Thursday, February 28, 2019

Bayside - MENGAPA SAMPAI ADA BEGITU BANYAK ORANG-ORANG TAK BERIMAN...


These Last Days News - February 26, 2019

MENGAPA SAMPAI ADA BEGITU BANYAK ORANG-ORANG TAK BERIMAN, ORANG-ORANG SESAT, PREDATOR ANAK, SERTA PARA PELAKU PENYIMPANGAN SEXUAL DAPAT MENJADI IMAM ?
RAHASIA FATIMA KETIGA MEMILIKI JAWABNYA                              



TLDM staff reported on February 26, 2019:


Pada tahun 2002, Uskup Bruskewitz mengecam sesama uskup yang pengecut dengan mengatakan, "Bangku para uskup yang malang ini", ketika mereka tidak memiliki kaidah moral di masa itu untuk membuka wabah penyakit homoseksual di kalangan klerus.

Dengan berbekal pernyataan Uskup Bruskewitz dalam pikiran kita, kita menuju ke KTT pelecehan seksual 2019 di Vatikan, dengan seorang pengguna twitter bertanya:

"Apa yang diperjuangkan oleh umat Katolik yang biasa-biasa saja untuk bisa memahami keadaan saat ini adalah mengapa sampai ada begitu banyak kejahatan masuk ke dalam Gereja? Bagaimana bisa ada begitu banyak orang yang tak beriman, tidak bertuhan, sesat, predator anak, dan penyimpangan seksual, bisa menjadi imam? Bagaimana bisa, banyak di antara orang-orang yang sama itu bisa menjadi uskup dan bahkan menjadi para Kardinal?"

Itulah pertanyaannya.

Dan Rahasia Ketiga Fatima yang asli memiliki jawabannya



 Rahasia Ketiga yang asli telah memperingatkan adanya konspirasi, infiltrasi, bahwa setan akan bergerak melawan Gereja Katolik, dan khususnya, melawan Vatikan sendiri.

Rahasia Ketiga adalah peringatan dari Surga bagi kita tentang adanya serangan hebat yang akan datang, dan itulah sebabnya Bunda Fatima memerintahkan agar rahasia itu diungkap, paling lambat tahun 1960, karena peringatan-peringatannya akan mulai terlihat dan nyata oleh semua orang setelah tanggal itu: perbuatan yang meragukan yang dilakukan oleh banyak anggota dalam hierarki, perubahan di dalam Gereja, perubahan bahasa teologis, mengikuti kepercayaan dan praktik sesat, orientasi duniawi yang baru dari Gereja, skandal dan kekejian yang akan menunjukkan dirinya, eksodus massal umat Katolik keluar Gereja, dan kemurtadan di dalam Gereja. Semua ini adalah tanda-tanda nyata dari apa yang diperingatkan dalam Rahasia Ketiga kepada kita: bahwa akan ada penyusupan setan pada tingkatan tertinggi dari Gereja Katolik.

Seandainya Rahasia Ketiga diungkapkan pada tahun 1960, maka rencana setan akan terbuka dan hierarki serta umat beriman akan memiliki kesempatan dan bimbingan untuk menangkal para penyusup di dalam Gereja itu, dan untuk menentang perubahan dan praktik jahat ini.

Kanker di dalam Gereja akan sudah diketahui sejak tahun 1960.

Tetapi hal tersebut tidak terjadi.

Rahasia Ketiga tidak dibuka pada tahun 1960 tetapi ia justru dibungkam dan sebuah pesan palsu disuguhkan sebagai gantinya, sebagaimana dikatakan oleh seorang ahli tulisan tangan forensik serta banyaknya  perbedaan dalam surat palsu yang dirilis kepada publik. Namun bukti ini diabaikan, bahkan oleh umat Katolik yang setia dan tradisional.

Sebagai hasil dari Rahasia Ketiga yang tidak diungkapkan, maka infiltrasi setan diizinkan untuk bercokol dan meledak ke dalam Gereja. Revolusi setan berhasil dan hampir 60 tahun kemudian, Gereja telah dirusakkan dari seluruh bekas-bekas kejayaannya, dan banyak sekali jiwa telah hilang bersamanya.

Apa yang terjadi selanjutnya?



Gereja akan dikembalikan kepada kejayaannya semula, tetapi hal itu terjadi setelah Pemurnian Besar yang akan terjadi dalam dua bagian:  Perang Dunia III dan komet, yang juga disebut sebagai  Bola Penebusan . Sebelum ini, Peringatan Besar yang penuh belas kasih akan diberikan kepada dunia. Seperti inilah jalan yang dipilih oleh hierarki Gereja Katolik dan umat beriman Katolik. Kita semua tidak mau mendengarkan Bunda Maria di Fatima (lebih tepatnya, pesan ketiga itu dibungkam atau dianggap tidak penting). Dan kita juga tidak mau mendengar pesan yang diberikan di Bayside:

"Manusia telah memegang neracanya sendiri, manusia telah diberi kehendak bebas untuk menentukan kejatuhannya sendiri, atau pemulihan suatu bangsa kepada kejayaannya semula di bawah Allah. Seperti tikus, musuh-musuh Allahmu telah menggerogoti dasar-dasar Iman. Tetapi dalam waktu singkat mereka akan dihancurkan, dan sebuah Rumah yang baru akan bangkit, sebuah Gereja yang lebih kuat di dalam iman dan kesucian dan kekudusan. Tetapi anak-anak-Ku, hal ini tidak dapat terjadi sampai sebuah Pemurnian Besar ditimpakan kepada umat manusia." (Jesus, Bayside, June 18, 1981, listen

Tanggapan Amerika Serikat terhadap pesan-pesan Bayside begitu suam-suam kuku, sehingga hanya SATU uskup yang mau mengakui keyakinannya pada penampakan-penampakan di sini (dan secara pribadi, uskup yang anonim ini meminta Veronica Lueken merahasiakan namanya).
Di seluruh dunia, hanya ada SATU uskup yang secara terbuka mengakui penampakan Bayside, seorang uskup dari Nigeria.

Penampakan Fatima dan Bayside adalah bagaikan sebuah kertas lakmus (untuk menguji keasaman cairan), untuk menguji terhadap kesetiaan anggota Gereja Katolik, sebagai ujian kepatuhan mereka kepada Allah.

Kemurtadan besar yang terjadi di Amerika Serikat, hal itu juga terjadi atas persetujuan dari  hierarki dan umat awam Katolik, ketika mereka menolak untuk mendengarkan dan mematuhi petunjuk Bunda Maria dan menanggapi peringatan-peringatannya.

Bunda Fatima menyatakan tentang dirinya sendiri, "Hanya dia (Bunda Maria) yang bisa menolongmu."

Bunda Maria tidak bisa berbohong. Solusi bagi krisis Gereja akan datang hanya ketika hierarki Gereja Katolik dan umat beriman mau bersikap rendah hati dan menaati rencana-rencana  Allah, sebagaimana diungkapkan di Fatima dan di Bayside.

+++++++++++++++++++++


"Anakku, mereka membicarakan rahasia yang kuberikan di Fatima. Itu adalah penjelasan sederhana. Pesan itu tidak sepenuhnya diungkapkan karena sifat yang dahsyat dari pesanku itu. Betapa aku telah memperingatkan lagi dan lagi bahwa setan akan masuk ke ranah hirarki tertinggi di Roma. Rahasia Ketiga, anakku, mengatakan bahwa setan akan masuk ke dalam Gereja Putraku."  - Our Lady of the Roses, Bayside, May 13, 1978

SETAN TELAH MELAKUKAN PEKERJAANNYA BAIK
"Setan telah melakukan perbuatan bodohnya dengan baik. Ya, setan telah masuk ke posisi tertinggi di dalam Rumah-Ku, tetapi dia tidak akan menang. Dalam penghitungan akhir, kemenangan akan ada bersama Kami, karena dia hanya akan bisa melakukan apa yang diijinkan oleh Bapa-Ku." - Yesus, Bayside, 15 Agustus 1971

"Anak-anak-Ku, kamu semua akan bisa mengenali wajah-wajah setan. Setan telah masuk ke dalam jajaran tertinggi Gereja-Ku. Berdoalah sekarang bagi para imammu: uskup, kardinal, klerusmu. Banyak doa diperlukan, karena banyak orang saat ini berada di jalan yang menuju kebinasaan dengan membawa serta banyak orang lainnya bersama mereka." - Yesus, Bayside, 15 Juli 1977

PULIHKANLAH RUMAH-KU SEKARANG
"Banyak mitra (uskup) saat ini memegang tanggung jawab besar atas hilangnya domba-domba mereka. Kamu telah mencerai-beraikan mereka ke segala arah. Dan sekarang apa yang ingin kau lakukan untuk memulihkan Rumah-Ku? Pulihkanlah Rumah-Ku sekarang, karena Aku akan datang kembali dan Aku akan mengusirmu keluar dari Rumah-Ku, musnah selamanya. Jabatanmu tidak ada manfaatnya bagi jiwa lain ketika jiwa ini dikirim kedalam jurang. Kamu memegang tanggung jawab utama atas hilangnya domba-domba-Ku." - Yesus, Baysside, 29 Mei 1976


”Roma akan kehilangan iman dan akan menjadi tempat kedudukan Antikristus.” - Our Lady of La Salette, 19 September 1846

SEORANG KARDINAL MENGUTUK SIKAP DIAM VATIKAN PADA KTT SOAL PELECEHAN SEX




Cardinal Walter BrandmüllerDiane Montagna/LifeSiteNews

By Diane Montagna

NEWSCATHOLIC CHURCHWed Feb 27, 2019 - 12:43 pm EST

SEORANG KARDINAL MENGUTUK SIKAP DIAM VATIKAN PADA KTT SOAL PELECEHAN SEX



ROMA, 27 Februari 2019 (LifeSiteNews) - Penyelenggara pertemuan puncak soal pelecehan sex di Vatikan baru-baru ini dengan sengaja menghindari pembicaraan masalah homoseksualitas untuk memajukan "agenda homoseksual" di Gereja dan melindungi jaringan homoseksual yang berkembang dalam "iklim keterlibatan dan konspirasi sikap diam,” demikian kata seorang kardinal.

Dalam sebuah wawancara dengan Edward Pentin dari the National Catholic Register, Kardinal Jerman, Walter Brandmüller (salah seorang penandatangan dubia) mengatakan bahwa "mendiskusikan masalah homoseksualitas akan menjadi berbahaya bagi mereka, karena telah terbukti ada jaringan homoseksual di dalam Vatikan."

"Itulah masalahnya, tidak ada pertanyaan soal itu," katanya.

"Ini adalah sebuah sikap diam yang harus kita dorong untuk dilanggar," kardinal menambahkan. Dia mengatakan "karya jurnalis" memainkan peran penting dalam menerobos tembok ini dan karena itu dia mendesak para jurnalis untuk terus "menjadi kuat, tegas, dan jelas" dalam mengungkap skandal ini, bahkan ketika mereka berhadapan dengan keadaan ‘tanpa konsekuensi konkret’ atau ‘tanpa tindakan hukuman’ pada para pelakunya.

Pernyataan Kardinal Brandmüller datang satu minggu setelah dia dan Kardinal AS Raymond Burke menandatangani surat terbuka kepada para uskup yang menghadiri pertemuan puncak Vatikan tentang perlindungan anak di bawah umur, untuk mengakhiri kebisuan mereka pada kebusukan moral di dalam Gereja dan kembali untuk menegakkan hukum ilahi dan hukum alam.

Kedua kardinal, yang juga menandatangani dubia 2016, meminta Paus Francis untuk mengklarifikasi ajaran moralnya yang tertuang pada Amoris Laetitia, dan meminta para uskup untuk bersuara menentang kebusukan moral di dalam Gereja.

“Tindakan tegas saat ini sangatlah mendesak dan perlu,” kata mereka, dan menyerukan diakhirinya “wabah agenda homoseksual” di dalam Gereja, jaringan perlindungan yang terorganisir, dan “iklim keterlibatan dan konspirasi kebisuan.”

Dalam wawancaranya dengan the Register pada 25 Februari, Kardinal Brandmüller mengatakan dia “sangat kecewa” pada hasil pertemuan itu, dan bahwa akar permasalahan tidak dibahas.

"Kami sudah mengatakan semua hal itu yang perlu dibahas," katanya. “Itu semua tergantung pada apa yang akan dilakukan sekarang, tetapi kebisuan tentang homoseksualitas adalah masalah nyata. Kami telah menulis surat, sebagai pengamat dari luar; baik Cardinal Burke maupun saya tidak terlibat dalam pertemuan itu.”

Ditanya berapa banyak masalah yang disebabkan oleh runtuhnya doktrin moral Gereja, Brandmüller mengatakan kurangnya doktrin moral adalah "akar" dan ia dapat ditelusuri kembali pada beberapa dekade yang lalu.

"Pada akhir 1960-an awal 1970-an, pengajaran moral di [Kepausan] Universitas Gregorian [di Roma] adalah bidaah," katanya. “Itulah saat para dosen [yang sesat]: [Pastor Josef] Fuchs, [Pastor Bernard] Häring, dan [Pastor Charles] Curran. Mereka menawarkan pengajaran mereka sendiri, dan anak-anak (seminaris) mendengarkan ceramah ini, dan kemudian mulai mempraktikkan [homoseksualitas]."

"Kolese Amerika Utara pada waktu itu adalah pusat homoseksualitas," kata Cardinal Brandmüller.
Kardinal Brandmüller memuji prakarsa umat awam, seperti protes diam-diam minggu lalu di Roma, yang menyatukan 100 pria dan wanita untuk "menentang kebijakan ‘membisu’ di Vatikan tentang homoseksualitas," menjelang pertemuan puncak Vatikan minggu lalu tentang pelecehan seks ulama.

"Semua orang berhak untuk menyatakan pendapatnya, dan yang mereka lakukan adalah sebuah protes yang bagus," katanya. "Kita hidup dalam harapan dan percaya pada Kuasa Penyelenggaraan ilahi."

Wednesday, February 27, 2019

SEBUAH ORGANISASI KATOLIK MENYAMPAIKAN SURAT TERBUKA KEPADA POPE FRANCIS



sebuah ORGANISASI KATOLIK MEnyampaikan surat terbuka kepada POPE FRANCIS

 

 

NEWS: US NEWS

by Church Militant  •  ChurchMilitant.com  •  February 27, 2019 

Lembaga Lepanto: Diperlukan 'Tindakan yang keras,' dan 'ketetapan yang jelas' untuk memperbaiki krisis pelecehan sex saat ini

KTT Vatikan baru-baru ini tentang pelecehan sex telah memicu frustrasi dan kemarahan di antara umat beriman Katolik di seluruh dunia. Selama tiga hari, para uskup dan kardinal bertemu di Vatikan untuk membahas masalah pelecehan sex para klerus terhadap anak-anak di bawah umur. Namun, akar penyebab dari pelecehan itu, homoseksualitas di jajaran klerus, adalah topik yang tidak dibahas sama sekali.

Menyuarakan rasa frustrasi umat Katolik yang setia, The Lepanto Institute menerbitkan surat terbuka kepada Paus Francis yang menguraikan rencana untuk memurnikan Gereja. Surat itu, yang ditujukan kepada Bapa Suci, mengatakan:

Jika Anda ingin membangun kembali iman, kepercayaan, dan kasih dari umat awam, Anda harus mengambil tindakan keras untuk membasmi masalah ini. Kami menginginkan ketetapan yang jelas dan tidak ambigu, yang memberlakukan hukuman keras ... termasuk pengucilan dan pemecatan... untuk setiap klerus, baik itu diaken, pastor, uskup, uskup agung atau pun kardinal, yang melakukan pelecehan sex terhadap orang lain tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau keadaan, atau siapa saja yang ditemukan bersalah karena terlibat dalam perilaku seksual yang tidak wajar.

Surat itu kemudian menyerukan kepada Paus Francis untuk menyingkirkan semua klerus - termasuk para kardinal seperti Cdl. Blase Cupich, Cdl. Kevin Farrell dan Cdl. Joseph Tobin - yang terbukti secara terang-terangan "mempraktikkan atau mempromosikan homoseksualitas ... dari posisi jabatan mereka."

Michael Hichborn, presiden The Lepanto Institute, mengatakan kepada Church Militant bahwa kaum awam telah sangat "muak" atas semua ini dan akhirnya sesuatu perlu dikatakan oleh mereka.

"Pertemuan puncak tentang pelecehan anak-anak ini bukan hanya tidak melakukan apa-apa guna melindungi anak-anak, tetapi juga memperlihatkan dengan jelas tindakan penyalahgunaan atas kepercayaan kami kepada para klerus," demikian kata Hichborn. "Paus Francis justru telah menunjuk beberapa pelaku utama pelecehan sex untuk memimpin dan menjalankan KTT ini, yang pada gilirannya mereka melakukan segala sesuatu yang mungkin untuk menyangkal adanya hubungan antara pelecehan dan homoseksualitas."

Hichborn mengatakan bahwa dia berharap surat terbuka ini akan menumbuhkan front persatuan guna melawan jaringan homoseksual di dalam Gereja.


KTT tentang pelecehan anak-anak ini bukan hanya tidak melakukan apa-apa guna melindungi anak-anak, tetapi juga memperlihatkan dengan jelas tindakan penyalahgunaan atas kepercayaan kami kepada para klerus.

"Kami tidak berharap bahwa Paus Francis akan mempertimbangkan permintaan kami ini. Harapan kami adalah untuk menyatukan umat Katolik yang peduli, dengan menyampaikan harapan kami dan tindakan kami jika harapan itu tidak terpenuhi," kata Hichborn.

Dia menambahkan:

Surat ini lebih merupakan pernyataan daripada permintaan. Bersatu di dalam doa, khususnya Rosario, kami umat Katolik yang setia akan dan harus berdoa setiap hari bagi paus ini dan kader-kader uskupnya yang telah melindungi para klerus dan para pelaku kekerasan homoseksual. Tetapi ini tidak berarti bahwa kita harus mendanai mereka. Hukum Kanon memang mengharuskan umat Katolik untuk memberikan sumbangan perpuluhan, tetapi tidak ada pernyataan khusus tentang bagaimana perpuluhan ini dibuat. Jadi, jika Paus Francis tidak bersedia membersihkan rumah, kita bisa menemukan cara untuk menyediakan dana bagi Bunda Gereja dimana dana ini tidak akan melewati pundi-pundi para pendukung perbuatan bejat ini. Sementara itu, kami akan mempersembahkan penderitaan dan doa kami kepada Bunda Suci, memohon agar Hatinya Yang Tak Bernoda akhirnya menang atas kebusukan di dalam Gereja saat ini.

Teks lengkap surat ini ada di bawah. Untuk menambahkan nama Anda ke dalam surat ini, silakan lanjut ke posting asli dari Lepanto Institute:


Pope Francis yang terkasih,

Jika berbicara itu murah, maka pertemuan puncak tentang pelecehan seksual ini bahkan bernilai lebih murahan lagi. Setelah tiga hari banyak berbicara, juru bicara resmi KTT berusaha keras untuk mengklaim bahwa homoseksualitas tidak menjadi masalah, sambil mereka dengan sengaja menghindari pertanyaan dari para wartawan.

Kardinal Cupich mengatakan sehari sebelum KTT dimulai bahwa sementara sebagian besar masalahnya adalah akibat dari "pelecehan seks pada sesama pria," maka "homoseksualitas itu sendiri bukanlah penyebabnya." Dia mengatakan bahwa hal itu dapat dijelaskan sebagai masalah "adanya kesempatan dan juga pada masalah pelatihan (pendidikan) yang buruk di pihak masyarakat."

Uskup Agung Scicluna mengatakan bahwa homoseksualitas dan heteroseksualitas adalah "kondisi manusia yang sudah kita kenal, dan hal itu memang ada, tetapi itu bukanlah sesuatu yang benar-benar merupakan kecenderungan untuk berbuat dosa."

Dan Kardinal Tagle melanjutkan dengan kata-kata kasar dan ngawur tentang ‘bau seperti domba,’ ‘menyentuh luka-luka para korban’ dan ‘mencari penyembuhan.’

Tetapi semua pembicaraan tentang pelecehan seksual terhadap anak-anak ini TIDAK AKAN bermanfaat sedikitpun juga untuk menyelesaikan masalah, terutama ketika Anda terus menyangkal apa yang menjadi inti masalahnya. Masalahnya adalah amoralitas seksual yang merajalela ... terutama homoseksualitas ... di kalangan para klerus. Titik!

Yang Mulia, jika Anda ingin membangun kembali iman, kepercayaan, dan kasih dari umat awam, Anda harus mengambil tindakan keras untuk membasmi masalah. Kami menginginkan penetapan atau dekrit yang jelas dan tidak ambigu yang memberlakukan hukuman yang keras... termasuk pengucilan dan pemecatan... bagi setiap klerus, baik diaken, pastor, uskup, uskup agung atau kardinal, yang melakukan pelecehan seksual terhadap orang lain tanpa memandang usia, jenis kelamin atau keadaan, atau siapapun yang ditemukan bersalah karena terlibat dalam perilaku seksual yang tidak wajar.

Kami ingin semua klerus, baik yang mempraktikkan atau mempromosikan homoseksualitas disingkirkan dari posisi dan jabatan mereka. Kami ingin semua uskup yang memungkinkan kaum homoseksual melampiaskan nafsu bejatnya, baik awam maupun klerus, didisingkirkan dari posisi dan jabatan mereka. Hal ini berarti harus menyingkirkan individu-individu seperti Kardinal Cupich, Kardinal Kasper, Kardinal Schönborn, Kardinal Danneels, Kardinal Marx, Kardinal Tagle, Kardinal Tobin, Kardinal Farrell, Kardinal Farlan, Kardinal Wuerl, Uskup Agung Scicluna, Uskup McElroy, Bp. Gregory, Bp. Barat, Bp. Malone, Fr. Daniel Horan, Fr. Thomas Reese dan Fr. James Martin. Dan itu baru permulaan saja. Orang-orang ini telah terlalu lama melanggar ajaran Gereja tentang moralitas seksual, dan tidak ada pembicaraan sama sekali yang bertujuan untuk memperbaiki masalah amoralitas seksual di dalam Gereja sementara mereka tetap pongah dalam posisi dan jabatan mereka. Jika Anda benar-benar ingin mencari kesembuhan bagi para korban dan bagi Gereja, Anda dapat mulai dari sana. Tetapi jika Anda terus membicarakan masalah ini sampai mati sambil berpangku tangan, maka yakinlah bahwa sementara kami akan terus berdoa dan berkorban untuk Anda, kami tidak akan membayar Anda lagi dan kami hanya akan menunggu Anda untuk mati agar Bunda Maria dan Tuhan kami dapat menyelesaikan masalah ini melalui kesabaran dan doa kami.


Hormat kami
Umat yang setia

Klik disini untuk menandatangani petisi. 



Vortex - PERTEMUAN PUNCAK ABAL-ABAL





Vortex - pertemuan puncak abal-abal

Oleh Para Pembohong Yang Berbohong Dan Untuk Para Pembohong Yang Berbohong

February 20, 2019  

Dimulai besok, Church Militant mengawali liputan langsung pertemuan puncak tentang seks di kalangan klerus, yang diadakan di Vatikan, tetapi segala sesuatu sudah siap untuk membuktikan apa yang sudah diketahui atau telah dicurigai banyak umat Katolik yang setia.

Para kardinal dan uskup agung ini adalah para pembohong dan menyimpang dari dari kisah nyata. Mereka semua adalah bagian dari arus homoseksual yang diidentifikasi oleh Uskup Agung Viganò dalam berbagai kesaksiannya sejak Agustus lalu.

Sebagai contoh, ketika seorang reporter CNN mengajukan pertanyaan yang sedikit bersifat menyelidik -  tentang perbuatan menutup-nutupi, yang tidak dapat dibuktikan, karena para klerus yang menyelidiki adalah orang yang sama yang juga bersalah dalam kasus yang sama, dimana hal itu seolah melakukan pertukaran yang menarik dengan "Lubang Kelinci" versi Card.Cupich.

Maka tidak ada orang yang bisa memulai sebuah awal yang baik disini.

Bagi seseorang seperti Cupich, yang mengatakan bahwa kasus predator homoseks dan tindakan menutup-nutupi yang terjadi dalam hierarki Gereja, hanyalah sebuah hipotesis, dan hal ini telah membuktikan bahwa dirinya adalah seorang pembohong. Bukan sembarang pembohong tua, tapi sebagai kepala pembohong, tokoh paling top dari seluruh pertemuan puncak ini – yang harus diserahkan kepada orang-orang ini; karena itu mereka tentu sangat tahu bagaimana cara menyusun siasat.

Cupich berhutang budi, karena bisa naik ke tangga klerus tingkat tinggi, berkat jasa, pertama, Kardinal Maradiaga – dimana dia adalah seorang seniman dalam upaya ‘menutup-nutupi’ kasus dari uskup pembantunya sendiri, yang dilaporkan oleh puluhan seminaris disitu karena dia telah melakukan pelecehan seksual terhadap mereka - dan, kedua, berhutang budi kepada Theodore McCarrick, yang menempatkan dirinya paling ahli dalam melakukan pencabulan homoseksual.

Jadi dengan Cupich yang memiliki silsilah gerejawi semacam ini, tentu saja dia akan mengatakan bahwa semua kasus itu hanyalah hipotesis belaka yang belum terbukti kebenarannya. Alasannya, secara teknis tidak terbukti, justru karena satu-satunya pria di planet ini yang dapat membuktikan semua kasus itu adalah menjadi bagian dari upaya menutup-nutupi kasus itu.

Ketika Uskup Agung Viganò mengeluarkan pernyataan pertamanya pada bulan Agustus 2018, dia mengidentifikasi para pemainnya, dan Cupich adalah salah satunya. Jadi, Yang Mulia, mengapa Anda tidak menyelidiki hal itu? Cupich membangun karirnya dengan menutup-nutupi arus homoseksual di kalangan klerus dan mempertahankannya.

Banyak seminaris di Pontifical College Josephinum di Columbus, Ohio, mengatakan bagaimana Cupich, sebagai rektor di sana, mempromosikan budaya gay yang sangat mengerikan. Sejumlah besar dari mereka benar-benar berani menantang Cupich atas kenyataan itu.

Cupich adalah pendukung utama dari James Martin, seorang imam yang pro-gay yang menyebarkan bidaah di seluruh Gereja.

Cupich telah memberikan persetujuannya untuk memberikan Komuni Kudus kepada pasangan homoseksual yang aktif, tanpa keharusan untuk mengaku dosa, hingga hal ini semakin menambah besar sakrilegi dalam kejahatan mereka.

Cupich memiliki dua orang imamnya yang ditangkap polisi dalam perbuatan seks di sebuah mobil di jalanan umum di Miami di siang hari bolong, tepat di seberang sebuah sekolah.

Cupich harus menutup rumah pelatihan di Chicago bagi para seminaris Amerika Selatan karena tersiar kabar bahwa tempat itu tidak lebih dari sebuah bar bagi kaum gay.

Inilah tantangannya: Cupich sedang berbohong melalui sela-sela giginya. Dia tahu hal itu. Orang-orang lain juga tahu hal itu. Tetapi bahkan di hadapan fakta-fakta yang telah diketahui publik yang tidak dapat dibantah, dia masih bisa saja terus berbohong karena tidak adanya pertanggungjawaban dari orang-orang ini. Mereka tidak mau menjawab kepada siapa pun kecuali, secara resmi, kepada Paus, tetapi karena mereka adalah termasuk lingkaran dalam dari Paus Francis, maka tidak ada yang bisa dilakukan.
Inilah sebabnya mengapa ada begitu banyak perhatian dalam minggu-minggu dan bulan-bulan mendatang yang akan memulai fokus pada penyelidikan federal dan negara, dimana banyak dari orang-orang busuk itu berada di bawah kekuasaan lembaga-lembaga ini.

Paus berikutnya - semoga dia adalah orang yang mengerti apa yang sedang terjadi - seharusnya memecat semua orang-orang busuk ini secara instan, tanpa perlu berpikir dua kali.

Dan pada catatan yang terkait, sebagai tindak lanjut dari catatan Vortex minggu lalu yang juga menyentuh masalah si Cupich, tampaknya uskup dari Rapid City, South Dakota, Robert Gruss, sedang berupaya memelintir kasus ini, sebagai respons terhadap upayanya untuk mempertahankan Cupich dengan menyebut umat Katolik sebagai "jahat" dan “setan” dan melakukan "pekerjaan si jahat" karena umat awam berusaha mengungkap latar belakang dari si Cupich.

Dia mengirim email kepada para pastornya awal pekan ini, dan mengatakan bahwa dia akan meminta mereka membaca surat kedua dengan keras di semua Misa.

Inilah yang dikatakan dalam email itu:

Surat ini adalah sebagai tanggapan terhadap reaksi dari kelompok ini (umat Katolik yang setia) dan juga media Church Militant. Saya dan staf saya telah menerima sejumlah besar email, pos Messenger, posting Facebook, dll dimulai pada hari setelah membaca surat itu. Email dan postingan itu berasal dari pendukung kelompok-kelompok ini dan berisi beberapa perkataan pedas dan paling menjijikkan yang pernah saya terima dalam hidup saya. Mereka dipenuhi dengan kebencian, kebohongan, komentar menjijikkan, dan pembunuhan karakter yang secara khusus menentang saya.

Dia melanjutkan dengan mengecam apa pun yang disampaikan oleh para imam dan umat Katolik yang setia kepada Church Militant tentang surat yang dibacanya di Misa, menyebut mereka Yudas dan membandingkan dirinya dengan Tuhan kita yang dikhianati. Uskup Gruss secara terbuka membela orang seperti Cupich, yang dulunya sering bertugas di Rapid City.

Cupich berkali-kali membuktikan dirinya sebagai pembohong ‘berkulit tipis,’ dalam catatan terbuka, yang bisa diakses semua orang. Ingat, ketika dia memberikan wawancara di depan kamera, kepada afiliasi lokal Chicago, di mana dia berkata - sekali lagi, di depan kamera - bahwa skandal pelecehan seks tidak akan menghalangi Paus dari keprihatinan yang jauh lebih besar, seperti misalnya berbicara tentang lingkungan.

Pertama kali dia menuduh secara bohong terhadap sebuah stasiun TV, mengatakan mereka (stasiun TV itu dan umat yang setia) membawa kasus keluar dari konteks. Padahal tidak.

Cupich kemudian menulis sepucuk surat dan memerintahkan kepada semua pastornya untuk membacakan di tengah Misa pada hari Minggu berikutnya, yang isinya untuk membelanya dan mengulangi bahwa stasiun TV itu suka menjiplak berita yang tidak benar dan berbohong

Tidak terima dituduh berbohong, stasiun TV itu kemudian memposting seluruh wawancara, tanpa dipotong, di situs web mereka agar dilihat oleh seluruh dunia, dan stasiun TV itu benar-benar membuktikan bahwa Cupichlah yang berbohong karena menuduhnya mengutip berita di luar konteks.

Terbukti kebohongannya di depan umum, dan hal itu hanya setelah dia tertangkap basah, dia kemudian melakukan sedikit langkah mundur dengan cara menyalahkan hal itu pada soal miskomunikasi – dan bla, bla, bla...

         
                                           
 Ingat juga bahwa Cupich-lah, bersama dengan sesama pelancong-kebusukan, Donald Wuerl, yang membawa rencana rahasia mereka ke tingkat yang lebih tinggi dengan merencanakan di Roma, sebelum pertemuan para uskup AS November tahun lalu, untuk memblokir diskusi tentang masalah pencabulan di kalangan klerus Amerika Serikat atau memilih ide-ide reformasi lainnya sambil melalaikan kepentingan umat awam.

Dengan kata lain: Usahakan agar para uskup menyelidiki kasusnya sendiri. Jangan melibatkan kita.

Orang yang amat menjijikkan !!!

Maka ketika Uskup Gruss dari Rapid City bergegas, seperti pendaki anak tangga, untuk membela Cupich – si pembohong yang terbukti bersalah hingga berkali-kali - dan kemudian menuduh umat awam yang menginginkan jawaban karena mereka dituduh sebagai "jahat" dan “setan” maka si Cupich kemudian menyindir beberapa pastornya yang peduli tentang kebusukan dalam Gereja dan menuduh mereka sebagai Judas dan dirinya (Cupich) adalah sebagai korban saja – maka semua itu seakan tong kosong yang nyaring bunyinya.

Beberapa poin tentang suratnya:
Pertama, kami sangat meragukan bahwa implikasi dari ratusan umat awam yang mengutuknya dengan bahasa yang keji adalah benar. Jika ada yang melakukannya, mereka itulah yang salah. Tetapi efeknya adalah bahwa kantornya telah dibanjiri dengan tanggapan-tanggapan senada : mengutuki dirinya - sekali lagi, hal ini sulit dipercaya.

Kedua, bukan seorang imam yang memberi kami surat yang dibacakan dengan lantang dalam Misa. Tetapi umat awam. Maka omelan kemarahannya tentang pastornya sendiri - adalah sebagai cara untuk "membangun jembatan pelampiasan" disitu, Yang Mulia Uskup Gruss.

Dan terakhir, di bawah bukti lebih lanjut tentang tingkat nada ketulian hierarki, bukannya duduk dan menulis surat lain yang menyerang umat beriman, yang mungkin diharapkan akan lebih memberatkan daripada yang pertama dan memaksa para pastornya untuk membacakannya dengan keras lagi dalam Misa, mungkin Uskup Gruss harus meletakkan penanya dan merenungkan pertanyaan: mengapa dia mendapat begitu banyak tanggapan negativ dari umat Katolik yang marah.

Mungkin bukannya menuduh umat awam jahat dan melabeli pastornya sendiri sebagai Yudas, tetapi sebaiknya dia seharusnya berpikir, "Hmm, mengapa begitu banyak orang marah kepada cara pendekatan saya? Mungkinkah mereka melihat saya, uskup, sebagai bagian dari seluruh jaringan yang busuk ini untuk membela seorang kardinal (Cupich) yang sedang mencari nafkah? Mungkin mereka marah karena aku membela seorang kardinal yang memberi acungan jempol bagi perbuatan sodomi dan mencemarkan Komuni Kudus yang sakral itu, cardinal yang membela para pastor bidaah, yang menolak mengakui bahwa masalah yang sedang terjadi di kalangan klerus adalah homoseksualitas yang aktif di antara para imam dan uskup."

"Hmm, mungkin itulah sebabnya umat awam menjadi kesal kepadanya," dia harus bertanya seperti ini pada dirinya sendiri.

Dan ketika kita sedang sibuk memeriksa begitu banyak surat-surat tuduhan yang mengalir dari pena Gruss, mungkin bisa menjadi pelajaran untuk melihat juga surat-surat apa yang belum ditulis olehnya.

Tampaknya kita tidak bisa menemukan surat-surat darinya yang dibacakan keras-keras di Misa tentang kutukan kekal, atau praktik pengendalian kelahiran (baca: aborsi dan kontrasepsi) yang kini merajalela di antara umat Katolik atau umat Katolik yang belum menikah tapi hidup bersama (kumpul kebo) atau adanya gangguan homoseksualitas atau sejumlah besar masalah lainnya.
Ketika tajuk berita besar dari kebusukan ini muncul di Roma - ingat, jaringannya adalah luas, dan kami menganggapnya sangat luas - dan ia menjangkau ke semua area dan semua tempat di dalam Gereja.

Hal ini dapat dipertahankan kelangsungannya dan bahkan makin berkembang karena antek-antek tingkat rendahan membela para pembohong dan menutupi mereka dan terus berusaha untuk memberi mereka rasa hormat. Untuk Cupich, Gruss, dan banyak lainnya lagi, sorry tuan-tuan, namun kereta sudah meninggalkan stasiun. Anda terlambat menyesalinya.

Berantaslah kejahatan di jajaran Anda sendiri. Berhentilah menyerang umat awam yang setia, berhentilah mempermainkan para korbannya. Lakukan tugas Anda, yaitu menjadi hamba demi keselamatan jiwa-jiwa. Lakukan itu atau mundur sajalah Anda - atau tunggu saja polisi datang dan memborgol Anda.