Tuesday, June 29, 2021

Orang Kudus Yang Pernah Mengunjungi Neraka...

These Last Days News - February 15, 2019

 

 

 

Orang Kudus Yang Pernah Mengunjungi Neraka Dan Kembali Untuk Menceritakannya

 

https://www.tldm.org/news41/the-saint-who-visited-hell-and-came-back-to-talk-about-it.htm

 

 

by Ted Flynn

 

Kitab Suci dan tradisi di gereja menunjukkan dengan jelas bahwa ada tempat yang disebut neraka. Orang-orang berbicara tentang surga sepanjang waktu, tetapi mereka jarang menyebut neraka, kecuali dalam bahasa sehari-hari, yang merupakan bagian dari kutukan, atau sebagai bahasa umpatan dalam percakapan sehari-hari. Sering dikatakan bahwa pencapaian terbesar iblis adalah membuat orang berpikir bahwa neraka itu tidak ada. Itu mungkin penilaian yang benar karena jika seseorang benar-benar tahu apa yang dikatakan mistikus zaman dahulu tentang neraka, maka orang-orang akan jauh lebih serius dengan perbuatan mereka sehari-hari. Blaise Pascal, pria dari zaman Renaisans Prancis, memiliki pemikiran yang sama tentang Tuhan. Dia berkata bahwa ‘jika tidak ada Tuhan maka tidak ada yang penting, tetapi jika ada Tuhan, maka tidak ada yang lain yang penting.’

 

Pada awal abad keempat belas, Dante Alighieri menulis puisi epik The Divine Comedy. Selama ratusan tahun karya itu dianggap sebagai salah satu karya klasik terbesar (bukan hanya di dunia Kristen) yang pernah ditulis dalam peradaban barat. Ini adalah kisah penyair Romawi Virgil yang membimbing Dante melalui neraka lebih dulu, dan kemudian diikuti oleh Api Penyucian, dan kemudian Surga (Paradiso).

Deskripsi neraka sangat jelas dan gamblang, dan itu adalah sumber dari banyak percakapan dan pelajaran kelas tentang seperti apa neraka itu. Kitab Suci menyebut neraka pada beberapa kesempatan, tetapi tidak memberikan banyak deskripsi seperti apa atau apa yang terjadi di sana. Dante menggambarkan neraka yang terdiri dari sembilan lingkaran siksaan konsentris bagi mereka yang tidak mengakui Tuhan dan mengejar nafsu dosa. Setiap lingkaran menjadi jauh lebih parah dengan siksaan spiritual dan fisik daripada yang sebelumnya, sementara orang terus berjalan semakin dalam ke jurang maut.

 

Sebagai seorang Katolik seumur hidup, saya rasa saya belum pernah mendengar khotbah dari atas mimbar tentang neraka. Namun Yesus mengatakan dengan jelas bahwa itu ada. Dalam dunia relativisme moral, hal ini tidaklah mengejutkan. Terakhir kali saya ingat, sering mendengar kata neraka sebagai kenyataan, adalah ketika pendiri majalah Playboy, Hugh Hefner meninggal pada September 2017. Banyak yang merasa dia akan segera menjadi pengunjung di neraka karena percabulan tak terhitung banyaknya dan kebusukan moral yang dia bawa kepada budaya manusia secara global. Hefner membuka portal dosa bagi banyak orang muda di usia rentan, di mana dari kebiasaan kemudian muncullah kecanduan — yang kemudian mengarah kepada dosa yang lebih besar.

 

 

Penglihatan Santa Faustina Tentang Neraka Dari Apa Yang Yesus Ajarkan Kepadanya

 

Di zaman relativisme yang meluas saat ini, dan kurangnya pembinaan spirituil bagi mayoritas umat Katolik, maka hanya sedikit orang yang menyadari konsep dosa sebagai realitas fisik. Namun, seorang biarawati muda dari Polandia bernama Suster Faustina (Santa Faustina) diberi jauh lebih banyak informasi oleh Yesus sendiri daripada yang bisa diberikan Dante.

 

Deskripsinya bisa menggerakkan jiwa yang paling keras seperti batu. Sebagai novis muda pada tahun 1925, malaikat pelindungnya membawa Suster Faustina ke Api Penyucian. Setelah itu, dalam apa yang menjadi praktik seumur hidupnya, dia menjadikannya sebagai rutinitas untuk berdoa bagi jiwa-jiwa di Api Penyucian. Surga juga membawanya ke neraka dan dia menulis, “Saya, Suster Faustina, atas perintah Tuhan, telah mengunjungi jurang neraka hingga saya dapat memberi tahu jiwa-jiwa di dunia tentang tempat itu, dan bersaksi tentang keberadaannya. Itu adalah tempat siksaan besar…  

 

Jenis-jenis penyiksaan yang saya lihat:

 

Siksaan pertama yang mewakili neraka adalah hilangnya kehadiran Tuhan;

Yang kedua adalah penyesalan hati nurani yang terus-menerus;

Yang ketiga adalah bahwa kondisi seseorang di neraka tidak akan pernah berubah;

Yang keempat adalah api yang akan menembus kedalam jiwa tanpa menghancurkannya —– ini adalah penderitaan yang mengerikan, karena ini adalah api spiritual murni, yang dinyalakan oleh murka Tuhan;

Siksaan kelima adalah berupa kegelapan yang terus-menerus dan bau yang menyesakkan dan mengerikan, dan, terlepas dari kegelapan itu, iblis dan jiwa orang terkutuk di neraka bisa melihat satu sama lain dan semua kejahatan yang mereka lakukan, baik kejahatan orang lain maupun kejahatan mereka sendiri;

Siksaan keenam adalah kebersamaan dengan setan;

Siksaan ketujuh adalah keputusasaan yang mengerikan, kebencian kepada Tuhan, kata-kata keji, kutukan, dan hujatan.

 

Ini adalah siksaan yang diderita oleh semua jiwa yang terkutuk bersama-sama. Tetapi itu bukanlah akhir dari penderitaan. Ada siksaan khusus yang diperuntukkan bagi jiwa-jiwa tertentu. Ini adalah siksaan indera. Setiap jiwa mengalami penderitaan yang mengerikan dan tak terlukiskan, terkait dengan cara atau indera di mana ia telah berdosa.

 

Deskripsi Faustina tentang neraka ini sama nyatanya dengan yang dapat disampaikan oleh siapa pun dalam bahasa tertulis. Ini menempatkan segala sesuatu dalam perspektif tentang keberadaan duniawi kita dan tujuan kita dalam hidup ini, dan konsekuensi dari tindakan kita.

 

Suster Faustina memberikan penjelasan lebih lanjut bahwa Tuhan memerintahkannya untuk menulis hal-hal ini “...agar tidak ada jiwa yang mencari-cari alasan dengan mengatakan tidak ada neraka, atau bahwa tidak ada seorang pun yang pernah ke sana, dan tidak ada yang bisa mengatakan seperti apa rasanya neraka itu….Saya perhatikan satu hal, bahwa sebagian besar jiwa di sana adalah orang-orang yang tidak percaya bahwa neraka itu ada …. “ Suster Faustina menyadari perlunya lebih banyak doa bagi orang-orang untuk mencegah penderitaan ini sehingga dia akan ”terus-menerus memohon belas kasihan Tuhan bagi mereka.” (Diary 741).

 

Lebih lanjut dalam Buku Hariannya ditulis tentang esensi mutlak dari Kerahiman Ilahi dan bagaimana rahmat kerahiman selalu tersedia bagi semua orang hingga saat kematiannya. Faustina menulis, “Rahmat Kerahiman Tuhan terkadang menyentuh orang berdosa di saat-saat terakhirny dengan cara yang ajaib dan misterius. Secara lahiriah, sepertinya semuanya telah musnah, tetapi tidak demikian. Jiwa yang diterangi oleh pancaran rahmat terakhir yang kuat dari Tuhan, akan berpaling kepada Tuhan di saat-saat terakhirnya, dengan kekuatan kasih yang sedemikian rupa sehingga, dalam sekejap dia akan menerima pengampunan atas dosa dan hukuman dari Tuhan, sementara secara lahiriah tidak menunjukkan tanda-tanda pertobatan atau penyesalan, karena jiwa (pada tahap itu) tidak lagi bereaksi terhadap hal-hal eksternal. Oh, betapa di luar pemahaman belas kasihan Tuhan! …Tuhan yang Maha Pengasih memberikan jiwa sebuah momen kehidupan batin seperti itu, sehingga jika jiwa itu berkehendak, dia memiliki kemungkinan untuk kembali kepada Tuhan. Tetapi kadang-kadang sifat keras kepala dalam jiwa begitu besar sehingga secara sadar mereka memilih neraka.” (1698).

 

Neraka adalah pilihan yang disengaja oleh orang yang congkak. Perhatikan bagaimana Faustina (perkataan dari Yesus) di atas mengatakan “...secara sadar mereka memilih neraka.” Orang dapat merenungkan dua pencuri di kayu salib di sebelah Yesus saat Dia disalibkan. Keduanya akan mati dalam waktu satu jam, namun yang satu meminta belas kasihan, yang lain tidak. Yesus tidak pernah menanyakan kejahatan orang yang meminta belas kasihan itu. Yesus langsung memberikan pengampunan karena hal itu diminta oleh si pencuri itu. Pencuri yang bertobat adalah satu-satunya orang di seluruh Perjanjian Baru yang secara khusus diberitahu bahwa dia akan pergi ke surga. Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku berjanji kepadamu hari ini kamu akan bersama-sama dengan Aku di surga” (Lukas 23:43). Tidak ada rasul yang pernah secara khusus diberitahu tentang hal ini. Bukan Petrus, bukan Yohanes, bukan Andreas, bukan Matius, bukan Paulus… Pencuri itu ‘mencuri surga’ melalui penyesalan hati yang tulus pada saat kematiannya, karena dia mengenali bahwa Yesus sendiri yang dapat mengabulkan permintaan ini.

 

Kerahiman Ilahi yang diperintahkan Yesus untuk ditulis oleh Suster Faustina adalah tentang belas kasihan yang tak terhingga yang dimiliki Yesus bagi orang-orang. Ia tidak mengenal batas dan tak terhingga. Karena neraka adalah jurang yang tak berujung, maka Kerahiman-Nya juga merupakan lautan kerahiman dan kasih yang tak berujung. Hampir tidak ada batasan untuk pengampunan dan belas kasihan-Nya. Tidak seorang pun diluputkan dari belas kasihan itu, tetapi mereka harus memintanya, dan belas kasihan itu tersedia sepanjang jalan sampai saat kematiannya. Dosa memisahkan kita dari diri kita sendiri, dari orang lain, dan dari Tuhan. Dosa adalah neraka.  

 

Tuhan berkata kepada Yesaya, “Dosamulah yang memisahkan kamu dari Allah” (59:2). Ketika jiwa menjauh dari Tuhan, mereka sering merasa tidak layak untuk mendekati-Nya. Karena alasan inilah ada begitu banyak orang yang menjauh dari Tuhan selama 10, 20, 30, 40, atau bahkan 50 tahun sebelum mereka menyadari bahwa yang tersisa hanyalah Empat Hal Terakhir: Kematian, Penghakiman, Surga, Neraka.

 

Seseorang mungkin merasa dirinya tidak layak untuk meminta Kerahiman Tuhan karena dosa-dosa  sebelumnya. Itu mungkin menghalangi mereka untuk menerima kasih berlimpah yang akan diberikan Tuhan ke dalam hidup mereka, dimana Tuhan sendiri yang ingin memulihkan dan menyembuhkan orang itu. Ini adalah kebohongan Setan yang mengatakan kepada mereka bahwa mereka tidak dapat diampuni.

 

Dosa itu seperti sekantong bulu yang dilepaskan dalam badai angin. Jika dosa terjadi, dan kemana perginya setelah itu, dapat mempengaruhi kehidupan banyak generasi. Itu sangat merugikan, bahkan tanpa orang yang berdosa itu menyadarinya. Dosa itu beriak seperti batu yang dilemparkan ke kolam yang tenang, kemudian meluas ke seluruh bagian kolam air. Kumpulan bulu itu tidak akan pernah bisa diatur dengan cara yang sama lagi. Yesus berkata, “Setan datang untuk membunuh, membinasakan, dan mencuri, tetapi Aku datang untuk memberi kamu hidup, dan memberikannya lebih banyak lagi”  (Yohanes 10:10). Adalah Kerahiman Ilahi Tuhan yang menyambut orang berdosa untuk kembali ke dalam pelukanNya. Tuhan tidak pernah menanyakan masa lalu, tetapi selalu memaafkan ketika seseorang meminta ampun dengan tulus. Tidak peduli beratnya pelanggaran dan dosanya, tidak ada dosa yang terlalu besar bagi Kerahiman-Nya. Karena itu segeralah memanfaatkan Kerahiman-Nya selagi masih ada waktu.

 

 

JESUS, I TRUST IN YOU

 

 

-----------------------------------------

  

 


 

"Kamu hanya memiliki dua takdir terakhir: Surga atau neraka. Ketahuilah bahwa setan terus berusaha menghilangkan realitas keberadaan kerajaannya, neraka, darimu. Jika dia membuat lelucon tentang keberadaan neraka di antara kamu, dia itu menipu kamu agar kamu berdosa lagi dan melepaskan dirimu dari Roh Terang. Dan ketika kamu melepaskan dirimu dari Roh Terang, maka kamu melepaskan dirimu dari kehidupan kekal di dalam Kerajaan Bapamu, Allah yang Mahatinggi di Surga." - Our Lady of the Roses, Bayside, 1 Februari 1975

 

-------------------------------------------------

 

Silakan membaca artikel lainnya di sini: 

Enoch, 21 Juni 2021

Pertempuran Terakhir Setan – Bab 4

Mantan Cendekiawan Anglikan: Mengapa Pertobatan Francis Begitu Sulit

LDM, 25 Juni 2021

DUKUNGAN FRANCIS PADA KONPERENSI YANG MENDUKUNG LGBT

Imam-Imam Berbicara

Kaisar, Mammon, Dan Sodom, Bersatu Dalam Pengaturan Ulang (Reset) Besar Gereja

 

 

 

Monday, June 28, 2021

Kaisar, Mammon, Dan Sodom, Bersatu Dalam Pengaturan Ulang (Reset) Besar Gereja

 

 

 

Kaisar, Mammon, Dan Sodom, Bersatu Dalam Pengaturan Ulang (Reset) Besar Gereja

https://stream.org/caesar-mammon-and-sodom-unite-in-the-great-reset-of-churches/

 

Apakah paus Francis sedang meletakkan remah-remah roti bagi kelompok LGBT untuk menuntut gerejanya agar mengesahkan perkawinan sesama jenis?

 

By JOHN ZMIRAK Published on June 11, 2021

 

John Zmirak

 

Pekan lalu, Jason Jones mewawancarai teolog John Gravino  tentang diadakannya “Reset Besar Katolik.” Rencana itu adalah rencana yang diyakini Gravino telah ada di kalangan gereja, dan yang disukai oleh paus Francis. Hal ini dipandang relevan bagi semua orang Kristen karena reset besar ini melibatkan Gereja dan Negara, dengan cara yang mungkin kita anggap mustahil, dan sekaligus mengancam umat beriman yang setia di seluruh dunia. Gravino berpendapat, dalam bukunya Confronting the Pope of Suspicion, bahwa umat Kristen liberal seperti Francis, sedang mempersiapkan jalan bagi pemerintahan pro-LGBT di seluruh dunia untuk ikut campur langsung di dalam tempat-tempat suci kita.

 

Jones sangat terkejut dengan kasus yang diungkap John Gravino sehingga dia ikut menghadiri acara Alex Jones Show. Dia berbicara selama satu jam dengan pembawa acara yang kontroversial. Topiknya? Adanya bukti kuat bahwa Francis sedang menempatkan dan melibatkan Gereja pada institusi-institusi globalis pro-aborsi, para pendukung progresif dari Wokeness, dan pemerintah Komunis Cina.
 
Saya bergabung dengan Gravino di acara Jason Jones Show untuk menanyai Gravino tentang klaimnya itu. Apa yang dia katakan sungguh sangat mengkhawatirkan sehingga kami berbicara selama hampir dua jam. Bagi mereka yang sangat tertarik dengan gereja Katolik saat ini, saya sarankan untuk mengunduh video acara itu dan merenungkannya. 

 

Kaisar Akan Mencekokkan ‘Injil Baru’ Ini Kedalam Tenggorokan Kita

 

Izinkan saya menyampaikan intinya bagi mereka yang lebih suka membaca saja. Para aktivis LGBT telah lama meminta toleransi dan penerimaan resmi secara hukum, atas keberadaan mereka. Sekarang mereka menuntut ‘inklusi,’ yang berarti sesuatu yang sangat spesifik. Kita sebagai umat Kristen diharuskan untuk menerima relasi (perkawinan) sesama jenis mereka sebagai hal yang sah di mata Tuhan, dan kehidupan seks mereka sebagai tindakan yang bijak, dan bukan berdosa. Gereja-gereja kita ditekan untuk menata ulang doktrin dan praktiknya agar sesuai dengan budaya modern saat ini, sampai ke pelukan kegilaan transgender yang terbaru.

 

Dan jika tidak, pemerintah akan memaksa kita, sedapat mungkin, dengan cara apa pun. Tradisi moralitas seksual Yahudi dan Kristen yang luhur, yang berusia lebih dari 6.000 tahun, disetarakan secara moral dengan rasisme. Begitulah sindikat kaum LGBT bersikeras. Pemerintah federal Amerika Serikat telah mengatakan bahwa mengakhiri “diskriminasi rasisme” semacam ini adalah demi “kepentingan umum.”

 

Ketika Reagan menjadi presiden, Mahkamah Agung Amerika Serikat menguatkan penolakan IRS atas status bebas pajak kepada Universitas Bob Jones. (Dulu aturan itu melarang dan menganggap sebagai kencan antar ras yang “tidak alkitabiah”.) Sekarang larangan oleh gereja-gereja atas relasi (perkawinan) sesama jenis akan menghadapi tantangan yang sama oleh Negara. Itu bisa membahayakan pembebasan pajak, kontrak pemerintah, dan berbagai manfaat pemerintah lainnya.

 

Jadi gereja-gereja tradisionil dan ortodoks yang berpegang teguh pada moral alkitabiah akan dapat dikenakan pajak seperti halnya rumah-rumah bordil di Nevada, menghadapi pertempuran zonasi seperti klub-klub tari telanjang, dan dilarang melayani sebagai kontraktor pemerintah. (Sementara Planned Parenthood masih melakukannya, untuk mengambil semua organ janin hidup dan masih dijual hingga sekarang.) 

 

Memperbesar Ambiguitas Dan Menyusup Kedalam Kepemimpinan Gereja

 

Tapi itu masih belum cukup. Karena Anda mungkin masih memiliki gereja-gereja yang menentangnya — baik di pengadilan maupun dalam praktik. Jadi para aktivis LGBT kemudian membenamkan dirinya ke dalam gereja, mengambil alih institusi, dan meningkatkan pengaruhnya, dengan tujuan melakukan perubahan dari dalam. Ada upaya besar-besaran oleh para aktivis ini di negara-negara seperti Jerman dan AS untuk menuntut agar paroki-paroki Katolik secara terbuka ‘memberkati perkawinan’ sesama jenis.

 

Paus Francis tampaknya mendukung jenis perkawinan semacam itu, mencurangi lebih dari satu sinode uskup Katolik, mencoba untuk melonggarkan moral seksual Katolik ke arah yang ramah gay. Dia menerima banyak perlawanan lebih daripada yang dia harapkan, di dalam gereja sendiri. Baru-baru ini wakilnya sendiri yang bertanggung jawab atas doktrin Iman mengeluarkan dokumen yang menyangkal bahwa gereja dapat memberkati persatuan seperti itu (perkawinan sejenis). Dokumen itu telah diterbitkan, tetapi Francis tampaknya mengelak darinya dan mengabaikannya.

 

Gravino percaya bahwa Francis punya rencana tertentu, yaitu menciptakan ambiguitas yang cukup besar tentang ajaran gereja Katolik bahwa mereka tidak akan bisa diajukan di pengadilan. Agar ini masuk akal, kita perlu mengingat beberapa contoh sejarah. Selama Perang Vietnam, umat Katolik mengalami kesulitan mengklaim bahwa tindakan represiv pemerintah adalah penentangan terhadap  hati nurani. Mengapa? Karena gereja mereka sendiri tidak secara jelas menolak perang. Dan pengadilan AS melihat ke pernyataan resmi gereja untuk menentukan apakah klaim Amandemen Pertama Amerika Serikat sebenarnya sah. Jika gereja sendiri menyangkal sebuah doktrin, maka orang yang menentang Negara dengan alasan hukum gereja, tidak akan memiliki kaki untuk berdiri. 

 

Pengadilan Sirkuit Kesembilan Mungkin Menghantam Sebagai Hunjaman Paku Yang Terakhir

 

Maka, menurut Gravino, paus Francis bermaksud menciptakan ambiguitas tentang sikap gereja Katolik terhadap moralitas seksual. Cukuplah bahwa hakim AS yang membantu niat Francis turun tangan dan menuntut agar para pastor dan uskup “mengikuti program itu.” Jika pendirian gereja pada masalah perkawinan sesama jenis dapat dibuat cukup ambigu, maka kelompok-kelompok LGBT kaya dapat menggelontorkan uang bagi sebuah negara dengan pengadilan aktivis liberal. Kemudian hasilkan undang-undang tentang pasangan yang baik dan berwajah segar, pasangan sejenis, yang menuntut pernikahan yang luar biasa di paroki Our Lady of Consummate Good Taste di California.

 

Jika pastor menolak memberkati mereka, dan uskupnya benar-benar mendukung pastornya, mereka berdua akan kalah di pengadilan. Ini karena Vatikan sendiri (hakim yang memerintah) tidak secara jelas melarang upacara semacam itu. Oleh karena itu Amandemen Pertama Amerika Serikat tidak bisa melindungi para pastor yang menolak orang-orang LGBT dari klaim mereka soal diskriminasi. 

 

Pertama Mereka Datang Untuk Menarget Gereja Katolik

 

Jika ini terjadi pada umat Katolik (dengan dukungan paus secara diam-diam) hal itu juga akan segera menyerang gereja-gereja lain. Akankah kelompok kepemimpinan Metodis, Baptis Selatan, dan denominasi lain memiliki ketabahan untuk melawan ini di pengadilan, karena media massa melabeli kaum ortodoks dengan julukan "fanatik" dan "pembenci"? Hanya sedikit yang keberatan dengan vaksin COVID yang tercemar sel janin aborsi, atau perintah penguncian wilayah yang diberlakukan oleh para gubernur negara bagian biru (partai demokrat Amerika Serikat, Biden) yang keras.

 

Jadi kekuatan-kekuatan radikal di dalam gereja tidak harus “memenangkan” setiap pertarungan internal. Mereka hanya perlu mendorong keras untuk menanamkan ambiguitas dalam pendirian resmi gereja mereka. Kemudian seorang hakim aktivis liberal, dan kelompok hukum LGBT yang didanai secara besar-besaran, akan melakukan sisanya.


Itu akan menambah kekuatan besar dari pemerintah federal AS dalam upaya mereka, dan memanfaatkan kepengecutan dan kompromi manusiawi yang selalu harus dihadapi umat Kristen sejati. Bahkan para pemimpin gereja yang setia akan terpancing untuk menyerah, dengan kebangkrutan sebagai alternatifnya. (Pikirkan bagaimana uang itu dapat digunakan untuk membantu orang miskin, seperti yang pernah diusulkan oleh Judas Iskariot.)

Gereja-gereja yang menyerah tidak akan mati dengan cara yang keras dan mendadak, tetapi dengan cara yang sederhana dan perlahan.

 

--------------------------------- 

 

John Zmirak is a senior editor at The Stream, and author or co-author of ten books, including The Politically Incorrect Guide to Immigration and The Politically Incorrect Guide to Catholicism. He is co-author with Jason Jones of “God, Guns, & the Government.”

 

---------------------------------

 

Silakan membaca artikel lainnya di sini: 

Santa Jacinta Layak Menjadi Santa Pelindung Untuk Bermeditasi Tentang Neraka

Enoch, 21 Juni 2021

Pertempuran Terakhir Setan – Bab 4

Mantan Cendekiawan Anglikan: Mengapa Pertobatan Francis Begitu Sulit

LDM, 25 Juni 2021

DUKUNGAN FRANCIS PADA KONPERENSI YANG MENDUKUNG LGBT

Imam-Imam Berbicara

 

 

Sunday, June 27, 2021

Imam-Imam Berbicara

 IMAM-IMAM BERBICARA

https://www.churchmilitant.com/news/article/priests-speak-out  

 

 

by Trey Blanton  •  ChurchMilitant.com  •  June 25, 2021  

 

Paus Francis membuang tradisi

Sekali lagi paus Francis mengungkapkan ketidaksenangannya pada apa yang disebutnya ‘Katolik kaku’ — yaitu umat Katolik yang tidak mau mengikuti mode zaman, demikian menurut Francis, dan mereka sama sekali tidak merasa senang. Francis berkata tentang orang-orang ‘kaku’ ini: mereka tidak mau menerima ‘sukacita dari Roh Kudus.’ Mereka sangat kaku dan kesal dan kejam.

 

Paus Francis mengatakan: "Tidak ada kekurangan para pengkhotbah yang, terutama melalui sarana komunikasi modern, menampilkan diri dan mengganggu komunitas mereka."

 

Paus tertinggi Gereja ini memanggil para imam pada tanggal 23 Juni, seperti pastor Francis Gloudeman, yang berbicara menentang kemunafikan umat Katolik palsu saat ini.

 

Pastor Francis Gloudeman berkata dalam kesempatan lain: "Contoh kemunafikan yang nyata adalah Joe Biden. Dia bilang dia Katolik, tapi dia berbuat sebaliknya. Dia mendukung hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Katolik." Pastor ini juga tidak segan-segan mengajari umatnya bahwa mendukung dosa, bahkan meski Anda seorang uskup, adalah salah.

 

Pastor Francis Gloudeman mengatakan: "Uskup kami, Alberto Rojas, adalah salah satu dari 14 uskup yang membuat kesalahan besar. Dia adalah salah satu dari 14 uskup yang menandatangani dokumen yang mengatakan bahwa LGBT itu sehat, itu normal."

 

Paus Francis, bagaimanapun, tidak ingin Iman sejati diajarkan jika hal itu berarti mengoreksi atau menyalahkan para uskup ‘anak buahnya’ yang mendukung LGBT dan kesesatan lainnya.

 

Paus Francis berkata: "Kadang-kadang kita melihat ini mungkin, bahkan di beberapa komunitas Kristen, atau di keuskupan, ada beberapa orang atau kelompok yang berusaha untuk mendiskreditkan imam paroki atau uskup. Orang-orang ini berusaha memecah belah, bukannya membangun dan menyatukan."

 

Roh Kudus mungkin memanggil kita untuk menanggapi kebutuhan zaman. Tetapi umat Katolik sejati tahu bahwa ajaran Gereja tidak dapat diubah melalui konsensus, bahkan meski strategi disesuaikan.

 

St. Olaf, raja Norwegia abad ke-11, telah memusnahkan orang-orang kafir di wilayahnya yang berperang melawannya untuk mempertahankan praktik iblis mereka.


Padre Pio mencontohkan ketaatan dalam menghadapi hukuman kanonik yang tidak adil dengan cara hidup seperti Kristus. Kini ada semakin banyak imam yang berani berbicara lebih tegas menentang kebusukan di dalam Gereja.


Pastor James Altman dengan berani berkata kepada uskupnya: "Apa yang Anda [Uskup Agung Detroit, Allen Vigneron] izinkan untuk dilakukan terhadap imam yang suci itu [pastor Eduard Perrone] adalah aib."

 

Para imam ini, meskipun mereka menderita pelecehan fisik dan emosional dari imam-imam lain, mereka tetap patuh pada hukum kanonik dan otoritas tertinggi dari Kristus sendiri.

 

Pastor Michael Suhy juga berkata: "Ini adalah jawaban yang aneh, tetapi saya pikir itu adalah bagian dari alasan mengapa kami dikesampingkan dan dilecehkan. Kami secara efektif mewartakan Injil Yesus Kristus."

 

Deposit Iman bukanlah demokrasi. Itu adalah kebenaran yang harus dipertahankan, terutama ketika ia dipecah-belah. 

Paus Francis mengatakan bahwa dia menginginkan "Gereja yang mau mendengarkan." Nah, kini imam-imam yang setia kepada ajaran Kristus yang sejati berbicara. Tolong dengarkan mereka!

 

--------------------------------- 

Silakan membaca artikel lainnya di sini: 

Giselle Cardia, 8, 12, 15, 19 Juni 2021

Santa Jacinta Layak Menjadi Santa Pelindung Untuk Bermeditasi Tentang Neraka

Enoch, 21 Juni 2021

Pertempuran Terakhir Setan – Bab 4

Mantan Cendekiawan Anglikan: Mengapa Pertobatan Francis Begitu Sulit

LDM, 25 Juni 2021

DUKUNGAN FRANCIS PADA KONPERENSI YANG MENDUKUNG LGBT

 

 

DUKUNGAN FRANCIS PADA KONPERENSI YANG MENDUKUNG LGBT

 DUKUNGAN FRANCIS PADA KONPERENSI YANG MENDUKUNG LGBT

 

Francis mengirim surat tulisan tangan yang panjang kepada rekannya Yesuit, pastor James Martin, untuk mengucapkan selamat kepadanya atas Konferensi "Gay" untuk "kawanan gay"-nya

 

https://rorate-caeli.blogspot.com/2021/06/francis-sends-long-handwritten-letter.html 

 

Konferensi sesat dan pro-"LGBTQ-dll" yang dipromosikan oleh pastor James Martin SJ, seorang romo pendukung kuat LGBT dan teman-teman sesat lainnya di Universitas Jesuit Fordham, di New York City, yang berlangsung kemarin.

 

Logo konperensi yang mendukung LGBT yang diadakan oleh romo James Martin SJ.


Semua yang perlu Anda ketahui tentang keadaan Gereja saat ini, di bawah Rezim Jesuit, adalah bahwa paus Francis, teman dekat pastor James Martin, Jesuit, pendukung LGBT, telah mengiriminya salah satu surat tulisan tangannya yang terpanjang yang pernah ditulisnya, untuk mengucapkan selamat kepadanya atas perayaan bagi semua kejahatan dan penyimpangan di dunia saat ini, di bawah kedok "kasih" dan dengan mencatut nama paling suci Tuhan Yesus Kristus sendiri. Sama seperti kata kasih yang disalahgunakan untuk mencerminkan hubungan sexual yang berlawanan dengan alam, nama Dia yang adalah Kasih, Yesus, disalahgunakan untuk mempromosikan dosa dan gaya hidup yang berdosa: homosex.

 

Berikut ini adalah surat paus Francis kepada pastor James Martin:

 




Surat tulisan tangan Francis kepada pastor James Martin 

(Sumber gambar/foto: James Martin's personal Twitter account.)

 

 

----------------------------------------

 

Silakan membaca artikel lainnya di sini:

 

Pedro Regis 5136 - 5140

Giselle Cardia, 8, 12, 15, 19 Juni 2021

Santa Jacinta Layak Menjadi Santa Pelindung Untuk Bermeditasi Tentang Neraka

Enoch, 21 Juni 2021

Pertempuran Terakhir Setan – Bab 4

Mantan Cendekiawan Anglikan: Mengapa Pertobatan Francis Begitu Sulit

LDM, 25 Juni 2021

 

Friday, June 25, 2021

Mantan Cendekiawan Anglikan: Mengapa Pertobatan Francis Begitu Sulit

 

Pastor John Hunwicke

 

Mantan Cendekiawan Anglikan: Mengapa Pertobatan Francis Begitu Sulit

https://gloria.tv/post/B2qSvLX6R89p1VNd4LvPV6aVS 

 

Roh Kudus tidak meminta kepada para penerus Santo Petrus untuk menyebarkan doktrin-doktrin baru, tetapi untuk mewariskan Deposit Iman, yang telah mereka terima dari para Rasul, kata Pastor John Hunwicke di LiturgicalNotes.blogspot.com (24 Juni 2021).

Namun, Francis memang sengaja tidak menganggap dirinya sebagai Penerus Santo Petrus. Pastor Hunwicke mengacu pada audiensi umum 23 Juni lalu, di mana Francis mengungkapkan lagi pemahaman Ultramontanisnya tentang kepausan, dan dia berkata bahwa mereka yang tidak setuju dengan doktrin pribadinya, yang banyak dipertanyakan banyak pihak, adalah laksana orang-orang yang tidak setuju dengan Kristus. 

Bagi Francis, penjahat adalah mereka yang "keras" berpegang pada - apa yang dia sebut - "Yang Lama" dan tidak mau mendengar "Yang Baru." Pastor Hunwicke mengatakan bahwa ucapan Francis ini "tidak hanya arogan" tetapi "menghujat" karena Francis bukanlah Kristus atau pemberi hukum baru yang diutus untuk menggantikan Musa dan Kristus.

Francis begitu agresif ketika dia menyerang para pengkritiknya sehingga pastor Hunwicke menduga, bahwa Francis jauh di lubuk hatinya, dia tahu bahwa dirinya salah.

Oleh karena itu, pertobatan Francis - yang menurut pastor Hunwicke dia usulkan sebagai solusi - tidaklah mungkin dilakukan seperti yang dia sendiri akui, "Alasan mengapa kesombongan adalah dosa yang membawa malapetaka adalah karena kesombongan membuat metanoia [pertobatan] menjadi sangat sulit."

#newsRpxwbpgbtz 

 

 

St.Petrus: Pachamama diundang masuk kedalam basilika saya, tetapi imam-imam yang mau mempersembahkan Misa disitu tidak lagi diterima?

 

 

---------------------------------------

 

Silakan membaca artikel lainnya di sini:

 

Kompleks Bangunan Tempat Ibadah Antar Agama Yang Didukung Oleh Vatikan

LDM, 18 Juni 2021

Pedro Regis 5136 - 5140

Giselle Cardia, 8, 12, 15, 19 Juni 2021

Santa Jacinta Layak Menjadi Santa Pelindung Untuk Bermeditasi Tentang Neraka

Enoch, 21 Juni 2021

Pertempuran Terakhir Setan – Bab 4