Friday, July 31, 2015

Peranan umat awam dalam krisis Gereja saat ini

Peranan umat awam dalam krisis Gereja saat ini

Sebuah panggilan keras untuk berdoa

by Michael Lofton  •   June 30, 2015  


Dalam salah satu pembicaraan yang disampaikan di London, Michael Voris mencatat bahwa kaum awam tidak bisa lagi bergantung pada para klerus untuk membawa kita melewati masa krisis didalam Gereja saat ini, tetapi umat awam itu sendiri yang harus melangkah dengan menarik Gereja keluar dari krisis ini. Sayangnya, sebagian besar klerus (dengan beberapa pengecualian) telah memilih untuk menjadi ‘pembagi’ sakramen-sakramen  (mengatakan ini tidak berarti kami mengecilkan pentingnya Sakramen-sakramen itu atau untuk meremehkan martabat tinggi para klerus).
Karena sering kali para klerus tidak bisa menjadi seorang "penuntun, presiden, guru kesalehan, instruktur dalam misteri yang tersembunyi," seperti kata St. Gregorius dari Nyssa menyebut peranan imam. Sebaliknya, mereka sering menjadi orang yang memimpin penyimpangan dan ketiadaan rasa hormat didalam Gereja. Akibatnya, umat awam, dengan kasih karunia Allah, harus menjadi orang-orang yang berani melangkah untuk mengangkat dan menolong Gereja melewati proses penyaliban ini.

Beberapa orang mungkin bertanya: Ken umat awam tidak memiliki wewenang untuk mengatur Gereja, bagaimana mereka dapat membantu Gereja melewati krisis ini? Jawabannya mungkin terdengar klise, tapi ini memang benar : melalui doa! Adalah melalui doa maka bapa kita semua, Abraham, membuka rahim-rahim dari rumah Abimelekh (Kejadian 20:17). Adalah melalui doa maka Musa menahan tangan murka Allah ketika umat Israel mengeluh di hadapan-Nya (Bilangan 11: 1-3). Adalah melalui doa maka Samson merobohkan dua pilar dan menghancurkan musuh-musuhnya, orang Filistin (Hakim 16: 25-31).

Adalah melalui doa maka Elisa membuka mata hambanya dan menghukum seorang tentara dengan kebutaan (2 Raja-raja 6: 17-18). Adalah melalui doa maka Nabi Samuel membawa kemenangan umat Israel atas orang Filistin (1 Samuel 7: 7-15). Adalah melalui doa maka nabi Yesaya memperpanjang kehidupan Raja Hizkia (2 Raja-raja 20: 1-7). Dan melalui doa pula maka Allah akan membebaskan Gereja melewati penyaliban pahit sekarang ini.

Doa apa yang harus kita daraskan?, beberapa mungkin bertanya. Rosario Kudus, tentu saja !!! Adakah yang bisa lebih efektif dari pada datang kepada Bunda Allah, melalui doa terbesar dia telah diberikannya bagi kita? Maka saya memanggil semua awam yang membaca artikel ini untuk segera mengambil Rosario, dan dengan semangat yang melampaui semangat St. Athanasius, kita berseru kepada Allah Yang Maha Kuasa, melalui pengantaraan Santa Perawan Maria, untuk memulihkan Gereja kepada kejayaan dan kemuliaannya semula !

Mari kita bertindak sekarang juga !

Bergaul dengan setan

Bergaul dengan setan


Haruskah Gereja bekerja sama dengan dunia?

by Michael Lofton  •   July 15, 2015   
Dalam Gereja saat ini ada banyak pemimpin yang percaya bahwa adalah perlu untuk berkolaborasi dengan dunia untuk mewujudkan peradaban yang lebih baik. Ada banyak contoh tentang hal ini, tetapi salah satu contoh terbaru adalah penunjukkan oleh Vatikan kepada Profesor Hans Joachim Schellnhuber, seorang atheis, untuk bergabung dalam sebuah lembaga kepausan, the Pontifical Academy of Sciences. Penunjukkan seperti ini menimbulkan banyak kekhawatiran: Apakah itu ide yang baik bagi Gereja untuk bekerjasama dengan dunia dalam rangka untuk melakukan kebaikan? Untuk menjawab pertanyaan ini, penting sekali untuk menentukan sifat dunia ini dan apa yang dikatakan oleh Alkitab  tentang kerja sama dengan orang-orang dunia ini.
Sifat dunia ini
Apakah kita semua yang adalah anak-anak Allah, yang akan berusaha untuk menciptakan peradaban yang lebih besar, hingga kita harus bersatu dalam upaya kita bagi satu tujuan ini? Menurut sabda Allah, tidak semua orang adalah anak-anak Allah. Kitab Suci mengajarkan bahwa ada dua jenis orang di dunia ini: mereka yang ada di dalam Kristus dan mereka yang merupakan bagian dari dunia ini. Yang pertama disebut "anak-anak Allah" sedangkan yang kedua adalah "anak-anak Iblis" (1 Yohanes 3:10).
Relasi Gereja dengan dunia
Kitab Suci juga sangat jelas berbicara tentang hubungan Gereja dengan dunia:
Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: "Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku. (2 Corinthians 6:14–16)
Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah. Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka. Sebab itu janganlah kamu berkawan dengan mereka. (Ephesians 5:5–7)

Dari kutipan Kitab Suci ini nyatalah bahwa ada dua kelompok manusia yang sedang berperang satu sama lain. Tidak ada alasan teologis apapun yang dapat mengubah fakta ini atau fakta bahwa Allah memerintahkan kita untuk tidak menjadi mitra dengan dunia. Sebaliknya, Dia memerintahkan kita untuk mengubah dunia (Matius 28: 16-20). Sayangnya, sementara mengabaikan perintah Allah, banyak dari para pemimpin kita berpura-pura mengira bahwa dunia tidak membutuhkan pertobatan dan bahkan mereka masuk ke dalam kemitraan yang berdosa dengan dunia.
Hanya ada tiga opsi
Dengan mengingat ayat-ayat ini, maka para pemimpin Gereja yang mendukung kebijakan modern untuk bergaul dengan dunia, termasuk pada satu dari tiga hal berikut :
  1. Semua orang di dunia telah bertobat kepada Gereja dan sekarang menjadi anak Allah;
  2. Para pemimpin Gereja itu bertindak sedemikian rupa hingga mereka tidak taat kepada perintah-perintah Allah; atau
  3. Para pemimpin Gereja itu tidak percaya akan Firman Allah dalam hal ini.
Dari kenyataan yang ada, jelaslah bahwa opsi pertama tidak terjadi. Opsi ketiga mungkin saja terjadi pada beberapa pemimpin dalam Gereja, tetapi sulit untuk percaya bahwa ini adalah kasus yang terjadi pada semua pemimpin dalam Gereja. Opsi kedua tampaknya yang paling mungkin, yang berarti banyak pemimpin kita yang tidak taat kepada Allah.
Akibatnya
Dalam Kitab Imamat, Tuhan mengatakan kepada bangsa Israel, "Kamu harus menjadi kudus bagiKu, karena Aku, TUHAN, adalah Kudus dan Aku telah memisahkan kamu dari bangsa-bangsa untuk menjadi milikKu." Jika bangsa Israel dipanggil untuk dipisahkan dari bangsa-bangsa lain, berapa banyak lagi adalah Israel baru yang dipanggil untuk terpisah dari bangsa-bangsa lain? Tapi, seperti bangsa Israel yang sering "played the harlot" dengan berusaha menjadi seperti bangsa-bangsa di sekitar mereka, hingga mengundang murka Allah atas diri mereka sendiri, maka banyak pemimpin Gereja kita saat ini juga " played the harlot" dengan negara-negara (duniawi) dengan mencoba bekerja sama dengan anak-anak Iblis untuk membawa peradaban yang lebih besar. Jika mereka (para pemimpin Gereja) tetap bertahan didalam jalan ini, maka mereka akhirnya akan mendatangkan murka Allah pada kita semua.
Ya Allah, tolonglah kami ! Pertobatkanlah para pemimpin kami!
Michael Lofton is a contributor to ChurchMilitant.com
He is also the author of the website www.consolamini.org

Saturday, July 25, 2015

Surat terbuka Uskup Agung Jan Pawel Lenga mengenai krisis didalam Gereja

RORATE EXCLUSIVE:
Surat terbuka Uskup Agung Jan Pawel Lenga mengenai krisis didalam Gereja


“Sulit untuk dipercaya bahwa Paus Benediktus XVI secara bebas mengundurkan diri dari jabatannya sebagai penerus Petrus.”
“Saya terpaksa menulis melalui sarana publik ini karena saya merasa takut jika melalui sarana lainnya ia akan menghadapi sebuah dinding tebal pembungkaman dan pengabaian.”

... Semakin jelas bahwa Vatikan, melalui Sekretariat Negara, telah menempuh jalan pembenaran secara politik."

Surat ini, yang ditulis oleh Yang Mulia Uskup Agung Jan Pawel Lenga, uskup emeritus dari Keuskupan Karaganda, Kazakhstan, mudah-mudahan akan menjadi panggilan yang sangat membangunkan yang dibutuhkan oleh umat Katolik yang telah menguburkan kepala mereka didalam pasir terlalu lama.
Marilah kita berdoa lebih banyak lagi bagi para uskup agar mereka memiliki iman – dan tulang punggung – untuk bertahan dan agar didengarkan sebelum tidak ada lagi yang bisa dibela.

***
Perenungan atas berbagai krisis saat ini didalam Gereja Katolik

Saya memiliki pengalaman hidup bersama para imam yang berada didalam penjara dan kamp-kamp Stalin namun yang masih tetap setia kepada Gereja. Selama masa penganiayaan yang mereka alami, maka mereka melaksanakan tugas imamat mereka dengan penuh rasa kasih dalam memberitakan doktrin Katolik sehingga hal itu menuntun mereka kepada kehidupan yang bermartabat untuk meniru Kristus, Guru Surgawi mereka.
Saya menyelesaikan studi imamat saya di Seminari bawah tanah di Uni Soviet. Saya ditahbiskan menjadi imam secara diam-diam pada malam hari oleh seorang uskup yang saleh dimana dia sendiri menderita demi imannya. Pada tahun pertama dari imamat saya, saya memiliki pengalaman diusir dari Tadzhikistan oleh KGB.
Selanjutnya, selama tiga puluh tahun saya tinggal di Kazakhstan, saya melayani 10 tahun sebagai imam, merawat orang-orang beriman di 81 daerah. Kemudian saya menjabat sebagai uskup selama 20 tahun, awalnya sebagai uskup di lima negara di Asia Tengah dengan luas wilayah total sekitar empat juta kilometer persegi.
Dalam pelayanan saya sebagai uskup, saya sering mengadakan kontak dengan Paus Santo Yohanes Paulus II, dengan banyak sekali uskup, imam dan umat di berbagai negara dan dalam situasi yang berbeda. Saya adalah anggota dari beberapa majelis Sinode Uskup di Vatikan yang mencakup tema-tema seperti "Asia" dan "Ekaristi".
Pengalaman ini serta beberapa pengalaman yang lain memberikan dasar kepada saya untuk menyatakan pendapat pribadi saya mengenai krisis yang ada saat ini didalam Gereja Katolik. Ini adalah keyakinan saya dan hal itu didorong oleh rasa kasih saya kepada Gereja dan oleh keinginan saya akan pembaharuan yang otentik atas Gereja di dalam Kristus. Saya terpaksa menulis melalui sarana publik ini karena saya merasa takut jika melalui sarana lainnya ia akan menghadapi sebuah dinding tebal pembungkaman dan pengabaian.
Saya sadar akan reaksi yang mungkin timbul atas surat terbuka saya ini. Tetapi pada saat yang sama suara hati nurani saya tidak mengizinkan saya untuk tetap diam, sementara itu karya-karya Allah sedang difitnah. Yesus Kristus mendirikan Gereja Katolik dan menunjukkan kepada kita didalam kata dan perbuatan bagaimana seseorang harus memenuhi kehendak Allah. Para rasul, kepada siapa Dia menyerahkan otoritas didalam Gereja, dipenuhi dengan semangat yang menyala-nyala kepada tugas yang dipercayakan kepada mereka, dimana mereka menderita demi kebenaran yang harus diberitakan, karena mereka “lebih mematuhi Allah dari pada manusia."
Sayangnya di hari-hari kita sekarang ini semakin jelas bahwa Vatikan, melalui Sekretariat Negara, telah menempuh jalan pembenaran secara politik. Beberapa duta besar Vatikan telah menjadi alat propaganda liberalisme dan modernisme. Mereka telah memperoleh keahlian didalam prinsip "sub secreto Pontificio", dimana seseorang akan memanipulasi dan membungkam mulut para uskup. Dan bahwa apa yang dikatakan oleh Duta Besar (Vatikan) kepada mereka, hal itu seolah dan hampir pasti adalah merupakan keinginan Paus. Dengan metode tersebut seseorang akan memisahkan uskup yang satu dari yang lainnya, hingga akibatnya para uskup dari suatu negara tidak bisa lagi berbicara dengan satu suara dengan semangat Kristus dan Gereja-Nya dalam mempertahankan iman dan moral. Ini berarti bahwa, agar tidak sampai ‘tidak disukai’ oleh Duta Besar, maka beberapa uskup akan menerima begitu saja rekomendasi mereka, yang sering kali hanya didasarkan pada kata-kata mereka sendiri. Alih-alih rajin menyebarkan iman, atau dengan berani memberitakan ajaran Kristus, dengan berdiri tegak dalam membela kebenaran dan moral, tetapi pertemuan-pertemuan Konferensi Uskup sering berurusan dengan isu-isu yang tidak ada hubungannya dengan sifat dan tugas pokok mereka sebagai penerus para rasul.

Orang bisa melihat pada semua tingkatan dalam Gereja adanya penurunan yang nyata dari "sakrum". "Semangat duniawi" telah menyuapi para gembala. Orang-orang berdosa telah memberi petunjuk kepada Gereja bagaimana ia harus melayani mereka. Dengan tertunduk malu para Pastor bersikap diam atas masalah yang ada saat ini dan mereka mengabaikan domba-dombanya sambil mereka rajin menyuapi dirinya sendiri. Dunia tergoda oleh iblis dan menentang ajaran Kristus. Namun demikian Pastor wajib mengajarkan kebenaran yang menyeluruh tentang Allah dan manusia, baik itu "ketika sedang musimnya ataupun diluar musimnya".

Namun, pada masa pemerintahan beberapa Paus suci terakhir ini orang bisa mengamati didalam Gereja adanya kekacauan yang terbesar dalam hal kemurnian dari ajaran dan kesucian dari liturgi, di mana Yesus Kristus tidak menerima kehormatan seperti yang selayaknya Dia terima. Tidak sedikit konferensi-konperensi yang dihadiri oleh para uskup yang terbaik adalah merupakan "persona non grata" (tidak dipercaya). Dimanakah para  pembela bagi saat-saat ini, yang akan mengumumkan kepada orang-orang secara jelas dan bisa dipahami adanya ancaman risiko kehilangan iman dan keselamatan?

Pada saat-saat sekarang ini suara mayoritas uskup lebih menyerupai keheningan dan ketakutan dari domba-domba yang sedang menghadapi serigala yang marah, dan umat beriman dibiarkan begitu saja seperti domba yang tak berdaya. Kristus diakui oleh orang banyak sebagai salah satu tokoh yang berbicara dan bekerja, tokoh yang memiliki kekuasaan dan kekuatan dan hal ini Dia diberikan kepada para rasul-Nya. Di dunia saat ini para uskup haruslah membebaskan diri dari semua ikatan duniawi dan - setelah mereka melakukan penebusan dosa agar mereka mendekati Kristus, agar dikuatkan oleh Roh Kudus hingga mereka bisa memberitakan Kristus sebagai satu-satunya Juru Selamat. Pada akhirnya kita harus bertanggung-jawab kepada Allah atas semua hal yang telah kita lakukan dan atas segala hal yang tidak kita lakukan.

Menurut pendapat saya suara yang lemah dari banyak uskup ini merupakan konsekuensi dari kenyataan, bahwa dalam proses pengangkatan uskup-uskup baru, para calon kurang diperiksa dalam hal ketabahan mereka yang tak diragukan dan keberanian mereka didalam membela iman, berkaitan dengan kesetiaan mereka kepada tradisi berabad-abad dari Gereja dan dalam hal kesalehan pribadi mereka. Dalam isu pengangkatan uskup baru dan bahkan kardinal-kardinal, menjadi semakin jelaslah bahwa kadang-kadang referensi diberikan kepada orang-orang yang hanya memiliki ideologi yang sama atau kepada beberapa kelompok yang asing bagi Gereja namun mereka menugaskan pengangkatan calon tertentu. Selain itu tampak bahwa kadang-kadang pertimbangan diberikan juga untuk mendukung media massa yang biasanya membuat olok-olok terhadap calon tertentu dengan memberikan gambaran negatif atas mereka, sedangkan calon yang berada dalam tingkatan yang lebih rendah namun memiliki semangat Kristus dipuji sebagai berikap terbuka dan modern. Di sisi lain calon yang unggul dalam semangat kerasulan, memiliki keberanian dalam mewartakan ajaran Kristus dan menunjukkan kasih bagi semua hal yang suci dan sakral, dia sengaja disingkirkan.

Seorang Duta Besar pernah mengatakan kepada saya: "Sayang sekali bahwa Paus [Yohanes Paulus II] tidak ikut serta secara pribadi di dalam pengangkatan para uskup. Paus mencoba untuk mengubah sesuatu dalam Kuria Romawi, namun dia belum berhasil. Dia menjadi semakin tua dan segala sesuatu kembali pada perjalanan semula".

Pada awal masa kepausan Paus Benediktus XVI, saya menulis surat kepadanya di mana saya memintanya untuk menunjuk beberapa uskup yang suci. Saya melaporkan kepadanya kisah seorang umat awam Jerman yang dalam menghadapi degradasi Gereja di negaranya setelah Konsili Vatikan II, tetap setia kepada Kristus dan mengumpulkan orang-orang muda untuk melakukan adorasi dan berdoa. Pria ini telah mendekati saat kematiannya dan ketika dia mengetahui tentang pemilihan Paus yang baru, dia berkata: "Jika Paus Benediktus bisa menggunakan kuasa kepausannya semata-mata untuk memilih dan menunjuk uskup-uskup yang layak, yang baik dan yang setia, maka dia telah menjalankan tugasnya dengan benar".

Sayangnya, hal ini menyiratkan dengan jelas bahwa Paus Benediktus XVI sering kali tidak berhasil dalam masalah ini. Sulit untuk dipercaya bahwa Paus Benediktus XVI secara bebas mengundurkan diri dari jabatannya sebagai penerus Petrus. Paus Benediktus XVI adalah kepala Gereja, dan para pembantunya hampir tidak bisa menerjemahkan ajarannya menjadi kenyataan, secara diam-diam mereka sering mengabaikannya atau bahkan menghalangi keinginannya untuk menjalankan reformasi yang otentik atas Gereja, atas liturgi, atau mengenai cara membagikan Kudus Komuni. Secara diam-diam nampaklah bagi banyak uskup, bahwa di Vatikan, tidaklah mungkin untuk membantu Paus dalam tugasnya sebagai kepala dan pemimpin dari seluruh Gereja.

Tidaklah berlebihan kiranya jika saya mengingatkan saudara-saudara saya di keuskupan akan penegasan yang dibuat oleh pondok masonik Italia di tahun 1820: "Tugas kami adalah sebuah tugas seratus tahun. Marilah kita meninggalkan para orang tua dan mari kita pergi menemui kaum muda. Para frater kelak akan menjadi imam dengan ide-ide liberal kita. Kita tidak akan menyanjung diri kita dengan harapan palsu. Kita tidak akan membuat Paus menjadi seorang Freemason. Namun uskup-uskup yang liberal, yang akan bekerja sama dengan Paus sebagai sebuah kelompok, akan mengusulkan kepada dia dalam tugas mengatur Gereja dengan pikiran dan ide-ide yang menguntungkan kita dan Paus akan menerapkannya ke dalam kehidupan". Niatan dari kelompok Freemason ini dilaksanakan semakin terbuka, tidak hanya melalui musuh-musuh Gereja, tetapi secara diam-diam melalui saksi-saksi palsu yang menempati beberapa jabatan hirarki tinggi didalam Gereja. Bukanlah tanpa alasan yang Paulus VI Terberkati mengatakan: "Semangat Setan telah menembus melalui celah di dalam Gereja". Saya kira bahwa retakan ini telah menjadi semakin lebar di saat-saat kita sekarang ini dan iblis menggunakan segala kekuatan untuk menumbangkan Gereja Kristus. Guna menghindari hal ini, perlu sekali untuk kembali kepada pernyataan yang tepat dan jelas dari Injil di semua tingkatan pelayanan gerejawi, karena Gereja memiliki semua kekuasaan dan rahmat yang diberikan Kristus kepadanya:

"Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Mt 28, 18-20), dan “kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (John 8, 32) dan “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.”(Mat 5, 37). Gereja tidak bisa menyesuaikan diri dengan roh dunia ini, tetapi ia harus merubah dunia dengan semangat Kristus.

Sangat jelas bahwa di Vatikan terjadi sebuah kecenderungan untuk menyerah lebih jauh kepada suara dari media massa. Memang tidak jarang terjadi bahwa demi kepentingan sesuatu yang tak diketahui maka ketenangan dan sikap diam dari putra-putra terbaik dan para hamba Gereja dikorbankan untuk memuaskan media massa. Namun musuh-musuh Gereja tidak akan mau menyerahkan hamba pengikut setia mereka meski tindakan mereka jelas-jelas buruk.

Ketika kita ingin tetap setia kepada Kristus didalam kata dan perbuatan, Dia sendiri akan menemukan cara untuk mengubah hati dan jiwa manusia, dan dunia juga akan dirubah pada saat yang tepat.

Dalam saat-saat yang kritis didalam Gereja, maka demi pembaruan yang sebenarnya dari Gereja, Allah sering menggunakan pengorbanan, air mata dan doa-doa dari anak-anak dan para hamba Gereja yang di depan mata dunia ini dan di depan birokrasi gerejawi mereka dianggap tidak signifikan atau mereka itu dianiaya dan terpinggirkan karena kesetiaan mereka kepada Kristus. Saya percaya bahwa dalam saat yang sulit ini hukum Kristus sedang dinyatakan dan bahwa Gereja akan memperbaharui dirinya berkat pembaharuan dalam diri kita masing-masing.


January 1st  2015, Solemnity of the Blessed Virgin Mary, Mother of God 
+ Jan Pawel Lenga


Thursday, July 23, 2015

Keuskupan Agung Toronto, Kanada, menyiarkan Hymne bagi dewi bumi (Gaia) dalam sebuah Misa Kudus.

Tuesday, 21 July 2015
Keuskupan Agung Toronto, Kanada, menyiarkan dalam Shut-Ins features, Hymne bagi dewi bumi (Gaia) yang dinyanyikan dalam sebuah Misa Kudus. 


Kita bisa melihat rekaman videonya dalam link diatas. 

Sekretaris Paus Benediktus : Komuni bagi orang yang bercerai dan menikah lagi adalah ‘tidak mungkin.’

Sekretaris Paus Benediktus : Komuni bagi orang yang bercerai dan menikah lagi adalah ‘tidak mungkin.’

July 21, 2015 (LifeSiteNews) -- Uskup Agung Georg Gänswein yang pernah menjadi sekretaris pribadi Paus Emeritus Benediktus XVI serta kepala rumah tangga kepausan dari PF (the Prefect of the Papal Household) memberikan wawancara kepada ‘+1 news agency’ (yang berbahasa Spanyol) dimana dia bersikap kritis terhadap para uskup dan kardinal yang mengusulkan pemberian Komuni bagi orang yang bercerai dan menikah lagi.
Gänswein mengatakan bahwa Paus Yohanes Paulus II telah bersikap secara tegas mengenai masalah ini. “Mengapa ada beberapa pastor yang ingin mengusulkan sesuatu yang tidak mungkin? Saya tidak tahu mengapa begitu,” katanya dalam wawancara itu, yang diterbitkan pada 6 Juli yang lalu.
Sebagai orang yang berada paling dekat dengan Paus Benediktus saat itu, dunia memandang kepada Uskup Agung Gänswein sebagai buah pikiran dari Paus Benediktus sendiri terutama pada masalah-masalah dimana nampaknya saat ini PF masih bersikap ambivalen. Masalah penerimaan Komuni adalah salah satu contoh dimana opini PF sangat dipertentangkan. Namun bagi Paus Benediktus masalah itu sudah cukup jelas.
 “Dua puluh tahun yang lalu, setelah sebuah negosiasi yang panjang dan melelahkan, Yohanes Paulus II tidak bersedia menerima bahwa seorang Katolik yang menikah lagi bisa menerima Komuni,” demikian kata Uskup Agung Gänswein. “Sekarang, kita tak boleh mengabaikan ajarannya itu dan merubah sesuatunya.”
Berbicara mengapa uskup-uskup, terutama di Jerman, mengusulkan masalah seperti itu, dia berkata :”Mungkin mereka tunduk kepada roh zaman ini. Mungkin mereka membiarkan dirinya dituntun oleh sambutan tepuk tangan manusia yang disampaikan melalui media massa.” Sementara itu dia mengakui bahwa dengan ‘bersikap kritis terhadap media massa pastilah tidak menyenangkan.’ ‘Tapi seorang pastor tidak boleh memutuskan berdasarkan tepuk tangan atau suara dari media massa.’ Katanya lagi :”Masalah itu adalah masalah didalam Kitab Injil, iman, doktrin yang sehat serta Tradisi.”
Dalam sebuah wawancara selama Sinode luar biasa mengenai keluarga tahun lalu, ketika muncul kebingungan yang besar mengenai homosexualitas, yang berasal dari usulan beberapa orang peserta Sinode itu, sekretaris Paus Benediktus ini mengatakan dengan mengulangi ajaran Gereja Katolik mengenai homosex.
“Gereja selalu menyatakan, berdasarkan Kitab Suci dan Tradisi, bahwa tindakan homosex secara intrinsik adalah tindakan yang tidak benar,” kata Gänswein saat itu. “Tindakan itu,” dia menambahkan, “bertentangan dengan hukum alam, karena ia mencegah terjadinya karunia kehidupan, bagi tujuan apa tidakan sexual dilakukan.”
Berbicara dengan Jaume F. Vaello dari media +1, Gänswein berbicara tentang kebingungan yang muncul dari sinode tahun lalu dan hal itu berlanjut hingga Sinode Oktober mendatang. Dia mendorong umat beriman untuk memiliki pengetahuan iman yang jernih agar bisa menyampaikan isi pikiran mereka. “Adalah penting sekali bahwa para imam serta umat beriman yang memiliki ide yang jernih untuk ‘menyampaikannya pikirannya secara terbuka dan tulus.”

Logo Vatican mempromosikan perkawinan gay:

Logo Vatican mempromosikan perkawinan gay:



Silakan lihat sendiri disini :

Sunday, July 19, 2015

Cardinal Gianfranco Ravasi ikut serta dalam penyembahan berhala di Argentina

Cardinal Gianfranco Ravasi ikut serta dalam penyembahan berhala di Argentina

Kardinal ikut acara penyembahan berhala di Argentina.png

Cardinal Gianfranco Ravasi ikut serta dalam penyembahan berhala di Argentina

"Pachamama" adalah ‘dewi bumi’ (kepercayaan animisme/berhala) dari beberapa suku di pegunungan Andes. Penyembahan dewi ini dalam keadaan dormant selama berabad-abad ini karena keberhasilan evangelisasi para misionaris Spanyol disana. Namun adanya upaya dari beberapa kelompok berbeda selama beberapa dekade belakangan ini (termasuk dari kaum religius Katolik radikal) telah membangunkan kembali penyembahan berhala itu disana.

Dalam perjalanan di tanah kelahiran PF dengan tujuan mengikuti pertemuan Forum Ekumenis Sosial pada Nopember 2014, (di San Marcos Sierras, Propinsi Córdoba, Argentina barat), Cardinal Gianfranco Ravasi, President of the Pontifical Council for Culture yang diangkat sebagai Kardinal oleh Paus Benediktus XVI, mengikuti penyembahan berhala itu dan menunjukkan rasa hormatnya kepada dewi Pachamama, seperti terekam dalam video dibawah ini. Video ini baru saja dirilis sekarang.  



Friday, July 17, 2015

Uskup Vatican mendorong agenda Marxist

Uskup Vatican mendorong agenda Marxist
Pengaruh meresahkan dari Uskup Marcelo Sanchez Sorondo di Vatican

Thursday, July 16, 2015

Tulisan Pastor Peter Carota

Traditional Catholic Priest

Artikel aslinya ada disini : 
oleh Pastor Peter Carota

Nilailah pohonnya, pohon yang baik atau buruk, melalui buah-buahnya

Posted on July 12, 2015
It's good to share...


Sebagian besar orang, termasuk paus, berkata : ‘who am I to judge?’ Baiklah, hal itu terjadi pada Yesus sendiri yang mengatakan kepada kita:”Nilailah pohonnya melalui buah-buahnya”. Kitapun secara politis bisa saja benar dan menerima Sabda Yesus diatas. Namun, kita tidak usah menilai, biarlah buah-buahnya saja yang berbicara sendiri kepada kita. 

Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.  Matthew 7:17
Kutipan ini mengenai pohon dan buah, muncul dalam konteks ketika Yesus memperingatkan kita tentang adanya nabi-nabi palsu yang merupakan serigala ganas yang berbulu domba.
Lalu siapakah pohonnya? Buah macam apakah yang kita lihat saat ini? Dan siapakah nabi palsu yang mengenakan bulu domba itu? 
Kita bisa memulai dari pohon KV II. Apapun intensi yang ada didalam KV II itu, entah itu baik, buruk, atau serba ambigu, namun pertanyaannya masih tetap valid, apakah buah dari KV II itu baik, buruk atau ambigu? Jika buahnya buruk, maka pohonnya tentunya adalah buruk. Jika buahnya baik, maka pohonnya pastilah baik. Sederhana, bukan?

Dan kita umat Katolik tradisional melihat buah-buah itu :
§  Hampir tidak ada hidup bakti keimaman atau kehidupan religius lainnya yang bertumbuh dibandingkan dengan sebelumnya, hingga mereka saat itu tak mampu membangun seminari-seminari atau biara-biara dengan cukup banyak.
§  Banyaknya imam-imam atau kehidupan religius lainnya yang meninggalkan profesi mereka semula.
§  Tidak ada lagi para misionaris karena sebagian besar umat Katolik percaya bahwa semua agama memiliki Allah yang sama dan sederajat.
§  Segala sesuatu menjadi bersifat relativ.
§  Bersikap diam terhadap komunisme meski mereka membunuh 125 juta orang.
§  40% umat Katolik telah bergabung kepada agama lain.
§  Hampir semua umat Katolik percaya atau patuh kepada ajaran-ajaran Gereja yang berumur 2000 tahun yang melarang pembatasan kelahiran, sex pranikah, homosex dan perceraian. Sebelumnya anda memiliki keluarga yang besar dan hampir tak ada kasus perceraian. Manusia saat itu memang ada yang berbuat dosa, namun mereka sadar bahwa itu adalah dosa.
§  Penutupan sekolah-sekolah Katolik. Anak-anak Katolik yang kurang mampu akan sekolah dimana saja. Sebelumnya ada daftar tunggu untuk bisa masuk sekolah Katolik, dan sekolah-sekolah itu semakin bertambah banyak. Para religius menjalankan sekolah-sekolah itu tanpa digaji. Kini hampir semuanya adalah anak-anak orang kaya yang bisa masuk sekolah-sekolah Katolik. Universitas-universitas Katolik mengajarkan sesuatu yang bertentangan dengan ajaran gereja.
§  Para teolog, paus, uskup, religius, imam-imam, mempertanyakan segala sesuatu yang sebelumnya dianggap sebagai dogma. Mereka membenarkan tindaknnya itu dengan menyebutnya sebagai ‘perbedaan pendapat’. Sebelumnya keadaan seperti itu disebut sebagai bidaah dan mereka akan dibungkam.
§  Rumah sakit Katolik selalu menolong orang-orang miskin dan mereka selalu mematuhi ajaran gereja dalam hal aborsi, cara-cara KB dan pemutusan saluran telur. Kini rumah sakit itu sebagian besar diperuntukkan bagi golongan menengah atas.
§  Para religius wanita ingin menjadi imam. Banyak kardinal, uskup, imam, dan umat awam, mendukung para wanita ini dalam keinginan mereka untuk merubah keputusan Yesus yang hanya menghendaki pria untuk menjadi imam. 
§  Sebagian besar dari kita (dari USA dan Eropa) tidak lagi memiliki anggota keluarga yang Katolik, karena mereka telah menjadi atheis, protestan atau tidak beragama. Sebelumnya, aku bisa mengatakan bagi keluargaku, adalah Katolik karena mereka telah berubah dari berhala Romawi hampir 2000 tahun yang lalu. Setelah sekian tahun berlalu, keluargaku kini bukan lagi Katolik.
§  Di Eropa, Gereja-gereja banyak yang kosong. Hanya orang-orang tua saja yang pergi ke gereja. Imam-imam juga banyak yang tua. Gereja-gereja banyak yang dijual. Sebelumnya, gereja-gereja itu selalu penuh. Orang-orang pergi ke Misa Kudus pada hari Minggu. Tanah-tanah dibeli dan dibangun gereja-gereja disitu.
§  Setiap hari Minggu, misa-misa dibagi dalam berbagai bahasa. Sebelumnya, di seluruh dunia memakai misa bahasa Latin (kecuali Gereja Byzantine).
§  Saat ini paus adalah satu diantara sekian banyak uskup. Hal itu disebut sebagai ‘kolegialitas’. Setiap uskup adalah raja dalam diosisnya. Sebelum KV II tidak begitu. Paus adalah kepala Gereja yang kelihatan.
§  Dari penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar umat Katolik tidak lagi percaya bahwa Yesus sungguh hadir didalam Tubuh dan DarahNya, didalam Ekaristi.  Barisan panjang umat yang menerima Komuni hampir tidak ada yang mengaku dosa. Sebelumnya, ada begitu panjang prosesi Ekaristi serta Benediksi dilakukan. Kini seorang Katolik tidak peduli lagi, apakah dia berdosa berat atau tidak,  untuk menerima Komuni
§  Umat Katolik tidak lagi memandang dosa itu dosa. Mereka merasa tidak perlu mengaku dosa. Jika ada yang mengaku dosa setiap minggu, maka banyak yang merasa heran.



 Pope Francis menyambut Cardinal Timothy M. Dolan, New York, president dari Konperensi Uskup-uskup Katolik Amerika, di Vatican 7 Oktober 2013. Para pemimpin Uskup-uskup Amerika berada di Vatican dalam pertemuan tahunan mereka. (CNS photo/L’Osservatore Romano) (Oct. 7, 2013). Kardinal inilah yang memberi ucapan selamat, ‘Bravo’. kepada seorang pemain football Amerika yang mengaku bahwa dirinya seorang gay.


Saya tidak akan menulis banyak tentang PF. Sudah jelas bahwa ada sesuatu yang sangat salah di Roma saat ini. Namun kita tidak usah menghakimi dia. Apa yang akan kita lakukan adalah melihat buah-buahnya. Karena buah itu akan berbicara banyak mengenai pohonnya.
§  Ordo-ordo yang suci dan miskin semakin banyak ditemukan, (Franciscan Friars and Sisters of the Immaculate), dan ditindas. Pendiri ordo ini, dan sahabat dari St.Pater Pio, Pastor Stefano Manelli menjadi tahanan rumah.
§  Media massa yang busuk telah mengakui dia sebagai tokoh (the man of the year)
§  Dimana-mana ucapan-ucapannya sering menyalahkan orang-orang didalam institusi sekolah Katolik yang mengajarkan bahwa aborsi, pembatasan kelahiran dan homosex adalah salah.
§  Secara pokok dia mengatakan bahwa orang atheis diselamatkan.
§  Dia menyuruh seorang wanita untuk menerima Komuni padahal wanita itu telah bercerai dan kemudian hidup bersama seorang pria lain yang bukan suami pertamanya.
§  Sinode luar biasa (2014) tentang keluarga telah menganjurkan orang yang bercerai dan kemudian hidup bersama dengan pasangan barunya bisa menerima Komuni. Membawa isu mengenai homosex kedalam sinode itu dan membiarkan orang-orang homosex itu menerima Komuni sementara mereka hidup didalam dosa.
§  Dia berkata ingin membersihkan Vatican Bank serta Gereja dari para penentang sex namun dia mengangkat Ricci (dengan sejarah tingkah lakunya yang mengerikan) untuk mengurus the Vatican bank.
§  Menyingkirkan uskup-uskup besar seperti Uskup Finn, Uskup Mario Oliverti, serta uskup-uskup lainnya, dari diosis asal mereka.
§  Membingungkan umat Katolik dimana-mana mengenai apa itu dogma dan doktrin Katolik dan memberi kesan seolah dogma dan doktrin itu bisa dirubah.


Meski saya setuju dengan perhatiannya kepada orang miskin dan yang membutuhkan belas kasihan, namun saya sama sekali tidak setuju dengan berbagai ucapannya yang menimbulkan kebingungan bagi orang banyak yang mendengarkannya khususnya mengenai isu moral dan keselamatan. Karena memang ada karya kerahiman spirituil (menyelamatkan jiwa-jiwa) serta karya kerahiman jasmani (menolong orang-orang miskin).

Saya telah banyak membaca dan mendengar sendiri, banyak sekali adanya kardinal, uskup dan para religius yang bersikap liberal yang mengkritik para paus terdahulu. Namun jika anda mengkritik ‘paus mereka’ saat ini, maka anda akan dituduh bukan Katolik dan sebagai orang yang jahat.
Didalam menulis di blog ini, saya menyajikan apa yang sedang terjadi. Biarlah buah-buah itu yang memutuskan. Saya akan membiarkan buah-buah itu untuk berbicara sendiri. Dengan demikian saya tidak akan menghakimi paus kita saat ini. Namun saya tidak akan meninggalkan Gereja Katolik dan saya tidak mengatakan bahwa dia bukanlah paus. Saya juga membaca dalam blog sedevecantist yang mengatakan bahwa orang seperti saya ini adalah seperti ‘memukul paus kita namun memilikinya juga’.
Kita sangat diberkati jika menjadi seorang Katolik tradisional, dan kita bekerja untuk mengasihi, berdoalah dan berusaha bagi pertobatan puas kita. Pada saat yang sama kita juga tahu bahwa kita tidaklah sempurna, dan kita juga butuh pertobatan diri kita sendiri.