Friday, March 30, 2018

TIGA ORANG USKUP SECARA TERBUKA MENEGUR...


TIGA ORANG USKUP SECARA TERBUKA MENEGUR USKUP-USKUP JERMAN YANG MENGANJURKAN DAN MENDORONG PEMBERIAN BERKAT KEPADA PASANGAN SEJENIS


Dari kiri ke kanan: Uskup Agung Charles Chaput dari Amerika Serikat, Uskup Emeritus Andreas Laundr dari Austria, dan Cardinal Paul Josef Cordes dari Jerman, ketiganya mengecam uskup-uskup Jerman yang menganjurkan pemberian berkat kepada pasangan sejenis.

Tiga orang uskup telah tampil di hadapan publik untuk membela ajaran dan sikap Gereja mengenai hubungan homosex, dan menyebut anjuran dari beberapa uskup Jerman untuk memberkati ‘perkawinan’ dari pasangan sejenis sebagai perbuatan sakrilegi dan bertentangan dengan kehendak Allah.

Uskup Agung Charles Chaput dari Amerika Serikat, Uskup Emeritus Andreas Laundr dari Austria, dan Cardinal Paul Josef Cordes dari Jerman, ketiganya mengecam uskup-uskup Jerman yang menganjurkan pemberian berkat kepada ‘pernikahan’ pasangan sejenis.

Patut diingat bahwa dalam sebuah wawancara radio 3 Februari 2018 lalu, Kardinal Jerman Reinhard Marx meminta Gereja untuk memberikan suatu bentuk berkat liturgi yang baru bagi pasangan sesama jenis. Kardinal Marx adalah salah satu uskup paling berpengaruh di bawah Paus Francis. Dia mengetuai sebuah dewan yang terdiri atas sembilan orang kardinal yang bertugas memberikan nasihat kepada Paus (Francis) untuk melakukan reformasi terhadap Gereja. Dia adalah presiden dari konferensi waligereja Jerman, dan ketua Konferensi Komisi Para Uskup Masyarakat Eropa.

Card.Marx mengatakan bahwa Gereja harus memberikan “perawatan pastoral yang lebih dekat” kepada kaum homoseksual, dan “mendorong para imam dan pekerja pastoral untuk memberi nasihat dan pendampingan kepada orang-orang yang berada dalam situasi konkret (baca: terlibat relasi homosex). Saya tidak melihat adanya masalah yang salah di sana (dalam relasi homosex).”

"Bagaimana hal ini akan dilakukan secara terbuka, dalam bentuk liturgis, ini adalah pertanyaan yang lain," katanya. "Disitulah seseorang harus bersikap diam dan merenungkannya dengan cara yang baik."

Ketika pewawancara bertanya apakah ini dapat melibatkan ‘berkat yang formal,’ kardinal Marx  mengatakan ‘YA.’

Pada bulan yang sama, wakil presiden konferensi waligereja Jerman, Uskup Franz-Josef Bode, memulai diskusi publik tentang ‘berkat-berkat semacam ini,’ dimana dia menggambarkan relasi homosex itu sebagai hal yang ‘positif dan baik.’

Pernyataan-pernyataan yang ‘berani’ memang membutuhkan tanggapan
Uskup Agung Charles J. Chaput dari Philadelphia telah menulis surat kepada para imam dan diaken di Keuskupan Agung Philadelphia, yang membahas kemungkinan mengadakan ritus pemberkatan bagi pasangan sesama jenis. Suratnya tertanggal  7 Februari 2018 telah diterbitkan di the Catholic News Agency (Kantor Berita Katolik setempat) dan media massa lainnya.

“Saya ingin mengingatkan kita semua bahwa dalam keadaan apa pun seorang imam atau diaken di keuskupan agung tidak boleh ikut serta, menyaksikan atau memimpin upacara perkawinan sipil yang melibatkan orang-orang berjenis kelamin sama, atau upacara keagamaan apa pun yang berusaha memberkati peristiwa semacam itu,” kata Uskup Agung Chaput menulis.

"Ini sama sekali bukanlah penolakan terhadap orang-orang yang mencari relasi atau pernikahan semacam itu, melainkan penolakan untuk mengabaikan apa yang kita ketahui benar tentang sifat perkawinan, keluarga, dan martabat seksualitas manusia," lanjutnya.

“Selama beberapa minggu terakhir, sejumlah suara dari para senior dalam kepemimpinan Gereja di Jerman telah menyarankan (atau menyiratkan) dukungan untuk mengesahkan pemberian berkat Katolik bagi pasangan sesama jenis yang menikah secara sipil atau mencari pernikahan sipil,”demikian Uskup Agung itu menulis. “Ketidak-cermatan dari pernyataan publik semacam itu adalah: ia menjadi penyebab dari keprihatinan yang serius. Hal tu sangat membutuhkan tanggapan karena apa yang terjadi dalam satu realitas lokal Gereja global pastilah bergema ke tempat-tempat lainnya — termasuk di sini.”

Masalahnya, katanya, adalah bahwa ‘ritus pemberkatan’ semacam itu akan termasuk dalam tindakan yang dilarang secara moral, tidak peduli betapapun tulusnya orang-orang yang mencari berkat itu."

“Ritual semacam itu akan merusak ajaran Katolik tentang sifat perkawinan dan keluarga. Hal itu akan membingungkan dan menyesatkan orang-orang yang tetap setia kepada ajaran Kristus yang asli. Dan hal itu akan melukai kesatuan Gereja kita, karena itu, maka ia tidak dapat diabaikan atau dihadapi dengan sikap diam,” tambahnya.

Untuk melembagakan sebuah berkat seperti itu “secara efektif akan mendorong para pelakunya kedalam keadaan itu — dalam hal ini, hubungan sesama jenis.”

“Tidak ada kasih, tidak ada kemurahan hati — tanpa kebenaran, sama seperti tidak ada belas kasihan nyata yang terpisah dari kerangka keadilan yang diajarkan dan dibimbing oleh kebenaran,” tulisnya. "Menciptakan kebingungan di sekitar kebenaran-kebenaran penting dari iman kita, tidak peduli berapapun positif niatnya, hal itu hanya membuat tugas yang sulit itu  menjadi semakin sulit."

"Celakalah kamu yang menyebut kejahatan itu baik, dan kebaikan itu jahat."
Uskup emeritus Andreas Laun telah menulis komentar yang keras di situs berita Katholik di Austria Kath.net tentang prakarsa-prakarsa episkopal yang baru ini, yang muncul keluar dari Jerman. Mengenai kemungkinan melembagakan suatu bentuk “berkat liturgis” bagi pasangan sejenis, Uskup Laun sangat tegas dalam tanggapannya:

Kardinal Marx dan Uskup Bode yang terhormat, hanya ada satu jawaban Katolik: Tidak! Dan  penambahan anda dengan kata-kata "dalam kasus-kasus pribadi" benar-benar tidak ada artinya, ia tak memiliki kekuatan argumentatif. Apa yang akan dikatakan oleh St Yohanes Pembaptis jika Herodes, yang mengambil istri saudara laki-lakinya untuk dirinya sendiri, menyebut kasusnya sebagai "kasus pribadi"?!

Gagasan untuk memberkati perilaku berdosa (kawin sejenis dan homosex) adalah apa yang Yesaya gambarkan dengan jelas, sebagai berikut: "Celakalah mereka yang menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat, yang mengubah kegelapan menjadi terang dan terang menjadi kegelapan, yang mengubah pahit menjadi manis, dan manis menjadi pahit.” (Yesaya 5:20)

Bukankah persis seperti ini yang dimaksudkan oleh Cardinal Marx - dan orang-orang lain yang berpikir seperti dia? … Yesaya mengatakan bahwa orang-orang semacam itu mendatangkan hukuman Tuhan bagi mereka, dengan tali gantungan yang besar!

Perbuatan sakrilegi dan naif yang amat mengerikan
“Inisiatif Kardinal Marx itu telah mengabaikan pewahyuan Tuhan yang sangat jelas,” demikian tulis Cardinal Cordes dalam komentarnya di situs web Katolik Austria kath.net. Dia menjelaskan bahwa “Gereja dalam pelayanan pastoralnya terikat pada Kitab Suci dan interpretasinya melalui Magisterium Gereja.”

Kardinal Cordes juga menyebut ide untuk memberkati pasangan homoseksual sebagai perbuatan "naif yang menakutkan." Dia mengatakan:
Siapa pun yang mau merenungkan hal ini sejenak, akan bisa menemukan maksud yang sebenarnya dari mereka yang terlibat. […] Dalam hal ini, orang-orang itu tidak ingin menerima pertolongan Tuhan bagi diri mereka, sebaliknya, mereka berniat, dengan permintaan mereka itu, mereka menginginkan pengakuan dan penerimaan cara hidup homoseksual mereka dan mengharapkan dukungan dari gereja.

Uskup Jerman itu menambahkan komentarnya: “Suatu berkat eklesial sebagai konfirmasi hubungan yang bertentangan dengan Kehendak Tuhan? Itu benar-benar sakrilegi. ”

Menurut Kardinal Cordes, disini jelas bahwa Kardinal Marx “telah salah dalam memahami ide perawatan pastoral sebagai bentuk penerimaan sentimental.” Dia melihat "versi baru dari etika situasional seperti itu" dan berkomentar dengan kalimat "Hal itu adalah bertentangan dengan Tuhan.”
(“Intrinsice malum - secara intrinsik jahat”) adalah selalu merupakan dosa. ”Dengan kalimat yang keras, Kardinal Cordes menyimpulkan komentarnya sebagai berikut:

Atau bagaimana dengan "dalam kasus-kasus pribadi": lebih banyak dukungan bagi kegiatan mafiosi? Menerima perawatan pastoral bagi dokter yang sengaja melakukan aborsi? Klerus mana yang akhirnya dengan sombong mengharapkan lebih banyak keselamatan dari belas kasihnya’ yang membingungkan daripada mendengarkan kehendak Tuhan? Hamba manakah yang tahu lebih baik daripada Tuannya? Bagaimanapun juga, pernyataan St. Augustine menunjukkan kelemahan-kelemahan kardinal Marx: “Kasihilah orang-orang yang berdosa; tetapi perangilah dengan keras kesalahan mereka! Tanpa kesombongan diri, milikilah kebenaran; Berjuanglah dengan lemah lembut dan kebaikan! ”(St. Agustinus dalam Contra litteras Petiliani, 1,31)




Silakan melihat artikel lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/

Monday, March 26, 2018

TED FLYNN – PERPECAHAN YANG SEMAKIN MELUAS...


TED FLYNN – PERPECAHAN YANG SEMAKIN MELUAS SEDANG TERJADI DI DALAM GEREJA KATOLIK
by TED FLYNN MARCH 22, 2018

G.K. Chesterton pernah berkata, “Kita tidak butuh sebuah agama yang hanya benar ketika kita bertindak benar. Apa yang kita butuhkan adalah sebuah agama yang tetap berjalan benar ketika kita bertindak salah.” (G.K. Chesterton adalah seorang ahli filsafat dan penulis rohani yang terkenal, 1874-1936)

Saat ini kita sedang menyaksikan sebuah perang, dalam skala penuh, atas arah yang sedang ditempuh oleh Gereja Katolik dan Apostolik Roma. Tarik ulur antara mereka yang terlibat dalam pertempuran ini sebenarnya telah berlangsung sejak zaman Reformasi dulu, dan selama berlangsungnya Konsili Vatikan II dan sesudahnya, hingga kini. Janganlah menutup mata tentang hal itu, tentang kenyataan yang ada di belakang layar, dan sering kali secara diam-diam, bahwa ada orang-orang tertentu yang ingin mengubah secara agresif apa yang telah diajarkan oleh Kristus dan Gereja-Nya selama 2.000 tahun ini.

Sekarang sudah berjalan lima tahun sejak 13 Maret 2013, ketika Paus Fransiskus mengambil posisinya sebagai Wakil Kristus di bumi, dan perubahan-perubahan yang dilakukan terhadap gereja, di bawah kepausannya, sangatlah dalam. Zaman Reformasi dulu telah menghasilkan perubahan yang tak terhitung banyaknya di dalam gereja dan dunia, dan beritanya berjalan lambat karena zaman itu, di mana peristiwa itu terjadi, berbeda dengan sekarang. Sejak Martin Luther menempelkan sembilan puluh lima tesisnya di sebuah pintu Gereja untuk dilihat oleh banyak orang pada tahun 1517, berbagai perubahan dari waktu ke waktu telah datang ke dalam  gereja, yang hanya dapat dibayangkan oleh beberapa orang saja. Dengan diadakannya Konsili Vatikan II dari tahun 1962-1965, kami melihat adanya penyimpangan dan pemisahan pemikiran lebih jauh dengan lahirnya Tatanan Baru dalam Misa (Novus Ordo) dan sebuah doktrin yang berbeda yang muncul dari inspirasi zaman-zaman sebelumnya.

Ada nuansa dan variasi pemikiran alami yang signifikan pada sekitar 1,3 miliar umat Katolik di dunia. Kita belum pernah menyaksikan perpecahan yang begitu hebat di antara umat beriman sejak Konsili Vatikan II. Umat saat ini menjadi kebingungan dan sulit untuk memahami semua ucapan yang keluar dari para pemimpin Gereja dan apa arti yang sebenarnya dari ucapan-ucapan itu. Baik zaman Reformasi maupun zaman Vatikan II tidak memiliki sarana media sosial, namun saat ini apa yang terjadi di Roma atau di Yerusalem hari ini dan saat ini dapat dilihat dan diketahui secara real time. Dengan jutaan jumlah blogger, situs web, dan wartawan, begitu banyak orang memiliki berbagai pendapat tentang segala hal. Seringkali terjadi lebih banyak panas ketimbang terang pada sebagian besar perbincangan yang terjadi di dalam gereja dan politik.

Sebagai hasil dari apa yang terjadi saat ini, orang-orang nampaknya jatuh ke dalam salah satu dari tiga kubu utama. Kelompok-kelompok ini telah muncul sejak asap putih menaiki cerobong di Kapel Sistina lima tahun yang lalu (konklaf):

Kelompok 1
Kelompok ini mengancam untuk meninggalkan gereja karena mereka menentang apa yang mereka anggap sebagai ajaran sesat oleh Paus Fransiskus. Mereka melihat adanya sejumlah orang homoseksual yang berada pada pos-pos penting (di mana sedikit sekali yang dilakukan untuk mengawasi orang-orang pembela homosex ini); orang-orang inilah yang mengarahkan perjalanan Sinode tentang keluarga (2014 & 2015), dan orang-orang ini jugalah yang menyusun bahasa ambigu dan membingungkan dalam Amoris Laetitia (The Joy of Love) yang banyak orang menganggap hal itu memang disengaja. Amoris Laetitia dirilis pada 19 Maret 2016 pada Hari Raya St. Yoseph yang merangkum dokumen dari dua Sinode, tentang kasih di dalam keluarga. Banyak orang dalam kelompok ini yang merasa skeptis sejak awal masa kepausan Francis dimana Sinode pertama (2004) telah dibajak oleh kontingen yang sangat liberal dari para Uskup dan Kardinal. Kelompok ini tidak yakin ke mana harus pergi saat ini dan mereka melihat lebih banyak ke arah Misa Latin Tradisional untuk kelangsungan peribadatan mereka atau mereka akan meninggalkan gereja saja secara langsung. Mereka telah membaca buku-buku The Dictator Pope, dan The Lost Shepherd, How the Pope is Misleading His Flock, serta tulisan-tulisan lain yang pada kenyatannya adalah benar.

Kelompok 2
Sekelompok umat beriman disini tetap berada di dalam gereja dan mereka mau menerima tulisan-tulisan Paus Fransiskus, yang terinspirasi dari Sinode yang lalu, meski nampaknya memiliki masalah dengan Amoris Laetitia. Mereka tidak berbicara menentangnya, dan mereka  menerimanya sebagai kebenaran, karena hal itu berasal dari kepausan. Mempertanyakan otentisitas kepausan tidak dapat diterima oleh kelompok ini.

Di sinilah adanya area yang kabur. Banyak umat Katolik dari kelompok ini memiliki untaian DNA yang datang sejak lahir untuk menghormati otoritas di Roma yang mereka anggap sebagai Injil. Apa yang Roma katakan, itulah yang Injil katakan. Banyak orang dalam kelompok ini yang tidak mau mempertanyakannya. Mereka adalah ibu-ibu yang bersikap ‘nrimo’, mungkin ada ayah atau ibu yang bekerja dalam dua pekerjaan atau banyak lembur untuk memenuhi kebutuhan rumah, berkurban demi cinta pada keluarga, serta orang tua yang benar-benar peduli dengan nilai raport anak-anak mereka dan menjaga anak-anaknya agar tidak bertengkar dengan anak-anak tetangga. Pulang dari kantor, mereka bertanya-tanya bagaimana mereka akan membayar tagihan dokter gigi. Orang tua melatih liga kecil sepak bola dan membawa gadis-gadisnya ikut les balet. Sering kali, menurut mereka, membaca dokumen-dokumen magisterial yang berisi masalah yang tidak dapat mereka kendalikan adalah di luar kemampuan emosional dan waktu mereka. Mereka mempercayai gereja begitu saja karena mereka telah diajari untuk mempercayai gereja begitu saja. Mereka berusaha untuk bertahan di tengah budaya yang sedang memburuk di depan mata mereka. Banyak umat yang termasuk dalam kelompok ini tidak dapat meceritakan kepada anda bahasa sulit yang ada di dalam ensiklik atau nama-nama hierarki gereja yang mempromosikan suatu agenda tertentu dengan cara apa pun. Mereka adalah para ibu dan ayah yang sibuk mengganti popok, belanja, menyiapkan makanan, dan mengajak anak-anak tidur tepat waktu di malam hari karena ini adalah tempat mereka dalam kehidupan. Seringkali orang-orang seperti ini menjadi garam dunia. Mereka selalu setia pada apa yang telah diajarkan pada mereka di masa lalu dan terkadang (bahkan sering) mereka tidak menyadari adanya agenda liberal tersembunyi yang terjadi di belakang layar yang ingin membawa gereja menuju arah yang baru. Kadang-kadang ada ketegangan yang cukup panas dengan orang-orang ini jika ada seseorang tidak setuju dengan mereka. Mereka mungkin melihat terjadinya kemurtadan iman di tengah-tengah kita, dan kemudian gereja diserang, tetapi mereka akan tetap mengikuti keputusan kepausan karena mereka tidak tahu ke mana harus berpaling.

Kelompok 3
Ini adalah kelompok yang terkecil. Kelompok ini menentang beberapa ajaran dari Paus Fransiskus sebagai ajaran yang sesat, seperti yang dilakukan kelompok 1, tetapi kelompok ini memutuskan untuk tetap tinggal di dalam Gereja, karena mereka percaya bahwa mereka berdiri di atas kebenaran magisterial yang telah bertahan melalui lebat dan tipisnya kabut asap yang menerjang selama berabad-abad ini, di mana gerbang neraka tidak akan pernah bisa mengubah arah kebenaran dalam jangka panjang. Kelompok ini menganggap kebingungan saat ini di dalam gereja hanyalah benturan lain dalam perjalanan panjang Gereja Katolik. Seringkali kelompok ini dianiaya dan dipinggirkan oleh kelompok 2 karena bersikap kritis terhadap Wakil Kristus. Lima kata dari "Who Am I to Judge" telah mengirim mereka melewati tapal batas kesabaran mereka di awal pemerintahan Francis.

Tak seorangpun sekarang ini yang kebal dari suasana kebingungan ini. Tanggal 7 April 2018 akan ada sebuah konferensi di Roma dengan para klerus yang akan menghadirinya, di luar kardinal-kardinal Dubia, untuk menangani berbagai masalah yang disebabkan oleh pernyataan-pernyataan dari Paus Fransiskus, dimana konferensi itu berjudul: Gereja Katolik: ke mana akan menuju?

Jawaban
Pada tahun 1830, Bunda Terberkati menampakkan diri kepada seorang novis muda di sebuah kapel, bernama Catherine Laboure di Rue du Bac, Paris. Antara 18 Juli dan Desember 1830, Suster Catherine menerima karunia yang luar biasa karena bisa berbicara dengan Bunda Terberkati dalam tiga kesempatan terpisah. Suatu ketika, Bunda Maria menunjuk ke altar, dimana tabernakel berada, dan berkata, “Datanglah menuju kaki altar ini. Di sini, rahmat akan melimpah kepada semua orang yang memintanya dengan penuh keyakinan dan semangat.” Bunda Maria mengatakan bahwa pesannya saat itu tidak didengarkan oleh manusia, seperti yang dimintanya. Kemudian Bunda Maria, seperti biasanya, selalu memberikan jawaban bagi umat manusia dan jawaban itu ada di dalam diri Putera-Nya.

Maka, pada tahun 1846, Bunda Maria menampakkan diri di sebuah dusun pertanian yang terisolasi kepada dua anak muda di pegunungan Prancis yang bernama LaSalette. Di sini Bunda Maria memberikan salah satu pesan paling keras dalam sejarah penampakan. Bunda Maria berkata, "…imam-imam, para pelayan Puteraku, para imam itu dengan melalui kehidupan jahat mereka, dengan melalui sikap tidak hormat mereka dan ketidaksopanan mereka dalam perayaan misteri-misteri suci, melalui cinta mereka terhadap uang, cinta mereka akan kehormatan dan kesenangan ... para imam telah menjadi sebuah tangki limbah ketidak-murnian… gereja akan berada dalam kekalahan… aku memberimu enam hari untuk bekerja; dan aku mencadangkan hari yang ketujuh untuk diriku, namun tidak ada orang yang mau memberikannya kepadaku. Inilah yang sangat membebani lengan Putraku dengan begitu besar... Roma akan menjadi tempat kedudukan anti-kristus.” Ini bukanlah pesan biasa. Pada tanggal 19 September 1851 Paus Pius IX secara resmi menyetujui diadakannya devosi publik dengan doa yang mengacu kepada pesan LaSalette sebagai "rahasia-rahasia." Pada tahun 1879, Paus Leo XIII memberikan Penobatan Kanonik kepada Basilika Bunda LaSalette.

Ada banyak lagi pesan-pesan otentik seperti ini selama seratus tahun terakhir, di mana dikatakan, "Setan akan mencapai bagian dalam dan puncak gereja, dan kemurtadan akan terjadi secara menyeluruh." Pertanyaan yang harus diajukan adalah: Apa sih sebenarnya Puncak dari gereja itu?

Pertempuran saat ini amat sengit dan kesejahteraan moral generasi masa mendatang dipertaruhkan. Itulah sebabnya kita harus fokus kepada salib dan buah dari Adorasi Ekaristi. Itulah obat Surga bagi segala penyakit manusia. Inilah saatnya untuk melipat-gandakan upaya kita dan masuk lebih jauh di dalam doa dan Adorasi.

Jesus, I Trust on You



Silakan melihat artikel lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/

Friday, March 23, 2018

SEORANG TEOLOG MORAL MENYAMPAIKAN SERUAN TERBUKA...


SEORANG TEOLOG MORAL MENYAMPAIKAN SERUAN TERBUKA KEPADA USKUP-USKUP DI DUNIA:



Seorang teolog moral, Dr. E. Christian Brugger, telah menulis "seruan terbuka" kepada semua uskup di dunia, memperingatkan bahwa hanya dengan campur tangan episkopal persaudaraan saat ini kita dapat berharap untuk bisa mencegah apa yang dia katakan sebagai bencana spiritual bagi Gereja Katolik, sebagai akibat dari Amoris Laetitia dari PF.

Dr. Brugger adalah seorang konsultan teologis untuk Konferensi Uskup (Wali Gereja) AS mengenai Doktrin di Amerika Serikat pada tahun 2016. Dia telah bertugas sebagai dekan Sekolah Filsafat dan Teologi di Universitas Notre Dame, Australia, dan Professor Teologi Moral di Seminari Teologi St. John Vianney di Denver. Dia adalah penulis The Indissolubility of Marriage dan Council of Trent (Catholic University of America Press, 2017). Dia adalah peneliti senior etika di Culture of Life Foundation di Washington, D.C.

Di bawah ini adalah artikelnya dan seruannya secara terbuka yang ditujukan kepada uskup-uskup di seluruh dunia.

***

Setelah bekerja selama lima tahun sebagai utusan kampus Katolik pada 1980-an, saya memutuskan untuk memulai studi pascasarjana dalam bidang teologi moral. Ini terjadi pada masa kejayaan proporsionalisme ketika para pendirinya masih memegang beberapa jabatan di bidang teologi moral Katolik yang paling berpengaruh di dunia: Richard McCormick di Universitas Notre Dame, Josef Fuchs di Universitas Gregorian di Roma, Louis Janssens di Universitas Louvain, dan Bernard Häring (emeritus) di Alphonsianum di Roma.

Dalam Veritatis Splendor, Yohanes Paulus II dengan tegas memperingatkan Gereja Katolik terhadap teori-teori moral mereka. Kepedulian utama paus (YP II) adalah bahwa di hadapan keadaan yang kompleks, maka aktivitas dari hati nurani dan gagasan bahwa hukum moral hanyalah sebuah cita-cita, banyak orang yang berakhir dengan membenarkan bentuk-bentuk perilaku yang telah lama dianggap bertentangan dengan hukum ilahi dan alam. (VS 56, 76, 103).
Kemudian 25 tahun kemudian muncul apa yang sekarang disebut “paradigma baru” yang lahir dari Amoris Laetitia. “Paradigma baru” ini mengusulkan bahwa dalam keadaan-keadaan yang kompleks, maka aktivitas hati nurani dan gagasan bahwa hukum moral hanyalah suatu cita-cita, maka beberapa umat Katolik tidak diharuskan untuk tunduk dan patuh pada tuntutan obyektif dan konkret dari hukum-hukum ilahi dan alam.

Setelah mempelajari secara mendalam bentuk baru dari penalaran moral ini, dan setelah saya  mendiskusikannya dengan para filsuf, teolog, kanonis, uskup dan kardinal, saya khawatir bahwa "paradigma baru" ini bertentangan dengan iman dan moral Katolik; bahwa ajarannya sangatlah berbahaya bagi jiwa; dan bahwa penyebarannya lebih lanjut akan sangat merusak moralitas Katolik.

Oleh karena itu, dengan menyadari bahwa setiap anggota umat beriman harus melakukan apa yang dia bisa untuk melestarikan dan mempromosikan deposit iman Kristiani (CIC 212), dan saya percaya bahwa Yesus ingin saya mengambil langkah ini, maka saya menyampaikan seruan ini kepada para uskup Katolik di dunia - dengan segala kerendahan hati, secara langsung, benar dan pasti – karena saya percaya bahwa hanya para uskup saja saat ini yang dapat mencegah bahaya yang lebih besar dan lebih jauh terhadap Tubuh Mistik Kristus serta misi apostoliknya, yang disebabkan oleh "paradigma baru" itu, jika kita melanjutkan perjalanan Gereja seperti yang terjadi sekarang.

Saya menyampaikan seruan ini dan mengharapkan tanggapan dari para uskup dunia, dengan pengantaraan bapa kita yang rendah hati, St Yosef, sebagai Pelindung Gereja Universal.

***

Para Uskup Agung, para Uskup dan para saudara di dalam Kristus,

Beberapa orang yang berpengaruh di dalam Gereja telah menggunakan "paradigma baru" untuk membenarkan bentuk-bentuk perilaku yang telah lama diakui sebagai bertentangan dengan ajaran-ajaran Hukum Ilahi dan Alam. Seperti yang saya tulis baru-baru ini:
“'Paradigma baru' itu - meskipun orang-orang iru tidak pernah secara eksplisit mengatakannya demikian – telah memungkinkan para imam dan uskup secara bersamaan untuk menegaskan bahwa mereka menerima ajaran moral Gereja yang baru dan memberi kebebasan kepada suara 'hati nurani individu' yang tidak hidup sejalan dengan ajaran Gereja untuk terus hidup dengan cara mereka sendiri, sambil mereka tetap berjalan mendekati Meja Perjamuan Tuhan (menerima Sakramen-sakramen)."

Kita bisa melihat hal ini di berbagai tempat di mana umat Katolik yang hidup dalam relasi yang secara objektif berdosa (homosex, kumpul kebo), mereka telah dibebaskan untuk kembali menerima Komuni Kudus tanpa niatan yang tulus untuk mengubah perilaku mereka. "Paradigma baru" ini secara efektif telah memberi ijin kepada perbuatan-perbuatan yang ditolak oleh Kristus dan St. Paulus dalam Perjanjian Baru dan oleh Gereja selama 20 abad ini. Di Jerman, Argentina, Malta, dan di tempat-tempat lain di dunia kita sekarang bisa melihat terjadinya "perceraian dan pernikahan kembali” serta "perzinahan yang dilakukan oleh umat Katolik."

Kecuali anda (para uskup) mau campur tangan untuk mencegah "paradigma baru" ini dibawa menuju ajaran moral Katolik yang lebih luas, maka logika dari paradigma baru itu pasti akan diterapkan juga bagi tindakan kontrasepsi (meskipun ajaran kuno Gereja Katolik mengenai kontrasepsi telah ditegaskan kembali dalam Gaudium et Spes dan Humanae Vitae), diterapkan juga bagi perilaku homoseksual (meskipun ajaran mengenai homosexual telah ditegaskan kembali dalam Persona Humana dan Katekismus Gereja Katolik), dan diterapkan juga bagi berbagai perilaku lainnya yang selama ini telah ditolak karena tidak sesuai dengan ajaran Kristus.

Dan para pembela dari “paradigma baru” itu akan berkata: “Semua yang kami lakukan adalah menerapkan ajaran Gereja dengan kepekaan pastoral yang lebih besar, dengan memberikan perhatian yang tinggi terhadap kompleksitas dari 'keadaan-keadaan' tertentu dan dengan lebih menghormati martabat dari ‘hati nurani’ manusia; tetapi doktrin moral yang bersifat abadi itu sendiri tidak dipertanyakan.”

Intervensi dari umat awam dan imam-imam yang setia adalah penting, tetapi hal ini tidak mungkin bisa mempengaruhi keputusan Paus. Hanya intervensi dari episkopal persaudaraan (uskup-uskup) saat ini yang dapat diharapkan untuk menghindari apa yang akan menjadi bencana spiritual bagi Gereja Katolik. Karena jika "paradigma baru" itu secara resmi diterapkan pada tindakan kontrasepsi, maka semua norma moralitas seksual Katolik akan runtuh seperti kartu domino. Kejahatan besar akan terjadi. Dan banyak jiwa-jiwa akan musnah. Tetapi Tuhan, tentu saja, akan mendatangkan kebaikan dari semua keadaan ini. Tetapi bukannya tanpa kerugian yang tak terkirakan besarnya.

Oleh karena itu, bagi semua uskup Katolik – di Timur dan di Barat - yang percaya bahwa "paradigma baru" ini adalah dan akan terus digunakan untuk membenarkan bentuk-bentuk perilaku yang secara tradisional dinilai bertentangan dengan hukum ilahi dan alam, maka saya dengan hormat meminta anda mempertimbangkan untuk mengambil tindakan dalam empat cara berikut:

1.      Untuk secara pribadi menulis kepada nubio apostolik di negara anda dan memintanya dengan hormat untuk memberitahukan kepada Bapa Suci kekhawatiran anda tentang "paradigma baru" ini, dan terutama mendesaknya agar tidak menerapkannya pada ajaran Humanae Vitae.
2.      Untuk secara pribadi menulis surat kepada PF, secara persaudaraan, mengungkapkan keprihatinan yang sama ini dan dengan hormat memintanya untuk mengajarkan secara jelas mengenai kebenaran-kebenaran moral dari iman Katolik, terutama pada hal-hal yang berkaitan dengan Ajaran ke 5 dan 6 dari 10  Perintah Allah (pembunuhan --- kontrasepsi, dan perzinahan), dan untuk memperbaiki kesalahan pastoral yang lahir dengan mendasarkan kepada ajaran-ajaran PF.
3.      Untuk secara resmi mengumumkan pada keuskupan anda serangkaian norma yang secara pastoral menangani isu-isu sensitif yang diangkat di dalam Amoris Laetitia (khususnya Bab 8), melalui norma-norma yang konsisten dengan ajaran-ajaran Yohanes Paulus II, Benediktus XVI dan tradisi moral dan pastoral Katolik.
4.      Untuk secara pribadi selalu berhubungan dengan para uskup yang sepemikiran dengan anda dan mempertimbangkan cara-cara yang konstruktif untuk menggunakan magisterium anda guna melaksanakan tugas-tugas episkopal seperti yang ditegaskan oleh Katekismus Gereja Katolik:

Perutusan Wewenang Mengajar berkaitan dengan sifat definitif perjanjian, yang Allah adakan di dalam Kristus dengan Umat-Nya. Wewenang Mengajar itu harus melindungi umat terhadap kekeliruan dan kelemahan iman dan menjamin baginya kemungkinan obyektif, untuk mengakui iman asli, bebas dari kekeliruan. Tugas pastoral Wewenang Mengajar ialah menjaga agar Umat Allah tetap bertahan dalam kebenaran yang membebaskan. (CCC890)

Ketika Anda membahas "paradigma baru" itu dalam korespondensi anda, anda dapat mempertimbangkan bentuk yang mirip dengan apa yang digunakan oleh John Paul II ketika membahas Proportionalisme di dalam Veritatis Splendor:
“Teori-teori semacam itu (dalam hal ini 'paradigma' itu) tidaklah setia kepada ajaran Gereja, ketika mereka percaya bahwa mereka dapat membenarkan, sebagai pilihan-pilihan perilaku yang secara moral baik dan disengaja atas perbuatan yang jelas bertentangan dengan perintah-perintah hukum ilahi dan alam. Maka (Paradigma-paradigma) ini tidak dapat mengklaim bahwa ia didasarkan pada tradisi moral Katolik ”(76).

Memang, akan mudah bagi anda (para Uskup) untuk mengatakan: "Saya telah melakukan semua yang saya bisa. Itu semua ada di tangan Tuhan. Kita harus puas untuk meninggalkannya di sana (di Tangan Tuhan).” Tetapi tolong diingat bahwa anda adalah tangan Yesus untuk mengatasi situasi yang sangat serius ini.

Saya bersedia membantu anda (para uskup) dengan cara apa pun yang saya bisa - dengan berbagai keprihatinan, pokok-pokok pembicaraan, pedoman keuskupan, dll. Janganlah ragu untuk menghubungi saya.

Salam hormat saya di dalam Yesus,

E. Christian Brugger D.Phil.
Moral Theologian
Jacksonville Beach, Florida
USA
ecb.assistance@gmail.com




Silakan melihat artikel lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/

Monday, March 12, 2018

PERSIAPAN UNTUK MEMBELA SAKRAMEN-SAKRAMEN KUDUS


PERSIAPAN UNTUK MEMBELA SAKRAMEN-SAKRAMEN KUDUS
(BAGI IMAM-IMAM, KAUM RELIGIUS DAN UMAT AWAM)
by Casey


Daftar berikut berisi 21 point persiapan yang direkomendasikan agar semua imam dan umat  awam mulai melakukan segera untuk membantu melindungi Sakramen-sakramen Kudus. Daftar ini diikuti oleh 32 buah doa (Perjuangan) sehingga para imam bisa mulai mendaraskannya setiap hari untuk membantu mereka mendapatkan kekuatan yang diperlukan untuk membela dan mempertahankan Sakramen-sakramen Kudus terhadap sementara unsur di dalam Gereja yang ingin membuat perubahan-perubahan di dalam Gereja. Hukum-hukum Tuhan TIDAK PERNAH berubah dan Ajaran-ajaran Yesus bersifat KEKAL dan TIDAK PERNAH dirubah atau dimodifikasi. Namun banyak orang di dalam Gereja yang belum menyadari bahwa perubahan terhadap Ajaran-ajaran-Nya sudah dimulai secara perlahan dan bahwa para pemimpin Gereja, dalam upaya untuk memodernisir Gereja dan untuk menerima semua orang untuk menerima Sakramen-sakramen, mereka benar-benar telah mewartakan "injil yang  baru", di mana Tuhan (menurut mereka) adalah "kasih dan kerahiman dan tidak akan pernah mengutuk siapapun ke dalam neraka" .... inilah sikap toleransi terhadap dosa. Secara khusus mereka menghindari penyebutan kata dosa agar tidak terkesan menakut-nakuti atau menyinggung perasaan orang lain ... Mereka tidak mau memperingatkan orang-orang tentang Penghakiman atau neraka, atau kebutuhan mutlak bagi setiap orang untuk menjauhi dosa-dosa mereka ... .. Malahan apa yang kita saksikan saat ini adalah munculnya sebuah "gereja baru" yang semakin berkembang. Satu gereja yang akan "menerima SEMUA orang". Bukan untuk "menghakimi manusia", melainkan menunjukkan kepada semua orang penerimaan penuh Gereja atas semua orang meski dalam keadaan berdosa TANPA ADA UPAYA NYATA untuk membimbing mereka keluar dari dosa mereka.

Inilah sebabnya mengapa kita saat ini melihat adanya gerakan menerima kaum homoseksual ke dalam Gereja TANPA membantu mereka untuk menjauhi dosa-dosa mereka. Inilah sebabnya mengapa kita melihat adanya kebingungan tentang apakah umat Katolik yang bercerai dan menikah lagi, mereka boleh menerima Sakramen-sakramen? Sebenarnya Ajaran-ajaran Gereja SUDAH JELAS mengenai masalah ini, dan Ajaran Gereja itu bersifat KEKAL, tidak bisa "diperbarui" untuk mengakomodir kepentingan manusia di abad 21 ini, justru Ajaran-ajaran itu haruslah diwartakan dan dipertahankan sampai kedatangan Tuhan kembali. Tetapi para pemimpin Gereja tidak ingin mendidik orang-orang dengan benar tentang apa yang diajarkan oleh Gereja mengenai hal ini, namun mereka justru mengesampingkan Ajaran-ajaran ini dengan alasan supaya “tidak menyinggung perasaan" orang lain.

Yesus telah memperingatkan kita tentang neraka dan penghakiman dan agar kita mengoreksi diri kita sendiri dan untuk membantu kita semua mencari pertobatan atas dosa-dosa kita, bukan? Jadi mengapa pemimpin Gereja Katolik saat ini tidak mengikuti jejak-jejak-Nya? Apakah tidak ada pastor-pastor yang baik di dalam Gereja saat ini yang merasa prihatin bahwa Gereja sedang "diperbarui" dan "dimodernkan"? Apakah Tradisi bukan merupakan salah satu Pilar Gereja Katolik? Apakah hal itu tidak terkikis untuk membuka jalan bagi "GEREJA BARU"?

Bagi mereka yang tidak mau mencari pertobatan atas dosa-dosanya, mereka ditakdirkan untuk menjadi kambing, yaitu orang-orang yang dicampakkan ke dalam neraka. Jika kita mau menerima Yesus maka kita harus menerima kenyataan bahwa kita semua adalah orang berdosa dan kita harus mengikuti perintah Yesus tentang bagaimana membersihkan diri dari dosa-dosa kita. Dengan berbuat demikian kita bisa menjadi kawanan domba-Nya, bukankah seperti ini aturannya? Semua orang di dunia memiliki kemampuan untuk beralih dari kambing menjadi domba bagi Tuhan. Gereja telah memiliki Ajaran-ajaran tentang bagaimana orang bisa datang ke Gereja dan menerima Sakramen-sakramen Kudus.

Proses ini TIDAK DAPAT DITEMPUH MELALUI JALAN PINTAS. Namun, kepemimpinan Gereja saat ini banyak berbicara tentang bagaimana "menerima" semua orang dan tidak usah memberikan penilaian terhadap mereka. Tetapi bagaimana pun juga jika mereka tidak berniat untuk meninggalkan dosa-dosa mereka, maka mereka akan tetap menjadi kambing. Oleh karena itu, kambing-kambing itu selayaknya diajak untuk merumput bersama dengan Domba di padang gembalaan Tuhan. Seorang imam yang taat kepada Tuhan akan menyadari bahwa kambing tidak semestinya diberi makan dengan makanan domba. Ekaristi Kudus adalah makanan hanya untuk domba, bukan untuk kambing, bukankah ini benar?

Semoga Tuhan melindungi imam-imam kita yang baik, benar dan setia kepada ajaran-ajaran Yesus, yang mengajarkan Kebenaran dan yang tidak akan mau menerima perubahan-perubahan  pada Ajaran-ajaran Kudus Gereja atau aturan dimana Sakramen Kudus dimaksudkan untuk diberikan kepada domba-domba Allah. Dan semoga Tuhan kita membuka mata imam-imam yang baik dan benar ini terhadap kenyataan bahwa saat ini kambing-kambing itu diundang untuk menerima Makanan dari domba-domba, tanpa keharusan untuk menyesali dosa-dosa mereka. Amin.

BERIKUT INI ADA 21 POINT YANG PERLU DIPERHATIKAN:

1.      Sakramen-sakramen Pengakuan Dosa, Pembaptisan, Perkawinan dan Ekaristi Kudus haruslah dipertahankan.
2.      Imam-imam yang tetap setia kepada Ajaran-ajaran Yesus Kristus perlu mencari tempat-tempat dimana mereka bisa melaksanakan Misa Kudus, memberikan Sakramen-sakramen kepada anak-anak Allah.
3.      Agar memiliki persediaan Hosti Kudus.
4.      Agar memiliki perlengkapan pakaian untuk merayakan Misa Kudus, Kitab Suci, peralatan Misa, serta Salib-salib.
5.      Memiliki salib-salib tradisional (yang memiliki Corpus).
6.      Sering memerciki rumah dengan air suci, memakai Salib Benediktus, dan selalu membawa Rosario Kudus.
7.      Menaruh Meterai Allah Yang Hidup pada dinding rumah, agar mereka tak terlihat oleh musuh-musuh Allah.
8.      Mempersiapkan lilin terberkati serta suplai air dan makanan yang cukup untuk dikonsumsi hingga beberapa minggu ke depan.
9.      Bunda Maria: Bagi imam-imam di dalam Gereja Katolik, aku memintamu untuk selalu membawa Rosario Kudusku dan Salib Benediktus setiap saat. Hendaknya kamu mendaraskan doa Rosario setiap hari dan memperhatikan mereka yang berada di jajaran atas dari Gereja Katolik untuk melihat siapa yang mendaraskan doa Rosarioku secara terbuka. 
10.  Yesus Kristus: Hendaknya kamu menaruh seluruh kepercayaanmu kepada-Ku.
11.  Bagi mereka yang tak memiliki kekuatan untuk berjuang selama pemerintahan antikris serta nabi palsu nanti, berlututlah sekarang dan mintalah agar Aku menolongmu.
12.  Mulailah merencanakan simpanan bahan makanan, selimut, lilin, air, sekarang, jika kamu ingin menghindari tanda dari binatang itu.
13.  Belilah kompor gas, selimut, makanan kaleng dan kering, tablet untuk memurnikan air, lilin, bersama dengan gambar atau patung-patung religius, untuk mempertahankan kamu dan keluargamu selama saat Pemurnian Besar itu nanti, yang akan terjadi setelah peristiwa Peringatan.
14.  Nasihat bagi para hamba Gereja (imam-imam) --- Bagi hamba-hamba kudus-Ku, inilah yang harus Kusampaikan kepadamu. Pusatkanlah perhatianmu kepada-Ku sekarang dan berdoalah kepada Roh Kudus untuk mempertahankan kewaspadaanmu, agar kamu bisa mengenali nabi palsu itu segera setelah dia menampilkan dirinya di tengah-tengahmu. Kemudian, hendaknya kamu berkumpul di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa anak-anak-Ku tetap bisa menerima Ekaristi Kudus selama saat penganiayaan itu.
15.  Perubahan pada doa Credo - "Puteri-Ku yang terkasih, waktunya akan tiba ketika Doa Credo, yang mengakui siapa Diri-Ku sebenarnya, akan dirubah untuk menghormati allah-allah palsu. Ketika satu agama tunggal dunia itu diperkenalkan, hal itu akan dilakukan secara hati-hati, agar tidak memberi kesan bahwa Aku, Bapa yang Kekal, tidak lagi dihormati. Jika Aku tidak dihormati maka doa yang baru ini akan menjadi sebuah kekejian dan janganlah doa itu didaraskan, jika anak-anak-Ku ingin tetap tinggal bersama Aku dan yang menginginkan kehidupan kekal. Lebih baik jika kamu tetap diam daripada kamu mengucapkan satu kata penghujatan, yang akan diperkenalkan kepada semua gereja dimana-mana yang masih menghormati Aku, Bapamu, dan yang masih menerima Putera-Ku, Yesus Kristus, sebagai Juru Selamatmu. Kalimat-kalimat yang memuliakan Nama-Ku dan Nama Putra-Ku, akan dipelintir, dan pernyataan-pernyataan yang merujuk kepada Putera-Ku akan mencakup istilah-istilah seperti "Yesus dari Terang." Doa baru ini akan memberi penekanan kepada superioritas atau kehebatanunggulan manusia, tanggung jawabnya untuk menjamin kesejahteraan sesamanya dan untuk menyambut semua agama (sebagai sebuah agama tunggal dunia) untuk menghormati Tuhan."
16.  Hari itu masih belum tiba, tapi ketika kamu diminta oleh orang-orang yang berada di dalam jajaran tertinggi Gereja untuk menyingkirkan Ekaristi Kudus, maka kamu akan tahu bahwa kamu sedang menghadapi realita. Bila kamu diminta untuk menerima doktrin-doktrin tertentu, sebelum hari itu tiba, yang akan kau ketahui di dalam hatimu bahwa hal itu tidak akan pernah bisa dimaafkan olehKu, maka kamu akan menyadari kenyataan mengerikan dari kehancuran itu, yang dihadapi oleh Gereja. Hanya mereka yang pemberani di antara kamu yang akan membela Kebenaran saat mereka berusaha membuat kamu mau menerima kebohongan berhala itu, yang akan tetap setia kepada-Ku. Kamu akan terus memberikan Sakramen-sakramen Pembaptisan, Komuni Kudus, Pengakuan Dosa, Penguatan, Perkawinan dan Perminyakan. Sisa hamba-hamba kudus-Ku akan menandatangani ikrar kesetiaan kepada agama tunggal dunia yang baru itu. Setelah itulah kamu akan terbelah menjadi dua kelompok – yaitu mereka yang masih mengikuti Kebenaran dan mereka yang mau menerima hukum-hukum yang hanya bertujuan satu saja: penyembahan terhadap allah-allah palsu dan persetujuan atas perbuatan dosa.
17.  Janganlah menerima penjelasan-penjelasan teologis yang baru, seperti misalnya Siapakah Diri-Ku ini sebenarnya, apa yang Kulakukan terhadap umat manusia, atau bagaimana Aku akan datang kembali untuk merebut semua anak-anak-Ku, yang menerima Kerahiman-Ku. Percayalah saja kepada Sabda Kudus-Ku yang diberikan kepadamu melalui para rasul-Ku dan yang ada di dalam Kitab Suci. Segala sesuatu yang berbeda dengan Sakramen-sakramen Kudus atau dengan apa yang telah dikatakan kepadamu sebelumnya tentang perlunya penebusan, janganlah kamu menerimanya. 
18.  Ketahuilah hal ini. Jika kamu menerima bahwa semua agama haruslah diterima sebagai satu agama tunggal dunia, sehingga kamu harus mengalah demi menghormati kepercayaan-kepercayaaan itu, yang tidak mau mengakui Anak manusia, maka kamu telah melakukan dosa yang mengerikan. Karena kamu telah menyangkal Aku.
19.  Banyak kardinal-kardinal, uskup-uskup, imam-imam, para biarawati dan umat awam, akan di-exkomunikasi, jika mereka tidak mau mengikuti aturan-aturan yang baru itu atau menyembah nabi palsu itu. Pada tahap ini kamu harus segera mencari tempat pengungsian, yang telah dibuat, agar kamu bisa tetap menyembah Putera-Ku, Yesus Kristus, dengan aman. Imam-imam hendaklah terus memberikan Sakramen-sakramen dan mencukupi anak-anak-Ku dengan Ekaristi Kudus.
20.  Janganlah kamu percaya atau menerima bahwa Dia (Yesus Kristus) akan memberkati doktrin yang baru, yang tidak pernah diberikan oleh-Nya kepada dunia ketika Dia berjalan di dunia dulu.
21.  Mereka yang menipu kamu, dalam Nama-Ku, akan meyakinkan para pengikut-Ku untuk menyelaraskan Hukum-hukum Gereja-Ku dengan cara mengadakan sebuah jajak pendapat. Semua orang akan diminta untuk mendukung praktek-praktek baru yang akan berujung pada dua hal. Yang pertama, menghilangkan Kehadiran-Ku di dalam Ekaristi Kudus. Kedua, mendukung perbuatan dosa, dengan cara mendorong orang-orang untuk memperlihatkan rasa simpati kepada hak-hak azasi orang-orang yang tidak percaya kepada Yesus Kristus. Jajak pendapat ini adalah sebuah kepalsuan dan kebohongan yang dihadirkan sebagai Kebenaran. Ketika agama tunggal dunia itu nanti diperkenalkan, maka Gereja-Ku di dunia, Gereja yang benar dan sejati harus bersembunyi, agar bisa tetap menghormati dan menyembah Aku.

 

 

32 DOA UNTUK MENGUATKAN IMAM-IMAM DALAM MEMBELA SAKRAMEN-SAKRAMEN KUDUS DAN GEREJA (Diambil dari pesan-pesan MDM)

 

Humble Servant’s Opening Prayer – (Pesan MDM 9/24/13 – 06:00 pm)
 “Yesus ampunilah aku, karena aku telah berdosa.”

Prayer to be able to see that these Messages are of Divine Origin – (8/15/11 – 12:05 am)
“Yesus, jika Engkau berkenan, limpahilah jiwaku dengan tanda kasihMu agar aku bisa mengenali Engkau yang sebenarnya. Jangan biarkan aku tertipu oleh kebohongan. Tunjukkanlah kepadaku kerahimanMu dengan cara membuka mataku terhadap kebenaran dan jalan menuju SurgaMu yang baru diatas bumi”.

Prayer to Jesus to save you at the Second Coming – (6/13/14 – 10:20 pm)
“Yesus, tolonglah aku. Yesus, ampunilah aku atas dosa-dosaku.”

Prayer for the gift of enlightenment – (11/3/11 – 09:00 pm)
“Oh Yesus, selimutilah aku dengan DarahMu yang amat berharga dan penuhilah aku dengan Roh Kudus sehingga aku bisa membedakan apakah kalimat ini berasal dariMu. Rendahkanlah aku didalam rohku. Terimalah permohonanku ini dengan kerahimanMu dan bukalah hatiku terhadap kebenaran”.

Prayer for the graces of wisdom, calm and discernment – (3/20/12 – 09:20 pm)
Oh Yesus, tolonglah aku untuk bisa melihat kebenaran dari Sabda KudusMu setiap saat
dan tetap setia kepada ajaran-ajaranMu betapapun besarnya aku dipaksa untuk menolak Engkau.

Crusade Prayer (114) For Priests to receive the Gift of Truth:

Prayer to withstand the abomination which is on the way – (10/28/11 – 10:40 pm)
Oh Yesusku yang terkasih, aku memohon perlindunganMu dan belas kasihMu untuk menyelamatkan para saudaraku didalam GerejaMu agar tidak menjadi kurban dari antikris. Berilah aku rahmat dan lindungilah aku dengan kekuatanMu agar bisa bertahan menghadapi segala kejahatan terhadap Nama KudusMu. Aku mohon belas kasihMu dan aku berjanji untuk tetap setia kepada Nama Kudusmu selamanya.

Crusade Prayer (170) -I give you now, the final Crusade Prayer  - October 8th, 2014 @ 21:10

Crusade Prayer (170) To uphold the Holy Word of God.

Crusade Prayer (57) Prayer for the Clergy – Jesus, let me hear Your call:

Crusade Prayer (110) For Priests to remain true to Your Holy Word:

Crusade Prayer (70) Prayer for Clergy to remain firm and true to the Holy Word of God:

Crusade Prayer (56) For Priests seeking Protection for the Holy Eucharist:

Crusade Prayer (12) Prayer to avoid the Sin of Pride:

Litany Prayer (6) Gift of Graces:

Crusade Prayer (51) For the Gift of the Holy Spirit:

Crusade Prayer (22) Catholic Priests to uphold the Teachings of the Church:

Litany Prayer (1) Protection against the false prophet:

Crusade Prayer (33) To acknowledge My Seal and accept it with love, joy and gratitude:

Crusade Prayer (40) Prayer for the Clergy for preparing souls for the Second Coming:

Crusade Prayer (44) Strength to defend my faith against the false prophet:

Crusade (53) Prayer for the Catholic Church:

Crusade Prayer (74) For Gift of Discernment:

Crusade Prayer (66) For Clergy: Help me to remain true to Your Most Holy Word:
(Janganlah takut, para hamba kudusKu, perpecahan itu telah dinubuatkan dan ia harus terjadi di saat pertempuran akhir ini untuk merebut jiwa-jiwa. Aku mengasihi kamu dan Aku akan ada bersamamu sekarang ketika kamu berjalan bersama-Ku di jalan yang penuh duri menuju Kalvari, agar Keselamatan itu bisa diperoleh sekali lagi bagi seluruh jiwa-jiwa. Yesusmu yang mengasihi)

Crusade Prayer (123) Gift of free will to God:

Crusade Prayer (140) Protection of Hierarchy of Angels:

Crusade Prayer (135) To defend the Truth:

Crusade Prayer (146) Protection against deception

Crusade Prayer (158) Protect me from the one world religion – (6/28/14 @ 15:03)
(Untuk memastikan bahwa kamu tetap kuat, berani, tenang, dan damai, saat menerima Salib Puteraku di pundakmu, hendaknya kamu mendaraskan doa perjuangan ini. Bagi banyak dari kamu yang sulit untuk menerima kenyataan bahwa semua hal yang buruk ini akan terjadi, akan tiba saatnya dimana kamu akan mendaraskan Doa Perjuangan 158 ini, tiga kali sehari, sebab tekanan-tekanan yang akan dikenakan kepadamu untuk menyangkal Puteraku akan luar biasa besarnya.)  

Crusade Prayer (163) Rescue me from persecution

Crusade Prayer (160) Help me to love You more
(Agar tetap setia kepada Yesus Kristus, hendaknya kamu mengasihi-Nya tanpa syarat. Bisa mengasihi Dia dengan sungguh adalah sebuah berkat yang besar dan juga karunia dari Allah. Bagi mereka yang kasihnya kepada Puteraku semakin lemah, aku memintamu untuk mendaraskan Doa Perjuangan 160 ini.)

Jika kamu mendapati dirimu menjadi sasaran pelecehan hingga terasa sangat berat, daraskanlah doa singkat ini (MDM, 3/16/13, jam 12:40)
“Aku merasakan sakit ini bersama-Mu, Yesus yang terkasih, dan aku mohon agar Engkau memberkati para musuhku dan mereka yang menganiaya Engkau dengan Karunia Roh Kudus. Amin.”

Recommended Daily Prayer: (Doa St.Michael)
St.Michael, Malaikat Agung, belalah kami pada hari pertempuran ini. Jadilah pelindung kami melawan kejahatan dan jebakan dari si jahat. Dengan rendah hati kami mohon, kiranya Allah menghardiknya, dan semoga engkau, hai panglima pasukan Surgawi, dengan kuasa Allah, mencampakkan kedalam neraka setan dan semua roh jahat lainnya, yang berkeliaran di dunia, yang hendak membinasakan jiwa-jiwa. Amin.

******

Marilah kita berdoa bagi para pejabat Gereja Katolik di seluruh dunia, para imam, uskup, kardinal hingga paus, agar mereka lebih mementingkan dan mematuhi ajaran Kristus daripada kepentingan kaum homosex, LGBT, para predator anak, orang-orang yang tingkah lakunya tidak sesuai dengan ajaran-ajaran Kristus yang bersifat kekal. Semoga Tuhan selalu membimbing para klerus dalam menghadapi serangan gencar dari musuh-musuh Gereja saat ini. 



Silakan melihat artikel lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/