Saturday, December 30, 2017

PARA PEMIMPIN ORGANISASI PRO-LIFE....



PARA PEMIMPIN ORGANISASI PRO-LIFE:
KITA SETIA KEPADA DOKTRIN SEJATI DARI GEREJA, BUKAN KEPADA PARA PASTOR
YANG SESAT



Tiga puluh tujuh orang pemimpin organisasi pendukung kehidupan dan keluarga (pro-life and pro-family organisations) telah menerbitkan "Ikrar Kesetiaan" kepada ajaran Gereja Katolik yang tidak pernah berubah. 
Ikrar tersebut dikeluarkan pada saat berbagai doktrin yang sesat diajarkan secara terbuka oleh beberapa anggota hirarki Gereja, termasuk Paus Fransiskus, yang menimbulkan kebingungan dan skandal di seluruh Gereja. 
Ikrar tersebut menyoroti banyak pernyataan dan tindakan yang memiliki dampak sangat merusak pada karya gerakan pro-kehidupan dan pro-keluarga dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini mencakup pernyataan dan tindakan para hirarki Gereja yang berkaitan dengan kontrasepsi, homoseksualitas, perceraian dan pendidikan seks. 
Teks lengkap dari ikrar tersebut, dan daftar penanda-tangan, dapat ditemukan di bawah ini dan di dalam www.fidelitypledge.com
Ikrar kesetiaan kepada ajaran otentik Gereja oleh para pemimpin pro-life and pro-family
Pesta Our Lady of Guadalupe, 12 Desember 2017 
Jumlah anak-anak tidak bersalah yang dibunuh melalui aborsi selama abad terakhir ini jauh lebih besar dari pada jumlah orang yang meninggal dalam semua perang dalam sejarah yang pernah tercatat. Dalm kurum waktu lima puluh tahun terakhir ini kita telah menyaksikan eskalasi terus-menerus dalam serangan terhadap struktur keluarga, seperti yang dirancang dan dikehendaki oleh Tuhan, yang memberikan lingkungan terbaik bagi perkembangan manusia, dan terutama, bagi pendidikan dan pembentukan anak-anak. Perceraian, kontrasepsi, penerimaan terhadap tindakan dan relasi homoseksual, dan penyebaran "ideologi gender" telah menimbulkan kerusakan yang tak tekira besarnya bagi keluarga serta anggota-anggotanya yang paling rentan. 
Selama lima puluh tahun terakhir, gerakan pro-kehidupan dan pro-keluarga telah berkembang dalam ukuran dan cakupan yang luas guna menghadapi kejahatan yang besar ini, yang mengancam kebaikan umat manusia secara sementara maupun kekal. Gerakan kami terdiri dari atas pria dan wanita yang berkehendak niat baik dan dari berbagai latar belakang agama. Kami berkumpul bersama untuk membela keluarga dan saudara-saudari kita yang paling rentan, melalui kepatuhan terhadap hukum kodrat, yang telah tertulis di dalam hati kita semua (lihat Rm. 2:15). Namun, selama setengah abad terakhir ini, gerakan pro-kehidupan dan pro-keluarga dengan cara tertentu telah bergantung kepada ajaran dari Gereja Katolik yang tidak berubah, yang menegaskan hukum moral secara jelas. 
Oleh karena itu, dengan kesedihan yang besar, dimana selama beberapa tahun terakhir ini kami telah menyaksikan kejernihan doktrin dan moral mengenai isu-isu yang berkaitan dengan perlindungan kehidupan manusia dan keluarga, kini semakin digantikan oleh ambiguitas, dan bahkan oleh doktrin-doktrin yang secara langsung bertentangan dengan ajaran Kristus dan ajaran hukum kodrat. 
Sebuah Permohonan Banding, telah disampaikan kepada Paus Fransiskus pada bulan September 2015, ditandatangani oleh sekitar 900.000 umat dari seluruh dunia, dan sebuah "Pernyataan kesetiaan kepada ajaran Gereja yang tidak pernah berubah tentang pernikahan" juga telah disampaikan kepada Paus Fransiskus pada tahun 2016. Pada tanggal 19 September, 2016 empat orang kardinal telah menyerahkan lima buah pertanyaan (Dubia, dengan jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’) kepada Paus Fransiskus, dan kepada Kongregasi bagi Ajaran Iman, meminta klarifikasi atas beberapa poin-poin tertentu dari doktrin yang ada dalam anjuran apostolik post-synodal Amoris Laetitia. Pada bulan Juni 2017, beberapa orang kardinal menyampaikan permintaan mereka untuk mengadakan  audiensi dengan Paus Fransiskus, yang telah disampaikan kepada Paus oleh Kardinal Carlo Caffarra pada tanggal 25 April 2017, namun seperti halnya dubia, hal ini tidak mendapat tanggapan sama sekali dari paus. Pada tanggal 23 September 2017 sebuah tindakan pelurusan atau koreksi Correctio filialis de haeresibus propagatis dikeluarkan oleh 62 orang teolog dan akademisi Katolik "karena penyebaran ajaran sesat yang dilakukan oleh anjuran apostolik Amoris Laetitia serta melalui berbagai ucapan, perbuatan dan penghilangan atau pemotongan (kutipan-kutipan Kitab Injil)" yang dilakukan oleh Paus Fransiskus. Pada tanggal 4 November 2017, ada 250 orang teolog, imam, profesor dan ilmuwan dari semua negara telah menyampaikan dukungan mereka kepada Correctio (Correctio filialis de haeresibus propagatis). Kekacauan di dalam Gereja semakin meningkat, seperti yang dibuktikan oleh sebuah surat yang baru-baru ini dikirim kepada Paus Fransiskus oleh seorang teolog terkemuka, yang menurut penulisnya, didorong oleh terjadinya "kekacauan di dalam Gereja saat ini, sebuah kekacauan dan ketidakpastian, yang menurut saya, ditimbulkan oleh Paus Fransiskus sendiri."[i] 
Sebagai pemimpin organisasi Katolik yang pro-kehidupan dan pro-keluarga, kami berkewajiban untuk menyoroti berbagai pernyataan dan tindakan lainnya, yang memiliki dampak yang sangat merusak pada tugas kami untuk perlindungan anak-anak yang belum lahir dan keluarga dalam beberapa tahun terakhir ini. Contoh-contoh yang ada meliputi: 
·  berbagai pernyataan dan tindakan (pejabat dalam hirarki Gereja) yang bertentangan dengan ajaran Gereja tentang kejahatan intrinsik dalam tindakan kontrasepsi; [ii]
·  berbagai pernyataan dan tindakan (pejabat dalam hirarki Gereja) yang bertentangan dengan ajaran Gereja tentang sifat perkawinan dan kejahatan intrinsik dalam tindakan seksual di luar perkawinan; [iii]
·  Persetujuan PBB bagi Tujuan-tujuan Pembangunan Yang Berkelanjutan, yang secara efektif meminta kepada negara-negara anggotanya untuk mendapatkan akses universal terhadap aborsi, kontrasepsi dan pendidikan seks menjelang tahun 2030; [iv]
·  pendekatan yang diadopsi bagi pendidikan seks, khususnya pada Bab 7 Amoris Laetitia dan dalam program The Meeting Point yang dibuat oleh Dewan Kepausan untuk Keluarga. [V] 

Sebagai para pemimpin dalam gerakan pro-kehidupan dan pro-keluarga, atau pemimpin gerakan awam yang peduli dengan pembelaan dan penyimpangan ajaran moral dan sosial Katolik, kami telah menyaksikan secara langsung adanya gangguan dan kebingungan yang disebabkan oleh pengajaran dan tindakan semacam itu. Untuk memenuhi tanggung jawab kami kepada orang-orang yang telah kami janjikan perlindungan, khususnya anak-anak yang belum lahir dan yang dibuat menjadi sangat rentan oleh hancurnya keluarga, maka kami harus memberikan kejelasan mengenai posisi kami mengenai masalah ini. Kami juga harus memberikan keteladanan kepada orang-orang dalam gerakan kami yang mencari petunjuk dan saran dari kami. 
Karena alasan inilah maka kami ingin memperjelas kepatuhan kami yang tidak berubah terhadap posisi moral mendasar yang disampaikan di bawah ini: 
·  Ada tindakan tertentu yang secara intrinsik adalah jahat dan yang selalu dilarang untuk dilakukan; [vi]
·  Pembunuhan langsung terhadap manusia yang tidak berdosa adalah selalu dan sangat tidak bermoral; Akibatnya, tindakan aborsi, euthanasia dan bunuh diri ‘yang dibantu’ secara intrinsik adalah tindakan jahat; [vii]
·  Perkawinan adalah persatuan eksklusif dan tidak terpisahkan antara seorang pria dan seorang wanita; Semua tindakan seksual di luar pernikahan, termasuk semua bentuk persatuan non-perkawinan (kumpul kebo), secara intrinsik adalah jahat dan sangat merugikan masing-masing individu dan masyarakat; [viii]
·  Perzinahan adalah sebuah dosa berat, dan mereka yang hidup dalam perzinahan tidak dapat menerima Sakramen Tobat dan Komuni Kudus, sampai saatnya mereka mau bertobat dan mengubah hidup mereka; [ix]
·  Orang tua adalah pendidik utama atas anak-anak mereka, dan pemberian pendidikan seks harus dilakukan oleh orang tua atau, dalam keadaan tertentu, "di pusat-pusat pendidikan yang dipilih dan dikendalikan oleh mereka (orang tua)"; [x]
·  Pemisahan antara tujuan prokreasi (memiliki anak) dan sekedar merasakan kenikmatan dalam tindakan seksual, dengan melalui metode kontrasepsi, secara intrinsik adalah jahat dan memiliki konsekuensi buruk bagi keluarga, masyarakat dan Gereja; [xi]
·  Cara-cara reproduksi buatan sangatlah tidak bermoral karena ia memisahkan tindakan prokreasi (untuk memiliki anak) dari tindakan seksual sematadan, pada sebagian besar kasus, hal itu mengarah langsung kepada penghancuran kehidupan manusia pada tahap awal; [xii]
·  Hanya ada dua jenis kelamin, pria dan wanita, yang masing-masing memiliki karakteristik dan perbedaan komplementer yang sesuai untuk mereka; [xiii]
·  Tindakan homoseksual secara intrinsik adalah jahat, dan tidak ada bentuk persatuan antara orang-orang dari jenis kelamin yang sama yang dapat disetujui dengan cara apapun. [xiv] 
Sebagai pemimpin organisasi pro-kehidupan dan pro-keluarga Katolik kami harus tetap setia kepada Tuhan Yesus Kristus, yang telah mempercayakan warisan iman kepada Gereja-Nya. Kami "diwajibkan untuk menyerahkan kepada Allah pernyataan penuh kepatuhan dari kecerdasan dan keinginan kami melalui iman." [xv] Kami sepenuhnya menyetujui semua hal "yang terkandung dalam firman Allah seperti yang ada dalam Kitab Suci dan Tradisi, dan yang diajukan oleh Gereja sebagai hal yang dapat dipercaya sebagai pewahyuan ilahi, apakah hal itu dengan melalui penilaiannya yang sungguh-sungguh atau melalui magisterium biasa dan universal."[xvi] 
Kami berjanji untuk mematuhi sepenuhnya hirarki Gereja Katolik dalam pelaksanaan kewenangannya yang sah. Namun, tidak ada yang bisa membujuk kita, atau memaksa kita, untuk meninggalkan atau bertentangan dengan artikel iman Katolik manapun atau kebenaran yang telah ditetapkan secara pasti. Jika ada pertentangan antara kata-kata dan tindakan dari anggota hirarki manapun, bahkan dari paus sekalipun, dengan doktrin yang selalu diajarkan oleh Gereja, maka kami akan tetap setia kepada ajaran kekal dari Gereja. Jika kami berpisah dari iman Katolik, berarti kami akan meninggalkan Yesus Kristus, kepada Siapa kami ingin dipersatukan untuk selama-lamanya. 
Kami, yang bertandatangan di bawah ini, berjanji bahwa kami akan terus mengajarkan dan menyebarkan prinsip-prinsip moral di atas, dan setiap ajaran otentik lainnya dari Gereja Katolik, dan tidak akan pernah, dengan alasan apapun, meninggalkan semua ajaran itu. 
PARA PENANDATANGAN:
Bernard Antony, President of Chrétienté-Solidarité (France)
Dame Colleen Bayer, DSG, Founding Director of Family Life International NZ (New Zealand)
Judie Brown, President of American Life League (United States)
Patrick Buckley, Director of European Life Network (Ireland)
Georges Buscemi, President of Campagne Quebec Vie (Canada)
Giorgio Celsi, President of Associazione "Ora et Labora in Difesa della Vita" (Italy)
Dr. Anca-Maria Cernea, MD, Ioan Barbus Foundation (Romania)
Greg Clovis, Director of Family Life International UK (United Kingdom)
Rev. Linus F. Clovis, Spiritual Director of Family Life International St Lucia (St Lucia)
Virginia Coda Nunziante, President of Associazione Famiglia Domani (Italy)
Modesto Fernandez, President of Droit de Naître (France)
Richard P. Fitzgibbons, M.D., Director of the Institute for Marital Healing (United States)
Mathias von Gersdorff, Director of Aktion Kinder in Gefahr (Germany)
Corrado Gnerre, National Director of Il Cammino dei Tre Sentieri (Italy)
Doug Grane, Chief Executive of Serviam (United States)
Michael Hichborn, President of the Lepanto Institute (United States)
Jason Jones, Founder of I am Whole Life, Founder of Movie to Movement (United States)
John Lacken, Founder of Legio Sanctae Familiae, Secretary of the Lumen Fidei Institute (Ireland)
François Legrier, President of Mouvement Catholique des Familles (France)
Vittorio Lodolo D'Oria, President of Famiglie Numerose Cattoliche (Italy)
Samuele Maniscalco, Director of Generazione Voglio Vivere (Italy)
Christine de Marcellus Vollmer, President of Asociacion Provida de Venezuela (PROVIVE), President of Alianza Latinoamericana para la Familia (ALAFA), President of Alive to the World, Education in Integrity (Venezuela)
Roberto de Mattei, President of Fondazione Lepanto (Italy)
Jean-Pierre Maugendre, President of Renaissance Catholique (France)
Thomas McKenna, President of Catholic Action for Faith and Family (United States)
Anthony Murphy, Director of Catholic Voice (Ireland)
Marisa Orecchia, President of Federvita Piemonte (Italy)
Philippe Piloquet, President of SOS Tout-petits (France)
Philippe Schepens M.D., Secretary-General of the World Federation of Doctors Who Respect Human Life (Belgium)
John Smeaton, Chief Executive of the Society for the Protection of Unborn Children (United Kingdom)
Molly Smith, President of Bringing America Back to Life, Executive Director of Cleveland Right to Life (United States)
Guillaume de Thieulloy, Director of Le Salon Beige (France)
Yves Tillard, President of Action Familiale et Scolaire (France)
Dr. Thomas Ward, President of the National Association of Catholic Families (United Kingdom)
John-Henry Westen, Co-Founder and Editor-in-Chief of LifeSiteNews (Canada)
Mercedes Arzú Wilson, Founder and President of Family of the Americas Foundation (Nicaragua)
Diego Zoia, Director of SOS Ragazzi (Italy)

Catatan:
[i] “Fr. Thomas G. Weinandy explains his critical letter to Pope Francis”, Catholic World Report, 1 November 2017, http://www.catholicworldreport.com/2017/11/01/fr-thomas-g-weinandy-explains-his-critical-letter-to-pope-francis/.
[ii] “On the ‘lesser evil,’ avoiding pregnancy, we are speaking in terms of the conflict between the fifth and sixth commandment. Paul VI, a great man, in a difficult situation in Africa, permitted nuns to use contraceptives in cases of rape. Don’t confuse the evil of avoiding pregnancy by itself, with abortion. Abortion is not a theological problem, it is a human problem, it is a medical problem. You kill one person to save another, in the best case scenario. Or to live comfortably, no?  It’s against the Hippocratic oaths doctors must take. It is an evil in and of itself, but it is not a religious evil in the beginning, no, it’s a human evil. Then obviously, as with every human evil, each killing is condemned. On the other hand, avoiding pregnancy is not an absolute evil. In certain cases, as in this one, or in the one I mentioned of Blessed Paul VI, it was clear.” “Full text of Pope Francis' in-flight interview from Mexico to Rome”, Catholic News Agency, 18 February 2016, https://www.catholicnewsag ency.com/news/full-text-of-pope-francis-in-flight-interview-from-mexico-to-rome-85821. Fr Federic Lombardi, the Holy See’s spokesman, Fr Lombardi, confirmed the meaning of the pope’s words the following day: “Allora il contraccettivo o il preservativo, in casi di particolare emergenza e gravità, possono anche essere oggetto di un discernimento di coscienza serio. Questo dice il Papa.” “P. Lombardi commenta i temi affrontati dal Papa con i giornalisti”, Radio Vaticana, 19 February 2016, http://it.radiovaticana.va/news/2016/02/19/p_lombardi _commenta_i_temi_del_papa_con_i_giornalisti/1209799. Translation: “The contraceptive or condom, in particular cases of emergency or gravity, could be the object of discernment in a serious case of conscience. This is what the Pope said.”
[iii] “In the Argentine countryside, in the Northeastern region, there is a superstition: that couples have a child, they live together. In the countryside this happens. Then, when the child must go to school, they have a civil marriage. And then, as grandparents, they have a religious marriage. It is a superstition, because they say that having a religious wedding straight away scares the husband! We must also fight against these superstitions. Yet really, I say that I have seen a great deal of fidelity in these cohabiting couples, a great deal of fidelity; and I am certain that this is a true marriage, they have the grace of matrimony, precisely because of the fidelity that they have. But there are local superstitions.” “Address of His Holiness Pope Francis at the opening of the pastoral congress of the Diocese of Rome”, 16 June 2016, https://w2.vatican.va/content/francesco/en/speeches/2016/june/documents/papa-francesco_20160616_convegno-diocesi-roma.html. During this congress Pope Francis also claimed that “a great majority” of Catholic marriages are invalid. The transcript was later altered, at the request of the pope, to read “a part”. Fr Lombardi commented: “When it’s a matter of topics of a certain importance, the revised text is always submitted to the pope himself. This is what happened in this case, thus the published text was expressly approved by the pope.” “Updated: Most Marriages Today Are Invalid, Pope Francis Suggests”, National Catholic Register, 17 June 2016.
[iv] “I am gratified that in September 2015 the nations of the world adopted the Sustainable Development Goals, and that, in December 2015, they approved the Paris Agreement on climate change.” “Message of His Holiness Pope Francis for the celebration of the world day of prayer for the care of creation”, 1 September 2016, http://w2.vatican.va/content/francesco/en/messages/pont-messages/2016/documents/papa-francesco_20160901_messaggio-giornata-cura-creato.html. Further details about the Holy See’s support for the SDGS, and the manner in which the SDGs call for abortion, contraception and sex education see: “The impact of the United Nations’ Sustainable Development Goals on children and the family, and their endorsement by the Holy See”, Voice of the Familyhttp://voiceofthefamily.com/wp-content/uploads/2017/02/Impact-of-the-United-Nations-Sustainable-Development-Goals22-2-17.pdf.
[v] “The Meeting Point: project for affective and sexual formation”, Pontifical Council for the Family, http://www.educazioneaffettiva.org/?lang=en.
[vi] Pope John Paul II, Veritatis Splendor, 6 August 1993, No. 52.  Pope John Paul II, Evangelium Vitae, 25 March 1995, No. 67.
[vii] Pope John Paul II, Evangelium Vitae, No. 57.
[viii] Canons and Decrees of the Twenty Fourth Session of the Council of Trent, Promulgated 11 November 1563; Pope Leo XIII, Arcanum Divinae, 10 February 1880; Pope Pius XI, Casti Connubii, 31 December 1930.
[ix] Pope John Paul II, Familiaris Consortio, 22 November 1981, No. 84; Congregation for the Doctrine of the Faith, Letter to the Bishops of the Catholic Church concerning the Admission to Holy Communion of the Faithful who are Divorced and Remarried, 4 September 1994; Pontifical Council for Legislative Texts, Declaration concerning the Admission to Holy Communion of the Faithful who are Divorced and Remarried; 24 June 2000.
[x] Pope Pius XI, Divini Illius Magistri, 31 December 1929; Pope John Paul II, Familiaris Consortio; Pontifical Council for the Family, The Truth and Meaning of Human Sexuality, 8 December 1995.
[xi] Pope Pius XI, Casti Connubii; Pope Paul VI, Humanae Vitae, 25 July 1968.
[xii] Congregation for the Doctrine of the Faith, Donum Vitae, 22 February 1987; Congregation for the Doctrine of the Faith, Dignitatis Personae, 8 September 2008.
[xiii] Pope Benedict XVI, Christmas Address to the Roman Curia, 21 December 2012.
[xiv] Congregation for the Doctrine of the Faith, Letter to the Bishops of the Catholic Church on the Pastoral Care of Homosexual Persons, 1 October 1986; Congregation for the Doctrine of the Faith, Considerations Regarding Proposals to give Legal Recognition to Unions Between Homosexual Persons, 3 June 2003.
[xv] First Vatican Council, Dogmatic Constitution on the Catholic Faith, Ch. 3.1.
[xvi] Ibid, Ch. 3.8.


Friday, December 29, 2017

‘PELACUR’ YANG DISEBUTKAN DI DALAM KITAB WAHYU 17...

‘PELACUR’ YANG DISEBUTKAN DI DALAM KITAB WAHYU 17 ADALAH SEPARUH GEREJA YANG AKAN  MENGAMBIL ALIH GEREJA SERTA MENGUSIR KELUAR SISA UMAT YANG TETAP SETIA KEPADA KRISTUS.
by Casey



Dengan mempertimbangkan bahwa kita sudah tahu bahwa Gereja akan dipecah-belah oleh kemurtadan sebelum Kedatangan Kedua dari Yesus Kristus, maka sudah seharusnya tidak mengejutkan kita jika akan ada orang-orang yang murtad dari Ajaran-ajaran Gereja dan yang akan mengikuti antikristus dan nabi palsu, dan mereka itulah yang akan menjadi ‘pelacur’ seperti yang dikatakan oleh Kitab Wahyu 17. Marilah kita sampaikan hal ini dengan bahasa yang sederhana. Mereka yang berada di dalam Gereja Katolik yang mengikuti antikristus dan nabi palsu, tidak akan mau mengikuti Gereja yang benar, bukankah begitu? Para imam, uskup, kardinal dan umat awam yang tetap setia kepada Gereja dan Ajaran-ajaran-Nya, dan tetap setia kepada Ekaristi Kudus, akan dibuang ke padang gurun pada akhirnya nanti, begitulah yang disampaikan oleh Firman Allah. Mereka yang tetap setia kepada Kristus bukanlah si pelacur itu, karena mereka akan tetap setia kepada Gereja Katolik, namun mereka akan dicampakkan ke padang gurun jika mereka tidak mau  menerima nabi palsu dan antikristus. Bagian dari Gereja yang menyimpang dan bersukacita atas ajaran-ajaran baru ini akan menjadi si pelacur seperti yang dimaksudkan di dalam Kitab Wahyu dan mereka adalah orang-orang yang telah meninggalkan Ajaran-ajaran dan Tradisi Gereja. Mereka (si pelacur) adalah orang-orang yang akan mengambil alih Gereja dan inilah bagian dari Gereja yang telah ditipu untuk mengikuti antikristus dan nabi palsu dan Roma PASTI akan jatuh ke tangan antikristus, seperti yang telah dinubuatkan. Sekali lagi, tidakkah kita mau memperhatikan apa yang telah diperingatkan oleh Bunda Maria kepada kita?


Silakan melihat artikel lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/