka, itu luar biasa. Selebihnya, ini hanya distopia.”


Trump adalah penghalang bagi rencana elit global 

Lukacs juga berpendapat bahwa kaum elit global menghadapi hambatan tak terduga bagi rencana mereka pada sosok Presiden AS Donald Trump.

“Sebenarnya struktur kekuasaan tidak serumit itu,” kata Trump kepada Coffin dalam sesi tanya jawab online.

Yang paling atas ada “meta-kapitalis” atau “kapitalis yang memiliki begitu banyak kekuatan finansial sehingga mereka dapat bermain di luar aturan kapitalisme; sebenarnya, mereka yang membuat aturan kapitalisme atau membuatnya ulang,” katanya.

“Dan Anda memiliki orang-orang di Teknologi Besar, Farmasi Besar, Keuangan Besar, Konstruksi Besar, semuanya besar, dunia transnasional perusahaan besar. Mereka adalah miliarder yang melalui filantropi mereka, janji miliaran dolar mereka dan semua hal semacam ini, mereka menyalurkan uang ke semua politisi, yang pada dasarnya adalah politisi sewaan, mereka menyewa para politisi itu, dan poitisi iitu menjalankan dunia demi mereka,” katanya.

“Ini benar-benar privatisasi kekuasaan melalui filantropi,” tambah Lukacs.

“Dan kemudian, tentu saja, Anda akan memiliki lapisan middle ground atau lembaga tingkat menengah, LSM, universitas, yayasan, dan kemudian Anda akan turun ke pemerintah daerah akar rumput. Itulah struktur piramida.”

Tapi Trump adalah salah satu figur publik utama yang ternyata tidak bisa disewa.

“Sangat jelas bahwa di Amerika Serikat, di masa lalu, ada empat atau lima bulan, kudeta negara telah dilakukan. Sesimpel itu. Saya tidak punya masalah untuk mengatakannya secara terbuka,” kata Lukacs kepada Coffin.

“Itulah situasinya. Mereka mencoba menggulingkan presiden yang dipilih secara demokratis karena putus asa. Cina masih terus maju. Dan... mitra mereka di Barat, mereka tidak mengejar ketinggalan. Jadi, mereka yang di Barat sedikit putus asa. Tapi China tidak akan menunggu.”

Aslinya silakan lihat di sini

 

-------------------------------------

 

Silakan membaca artikel lainnya di sini:

 

Dari ‘berkat’ kepada homoseks menjadi berkat kepada ‘pernikahan’ anjing

Pedro Regis, 5466 - 5470

Francis Mengisi Sinode Oktober Mendatang Dengan Kaum Homoseksual

Paus memilih para klerus yang terkenal pro-LGBT untuk mengikuti Sinode…

Memata-matai Gelombang Otak Anda

LDM, 23 Juli 2023

Wanita membawa monstrans dalam sebuah prosesi di Jerman