Friday, September 28, 2018

Pastor Joseph Fessio, berseru kepada Paus Francis...




Pastor Joseph Fessio

Pendiri penerbitan Katolik IGNATIUS PRESS, Pastor Joseph Fessio,
berseru kepada Paus Francis:

JADILAH SEORANG PRIA SEJATI. BERDIRILAH DAN JAWABLAH PERTANYAAN VIGANÒ


Dorothy Cummings McLean
By Dorothy Cummings McLean

Mon Sep 24, 2018 - 5:10 pm EST

SAN FRANCISCO, 24 September 2018 (LifeSiteNews) - Pendiri penerbitan Katolik Amerika Serikat, Ignatius Press, telah meminta Paus Fransiskus untuk menjawab tuduhan Uskup Agung Viganò bahwa dia dengan sengaja mempromosikan seorang kardinal Amerika yang dituduh melakukan pelecehan sex kepada para seminaris dan imam.

Pastor Joseph Fessio, SJ, mengatakan kepada CNN bahwa penolakan paus untuk memberikan jawaban atas tuduhan uskup agung Viganò ‘sangatlah menyedihkan’. Dalam beberapa minggu terakhir, para komentator telah menafsirkan homili Paus Fransiskus tentang "si Penuduh Besar" dan "keheningan" Kristus sebagai komentar sindiran atas kesaksian pengungkap kebenaran (whistleblower) Vatikan (Viganò) serta keengganan paus sendiri untuk menjawabnya.

"Dia menyerang Viganò dan semua orang yang meminta jawaban darinya," kata Fessio kepada CNN. "Saya hanya menemukan hal yang sangat menyedihkan."

“Jadilah seorang pria sejati. Berdirilah dan jawablah pertanyaan Viganò,” tambahnya.

Pastor dan penerbit buku itu mengatakan kepada LifeSiteNews bahwa dia bukan bermaksud tidak menghormati Paus dengan mengatakan hal ini. Fessio mengamati bahwa kata-kata yang diucapkan dalam percakapannya terlihat ‘buruk’ dalam tulisan, tetapi hal itu mencerminkan pendapatnya.

“Saya pikir ide yang saya ungkapkan di sana adalah ide yang valid, dan bahkan jika saya agak marah, saya pikir itu harus dikatakan juga. Dan mungkin ... itu akan membantu dan mendorong Paus untuk berbicara secara langsung. Dia sepertinya ingin memiliki keterbukaan, bukan? Dia sering berbicara tentang keterbukaan dan kejujuran dan jangan takut untuk mengatakan apa yang ada di pikiran anda.”

“Maka saat ini saya mengatakan apa yang ada di pikiran saya - dan bukan hanya pikiran saya saja, tetapi itu ada di pikiran banyak orang. ”

Namun demikian, imam Yesuit itu berhati-hati untuk menggarisbawahi pentingnya menghormati jabatan kepausan.

"Sebagai umat Katolik, kita harus menghormati jabatan kepausan dan, sejauh yang kita bisa, menghormati orang yang memegang jabatan itu," kata Fessio. “Dan sebagai seorang imam, (saya seharusnya) berbuat lebih baik lagi. Dan sebagai Yesuit, bahkan lebih dari itu!”

Fessio telah bertemu dengan Paus Fransiskus dan berbicara kepadanya secara langsung.

“Saya benar-benar berbicara dengan Bapa Suci sekali,” katanya kepada LifeSiteNews. “Selama empat puluh lima menit. Saya memberi tahu dia tentang keadaan yang saya sadari saat ini, dan saya berkata 'Bapa Suci, saya percaya anda sudah banyak memikirkannya, tetapi saya ingin menyampaikan satu hal: tolong lakukan sesuatu tentang hal ini'."

Imam itu mengatakan bahwa seandainya dia dapat berbicara langsung kepada Bapa Suci tentang kesaksian Archbishop Viganò saat ini, dia akan mengucapkan kata sambutannya dengan mengatakan bahwa setiap orang mengagumi keinginan paus untuk melayani orang miskin, untuk mengirimkan Gereja kepada orang pinggiran, dan untuk menyertai orang-orang dan membantu mereka memahami keadaan yang ada.

"Pada saat yang sama, agar otoritas moral itu diterima oleh orang-orang, haruslah ada transparansi," kata Fessio yang akan memberi tahu Paus Francis. “Anda memberi kesan mengkritik siapa pun yang mengajukan pertanyaan sulit kepada anda. Dan tindakan anda itu tidak bagus. ”

“Anda harus melakukan yang terbaik untuk menjawab berbagai pertanyaan, apakah anda pikir itu pertanyaan jujur ​​ataupun tidak. Jika pertanyaan itu sendiri substansiil, maka hal itu diperlukan jawaban,” kata imam itu.

Fessio tidak berpikir bahwa jawabannya adalah “klerikalisme” ketika menyangkut masalah akar dari krisis pelecehan seks para klerus dan kemudian menutup-nutupinya. Ini adalah jawaban atas krisis yang telah disulut oleh Paus Fransiskus dan yang lain-lainnya, seperti Kardinal Blase Cupich dari Chicago.

“Ada ... penafsiran yang menyesatkan oleh pejabat tinggi gereja bahwa ini adalah masalah klerikalisme, itu bukan masalah homoseksualitas,” katanya. “Tetapi tidak, tunggu sebentar. Siapa pun yang memiliki mata untuk melihat akan mengenali bahwa 80% dari kasus ini adalah berupa predasi imam terhadap anak atau orang laki-laki.”

Fessio telah bertemu dengan Uskup Agung Viganò juga, secara pribadi, pada ‘setidaknya satu kesempatan’, di sebuah sarapan pagi yang panjang. “Dia penggemar Ignatius Press. Dia membaca banyak buku kami, ”kata Fessio. “Dia ikut menyusun buku Pastor Elijah, sebuah novel karya Michael O’Brien. Dia adalah lelaki yang berbudaya.”

Fessio juga melakukan percakapan telepon dengan mantan dubes Vatikan, yang paling dikenang selama kunjungan Paus Fransiskus ke Washington, D.C.

“Uskup Agung Viganò memanggil saya, dan dia ingin membeli salinan buku Kardinal Sarah God or Nothing untuk diberikan kepada para seminaris yang ada di sana ketika Paus berada di Washington DC,” kata Fessio kepada LifeSiteNews. "... Saya telah membuat kesepakatan dengannya dan memberinya harga yang bagus!"

Pastor Fessio telah membaca kesaksian Viganò hingga dua atau tiga kali, ‘dengan sangat hati-hati’.

"Sebagian besar berkaitan dengan pernyataan faktual berdasarkan dokumen yang mengakui jawaban Ya-atau-Tidak - atau sebuah dokumen yang bermanfaat.”

‘Marilah kita publikasikan beberapa hal yang menyerukan pembaharuan’

Sementara kita memahami perlunya kerahasiaan dalam hal tertentu dalam kehidupan Gereja, tetapi Fessio juga percaya dan mengatakan bahwa kerahasiaan itu, dengan alasan apapun, adalah salah.

"Saya berpikir bahwa ada sebuah peran dalam kehidupan - dan di dalam Gereja – untuk melakukan  kerahasiaan, dan untuk menghormati privasi" katanya. “Pada saat yang sama saya pikir hal itu juga bisa disalahgunakan. Dan saya pikir hal itu sekarang telah dan sedang disalahgunakan dalam banyak kasus, ketika ada fakta-fakta memalukan yang disembunyikan hanya untuk mencegah orang-orang tertentu merasa malu.”

Pastor Fessio mengatakan bahwa sumpah rahasia kepausan dimana staf dan diplomat Vatikan, seperti Viganò, diharuskan untuk melakukannya, "mungkin hal itu tidak bermoral".

Mereka yang melakukan sumpah itu, berjanji bahwa mereka tidak akan melanggar kerahasiaan "bahkan untuk hal-hal yang paling mendesak dan paling serius, atau (bahkan) untuk kebaikan yang lebih besar."

“Saya menemukan beberapa pejabat Vatikan yang berbohong kepada saya,” kata Fessio mengungkapkan dan, sebagai contoh, dia mengutip kesepakatan sebuah buku kepausan yang serba salah dan tidak tentu maksudnya.

"Pejabat Vatikan itu memberi tahu Kardinal Schönborn, ‘Oh, saya harus berbohong kepada Pastor Fessio untuk melindungi reputasi Paus,’ “ demikian kata imam penerbit (pastor Fessio) itu. "Saya harus berbohong kepada pastor Fessio" - itulah mentalitas yang berlaku di sana."

"Saya pikir bahwa budaya kerahasiaan seperti itu harus dikurangi dengan berbagai cara," dia menyimpulkan.

"Informasi yang penting dan benar bagi umat beriman harus selalu tersedia."

Fessio mengatakan bahwa dokumen setebal 300 halaman yang diberikan kepada Paus Benediktus - yang merinci jaringan homoseksual dalam hierarki Gereja - harus ditinjau ulang oleh sebuah tim, dan bagian-bagian yang seharusnya diungkapkan kepada publik, harus diungkapkan.

Lebih dari itu, dia menunjukkan, Paus Fransiskus dipilih untuk menjadi seorang pembaharu dalam pemerintahan Vatikan.

"Salah satu alasan kami untuk memilih Paus Fransiskus adalah untuk mereformasi Kuria Romawi," kata Fessio. "Orang dari luar. Seseorang yang berbicara sederhana. Seseorang yang memeluk orang miskin dan setia di dalam hatinya. Semua hal yang baik. Nah, jika kita akan mereformasi Kuria, mari kita publikasikan segala hal yang menyuarakan reformasi.”

"Itulah yang saya yakini telah dilakukan oleh Viganò," katanya.

Imam penerbit itu, Fessio, tidak percaya bahwa pengungkap fakta Vatikan (Viganò) memiliki motif untuk kepentingan dirinya sendiri.

"Saya telah berbicara dengan orang-orang di Roma, teman-teman yang mengenalnya, dan mereka semua mengatakan hal yang sama: bahwa dia (Viganò) adalah orang yang baik, dia konservatif, dia orang yang berpikiran tradisional, dia berpikiran adil dan dia sangat dihormati di Vatikan selama bertahun-tahun,” kata Fessio.

"Pertanyaannya, apakah itu benar atau tidak benar," kata Fessio. “Dan ada orang-orang yang bisa menjawab pertanyaan itu. Ada dokumen di kedubes Vatikan di Washington DC dan di
Sekretariat Negara Vatikan. Marilah kita buat dokumennya saja, anda akan tahu!”

Fessio memperoleh gelar doktor dalam bidang teologi dari Universitas Regensburg, dan pembimbing tesisnya adalah Joseph Ratzinger - sekarang Paus Emeritus Benediktus XVI. Fessio mengatakan kepada CNN bahwa Benediktus XVI sendiri telah mengungkapkan pendapat-pendapatnya yang halus tentang krisis di dalam Gereja kontemporer. Misalnya, pujian Paus Emeritus itu kepada salah satu Kardinal Dubia adalah merupakan pesan ‘tersamar’.

Benediktus mengatakan bahwa almarhum Kardinal Meisner, kardinal pengusung dubia, pada akhir hidupnya, “…belajar untuk melepaskan segalanya dan hidup dari keyakinan yang mendalam bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan Gereja-Nya, terutama ketika bahtera (Gereja) telah kemasukan begitu banyak air dan telah hampir tenggelam."

"Benediktus punya selera humor yang sangat ringan, dan dia juga mengecilkan banyak hal," kata Fessio kepada CNN. "Dia tidak akan mengatakan, 'Gereja sedang berantakan di bawah pemerintahan Francis.' Tetapi dukungannya kepada Meisner adalah pesan tersamar bahwa dia menyadari apa yang sedang terjadi di dalam gereja saat ini."

Note: Follow LifeSite's new Catholic twitter account to stay up to date on all Church-related news. Click here: @LSNCatholic

ACTION PLAN BAGI UMAT AWAM DI SAAT YANG GELAP SEKARANG




ACTION PLAN BAGI UMAT AWAM DI SAAT YANG GELAP SEKARANG



Paus masih juga tidak bersedia memberikan jawaban bagi kita. Apakah kita benar-benar membutuhkannya pada titik ini?

Uskup-uskup yang telah dipromosikan oleh paus, ramai-ramai membela dia dan terus membelokkan perhatian publik dari dia dan kelompoknya. Dan apa yang kita lakukan sebagai umat yang setia kepada Kristus? Kita duduk, kita khawatir, kita merenung, kita berdoa.

Apa ini cukup?

Menghadapi hierarki yang menutupi diri mereka dan sekutu mereka di tengah skandal ini, serta para klerus yang lebih rendah tak memiliki kekuatan untuk melakukan perubahan dalam suasana kepausan saat ini, para pemimpin Gereja kita tetap bersikap statis. Tampaknya Gereja, seperti anggotanya yang awam, sebagai sebuah institusi (dengan sikap polos dan penuh rasa bersalah), hanya terhenti, sambil menunggu agar perubahan terjadi pada seorang paus yang tidak memberikan indikasi untuk melakukan perubahan dan reformasi, tidak ada indikasi untuk mengakui kesalahannya, tidak ada indikasi untuk mengundurkan diri.

Jangan lupa apa yang menyulut semua ini: pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur, remaja, dan orang dewasa, oleh para klerus dan terus menerus ditutup-tutupi dari tingkat terendah hingga tertinggi Gereja. Para korban ini menyerukan agar kita menghentikan sikap statis, bahkan ketika sudah jelas bahwa Francis dan kelompoknya tidak berniat untuk melakukan tindakan apapun demi kepentingan orang lain, kecuali demi kepentingan kelompok mereka sendiri.

Seruan untuk menegakkan keadilan dan tindakan demi kepentingan para kurban sangat keras. Kita semua telah mendengarnya.

Kita harus bertindak. Namun apa yang bisa kita lakukan sebagai umat awam?

Doa dan Silih

Sementara paus menyerukan keheningan dan doa, tetapi hal itu bukanlah apa yang ingin saya bicarakan di sini, juga bukan apa yang kita butuhkan saat ini.

Padre Pio berkata, “Doa adalah senjata terbaik yang kita miliki.” Ini adalah percakapan langsung kita dengan Tuhan. Ya, kita sudah berdoa untuk para korban. Tetapi penekanan pada penyatuan doa ke dalam kehidupan sehari-hari anda, seperti apa yang diajarkan oleh Benediktus Nursia, membuat segala sesuatu yang kita lakukan merupakan tindakan silih bagi orang yang dilecehkan dan menjadi korban. Mempersembahkan sedikit penderitaan harian, atau silih, adalah suatu bentuk doa. Tuhan kita Yesus Kristus menyatukan penderitaan kita secara kekal dengan penderitaan-Nya di kayu salib untuk keselamatan jiwa kita. Dengan berdoa dan mempersembahkan doa-doa kita sebagai silih, kita menyatukan penderitaan para korban dengan penderitaan kita yang lebih tingan, dan kita mempersembahkan semua itu kepada Yesus Kristus, dimana hanya Dia sendiri yang dapat menebus Gereja-Nya.

Tolaklah modernisme (sebanyak mungkin)

Saya mengusulkan tindakan ini dengan butiran garam, ketika saya menggunakan laptop saya untuk menulis ini. Kita semua tidak bisa menjadi rahib dalam sebuah biara yang tertutup, dan melepaskan semua kehidupan modern sepenuhnya. Tetapi apa yang bisa kita lakukan adalah menolak modernitas yang dipaksakan kepada kita oleh masyarakat sekuler. Ada perbedaan antara penggunaan telepon seluler (untuk perbandingan) dan membengkokkan ajaran moral Katolik sesuai dengan tuntutan sosial pada masalah penggunaan kontrasepsi, misalnya.

Menolak modernisme di sini tidak berarti diam-diam mengikuti ajaran Gereja dalam masalah itu. Sebaliknya, hal itu mengharuskan kita untuk secara aktif berpegang pada senjata kita dan berdiri membela sikap dan pendirian Gereja, tidak peduli meski para pemimpin merendahkan ajaran Gereja. Tetap menjadi suara Gereja Yesus Kristus meski masyarakat luas akan menyebut anda gila karena inilah yang dimaksud dengan kesucian.

Apa hubungannya dengan skandal yang terjadi ini? Di sebuah dunia di mana paus sedang menyakiti Gereja sejak jauh hari sebelum skandal saat ini muncul, di mana dia telah merongrong Gereja (dengan mempromosikan penerimaan Komuni Kudus secara sakrilegi oleh para pezina, misalnya), maka menjadi pembela iman dan doktrin adalah sangat penting bagi umat awam. Hal ini terutama benar mengingat terjadinya skandal ini: ketika kepemimpinan Gereja dituding sebagai pelaku ketidakadilan terhadap umat, maka Gereja akan menuntut munculnya para pembela iman yang teguh dan suci untuk maju ke depan.

Kembali kepada akar-akar kita

Ketika seorang anak terluka, tersakiti, takut, atau khawatir, ke mana dia pergi untuk mendapatkan kenyamanan? Kepada pelukan orang tuanya, tentu. Maka umat dalam Gereja perlu berlari kepada pelukan Bapa kita, Yesus Kristus, dan Ibu (Nya) kita, Perawan Maria Yang Terberkati. Kita harus kembali kepada akar-akar kita, asal kita - yaitu, Keluarga Kudus kita. Seperti dalam perumpamaan anak yang hilang, Yesus Kristus, berperan sebagai ayah, menyambut kita dengan tangan terbuka, siap dan bersedia untuk menghibur kesedihan dan luka-luka yang dialami oleh Gereja-Nya. Cara terbaik untuk mencari penghiburan dari Tuhan adalah dengan kembali kepada dasar-dasar iman kita. Menghadiri Misa harian secara teratur, melakukan adorasi Sakramen Mahakudus, dan secara teratur mengaku dosa kepada seorang bapa pengakuan dalam Sakramen Rekonsiliasi adalah cara luar biasa yang dapat kita manfaatkan untuk kembali kepada apa yang membuat kita menjadi Katolik - dan dengan demikian kita mencari penghiburan yang sangat kita butuhkan sebagai Gereja-Nya yang telah rusak, tetapi tidak sampai terpecah. Selain itu, menghadiri Misa Latin tradisional akan mengembalikan kita kepada akar-akar kita dengan membawa kita ke pada cara seperti yang dimaksudkan oleh para Bapa Gereja awali untuk merayakan liturgi kudus. Kitab Wahyu menggambarkan Perjamuan Anak Domba yang sangat mirip dengan cara Misa Latin tradisional dirayakan setiap hari Minggu. Kita dapat ikut ambil bagian aktif dalam Perjamuan ini, khususnya ketika menghadiri Misa Latin dari para leluhur (para Bapa Gereja) kita.

Berani berbicara

Terakhir, menjadi anggota Gereja yang aktif dan vokal dapat memperkuat pengantin perempuan Kristus yang lemah. Hal ini lebih dari sekedar menulis surat kepada uskup kita, memohon mereka untuk berbicara. Marilah kita merebut kembali tempat kita di dalam Gereja sebagai kekuatan pendorongnya. Hal ini dimulai dengan kegiatan sehari-hari yang tampaknya biasa-biasa saja, dimana kita dapat ambil bagian dalam paroki-paroki lokal kita. Jadilah pemimpin yang kuat di paroki anda. Terlibat dalam kegiatan Gereja. Bergabunglah dengan dewan dan komite di paroki anda dan di keuskupan anda. Jadilah dukungan yang dibutuhkan bagi para korban di komunitas kita sendiri.

Kekuatan Gereja kita secara keseluruhan dimulai dari diri anda. Hal itu dimulai di rumah.

Apa hubungannya semua ini dengan skandal yang kita hadapi sekarang? Paus Fransiskus memanggil kita sebagai umat Katolik untuk menuntun Gereja keluar dari skandal dimana dia sendiri tidak mau menghadapinya. Biarlah dia begitu. Tetapi, beginilah cara kita menuntun Gereja.

Meskipun tanggapan oleh kepemimpinan Gereja belum ada sampai sekarang, Paus Fransiskus dapat memperoleh apa yang dia minta. Dia memanggil kita untuk membawa skandal ini ke tangan kita sendiri. Melalui kelambanan dan sikap diamnya, dia mungkin secara tidak sengaja memprovokasi kita untuk melakukan hal ini. Manfaatkanlah sikap Paus Fransiskus untuk apa yang anda inginkan, karena umat beriman akan menjadi kekuatan yang dibutuhkan Gereja untuk mengatasi saat yang gelap ini. Lakukanlah inisiatif-inisiatif ini - doa yang sungguh-sungguh; keinginan untuk membela ajaran, tradisi, dan nilai-nilai luhur Gereja; dan memungkinkan diri kita untuk memimpin Gereja kita di tingkat lokal kita - mungkin hal ini tampak kecil, tetapi Tuhan menggerakkan gunung dengan tindakan kecil kita.

Bunda Teresa mengatakannya dengan luar biasa: “Tidak semua dari kita dapat melakukan hal-hal yang besar, tetapi kita dapat melakukan hal-hal kecil dengan kasih yang besar.” Itulah yang dibutuhkan Gereja kita sekarang. Itulah yang bisa kita lakukan.

Thursday, September 27, 2018

GURITA – MULAILAH MEMUTUS TENTAKEL-TENTAKELNYA





GURITA – MULAILAH MEMUTUS TENTAKEL-TENTAKELNYA


September 25, 2018 


Ketika uskup agung Viganò merilis kesaksian eksplosifnya bulan lalu - dan sekarang dia  bersembunyi karena takut akan keselamatan nyawanya - dia dengan tepat telah menggambarkan jaringan homoseksual di dalam Gereja sebagai gurita raksasa dengan tentakel di mana-mana untuk mencekik kehidupan Gereja.

Kata-katanya yang tepat menyatakan bahwa jaringan homoseksual "bertindak di bawah penyembunyian kerahasiaan dan tinggal bersama kekuatan tentakel-tentakel gurita, dan mencekik para korban yang tidak bersalah serta panggilan hidup imamat, dan ia sedang mencekik seluruh Gereja."

Tentakel-tentakel, adalah kata yang baik bagi uskup agung untuk digunakan, karena kata itu tepat menggambarkan aspek multi-dimensi untuk menggambarkan horor ini.

Salah satu bidang utama dari semua masalah ini adalah cara para pemuda direkrut dan ditangani oleh berbagai keuskupan di Amerika Serikat – dan dalam banyak kasus, budaya homoseksual sering telah mendominasi dan dalam beberapa kasus ia juga menjadi ancaman bagi panggilan kepada hidup bakti yang sebenarnya.

Untuk lebih memahami tentakel yang menjangkau ke berbagai keuskupan di Amerika Serikat dan kemudian kepada kehidupan seminari, perlu bagi kita untuk memahami berbagai bentuk yang dapat dilakukan.

Budaya homoseksual di dalam keuskupan - yaitu, para klerus yang bertindak sebagai mafia dalam melindungi satu sama lain dan kemudian mempromosikan laki-laki "gay" yang tepat kedalam  seminari, dapat terjadi dalam berbagai bentuk.

Pertama, bisa saja misalnya, di mana beberapa seminaris sendiri secara aktif berteman satu sama lain - terlepas dari pengetahuan atau dorongan dari keuskupan yang mensponsori mereka.

Kedua, bisa jadi di mana iklim keramahan-gay telah dipupuk oleh kepala diosesan bersama dengan beberapa klerus lainnya, termasuk seorang uskup, orang yang mungkin memiliki kebijaksanaan atau menentukan pembentukan calon imam di keuskupannya.

Ketiga, dapat ditemukan di beberapa fakultas atau staf seminari, yang memberikan semacam persetujuan diam-diam untuk melestarikan ‘subkultur gay.’ Lingkungan ini dapat sangat merugikan para seminaris yang non-gay, terutama ketika sifat atau kecenderungan gay yang jelas telah mendominasi rumah pembentukan imam-imam itu; atau yang keempat, kombinasi dari tiga poin pertama atau semua hal di atas.

Inilah bahayanya jika seorang imam homoseksual seperti Thomas Rosica, seorang pembicara yang ‘laris’ di banyak keuskupan dan seminari di AS, atau seorang pastor James Martin dibiarkan muncul dan memberikan ceramah kepada para imam dan seminaris diosesan di berbagai lembaga "Katolik".

Mereka tidak harus secara langsung mendorong kegiatan (dosa) tertentu, mereka hanya meruntuhkan katolisitas tradisional dengan cara-cara yang kecil dan halus dalam pembicaraan mereka, yang tentu saja hal ini membantu menyumbangkan pemikiran tentang apa yang disebut "keramahan gay". Mereka seharusnya tidak diijinkan berbicara kepada pikiran kaum muda.

Kemudian, ada contoh lain di mana ada orang yang terlibat dalam proses pembentukan kaum remaja putra yang dipanggil untuk memasuki ordo-ordo, ternyata orang itu adalah orang yang aktif gay dan terlibat dalam aktivitas seksual dengan beberapa seminaris yang, sebagian besar, adalah peserta yang memang bersedia.

Lalu ada beberapa kasus dimana beberapa imam berusaha memaksa para seminaris non-gay yang mereka anggap menarik dan ingin mendaftar di jajaran mereka. Para seminaris ini adalah korban-korban langsung, dan sering kali menerima perlakuan pelecehan fisik dan penyerangan, belum lagi pelecehan spiritual, kebingungan, dan potensi kehilangan semangat panggilan yang diberikan oleh Allah Yang Mahakuasa kepada mereka.

Kemudian ada juga kasus-kasus di mana suatu lingkungan di suatu keuskupan atau seminari yang begitu terang-terangan melaksanakan kegiatan homoseksual, sehingga para seminaris-seminaris gay disitu merasakan semacam ‘kebebasan penuh’ untuk melampiaskan gaya hidup gay mereka kepada para seminaris non-gay atau para pemuda polos yang menyadari sebuah panggilan suci kepada Gereja, dengan cara mengisolasi mereka di satu sisi, atau dalam beberapa kasus, bahkan mengejar mereka secara fisik.

Kemudian ada lagi sebuah jenis tentakel, tentakel gay dari keuskupan-ke-seminari yang sama sekali berbeda, yang pertama kali diungkapkan oleh Church Militant dalam laporan eksklusif kami bulan lalu tentang ‘pipa-penyalur’ dari Amerika Selatan yang menyalurkan para pria homoseksual ke keuskupan-keuskupan di AS dan kemudian ke seminari-seminari.

Yang kami tampilkan disitu berfokus pada penyelidikan yang mengungkapkan bahwa imam-imam homoseksual dan para direktur kehidupan-panggilan dari berbagai Keuskupan Pantai Timur Amerika Serikat, secara diam-diam mendaftarkan para pria gay dari Kolombia ke sejumlah seminari, termasuk Holy Apostles Seminary di Cornwall, Connecticut.

Kasus Ini muncul dalam sebuah penyelidikan Gereja pada tahun 2012, dan kita bisa mengatakan bahwa Seminari Holy Apostles segera membersihkan rumah mereka setelah kebusukan itu ditemukan. Apa yang ditemukan oleh penyelidikan itu adalah bahwa para pria muda ini adalah kaum gay aktiv dan dalam beberapa kasus mereka juga "dibuat prasmanan" di antara berbagai klerus diosesan.

Sekarang, untuk mulai memutuskan tentakel atau lengan gurita homoseksualitas yang mencekik Gereja itu, maka perlu bagi kita untuk mulai menyebutkan nama.

Jadi itulah yang akan mulai kita lakukan di sini.

Keuskupan agung Hartford di bawah pimpinan Uskup Agung Henry Mansell adalah peserta paling jahat dalam kejahatan ini.

Hari ini, Pastor James Shanley adalah vikaris episkopal Keuskupan Agung Hartford.
Para mantan seminaris disana telah menyatakan bahwa penyelidikan internal itu menunjuk langsung kepada pastor Shanley, antara lain, dan Church Militan akan mengungkapkan lebih banyak lagi tentang orang-orang ini dalam beberapa hari mendatang.

Pastor Shanley adalah "direktur (penasihat) rohani" bagi beberapa seminaris dari Keuskupan Agung Hartford yang kemudian dikeluarkan dari Seminari Holy Apostles karena terlibat dalam aktivitas homoseksual sebagai hasil dari penyelidikan tahun 2012. Para mantan seminaris sejak saat itu, tahun 2012, telah menyatakan bahwa pastor Shanley memiliki hubungan yang dekat dan intim dengan sejumlah seminaris dari Keuskupan Agung Hartford.

Dalam perannya, kata beberapa orang seminaris, pastor Shanley memiliki sejumlah hubungan homoseksual dengan berbagai imam diosesan (termasuk direktur-panggilan saat itu) dan seminaris dalam keuskupan agung Hartford dimana hal itu masih sedang berlangsung.

Para mantan seminaris mengatakan kepada Church Militant bahwa semua kasus ini ada dalam halaman-halaman dari laporan internal yang dibagikan kepada berbagai uskup.

Pastor Shanley juga mengetahui adanya hubungan homoseksual di antara para seminaris yang kemudian ditahbiskan sebagai imam untuk keuskupan agung Hartford.

Dalam apa yang disebut "arahan spiritual" bagi para seminaris, pastor Shanley selalu menyarankan agar orang itu berhati-hati dan menjaga tingkat kerahasiaan dari hubungan homoseksual mereka satu sama lain.

Pastor Shanley juga diketahui sering menghadiri "pesta seks" di mana para seminaris dan imam diosesan berkumpul bersama. Pesta sex ini sering dilakukan di berbagai properti yang dimiliki oleh Keuskupan Agung Hartford, dan para mantan seminaris memberi tahu kita bahwa semua ini, lagi-lagi, telah ada di dalam laporan tindak lanjut penyelidikan pada seminari Holy Apostles.

Sekarang, sekali lagi, berbagai otoritas Gereja - para uskup dan jajarannya - telah diberitahu akan kejahatan ini, dan sampai saat ini pastor Shanley adalah bagian dari jaringan homoseksual yang luas, yang memiliki akses tak terbatas ke lorong-lorong kekuasaan di dalam Gereja dan kepada orang-orang muda yang menyadari panggilan mereka kepada hidup bakti imamat.

Sebagai catatan terakhir, hanya beberapa minggu yang lalu, pastor Shanley menghadiri presentasi yang diberikan oleh pastor James Martin di Universitas St. Joseph di Connecticut di mana pastor Shanley memberikan tepuk tangan meriah setelah pidato oleh pastor James Martin.

Beginilah jaringan homoseksual di dalam Gereja bekerja – yang juga diungkapkan oleh uskup agung Viganò, yang saat ini sedang bersembunyi entah dimana. Mereka saling mempromosikan dan bertepuk tangan satu sama lain, mereka saling menutupi dan, selama mereka tidak menyentuh anak di bawah umur, mereka benar-benar tidak merasa bersalah dan tidak perlu bertanggung jawab.

Kebusukan ini harus dibasmi dan diseret ke dalam terangnya siang hari.

Berdoalah Rosario bagi Gereja, umat Katolik yang setia - setiap hari, dengan intensi khusus untuk pembebasan dan kemuliaan Bunda Gereja agar ia dibebaskan dari gurita ini.