Tuesday, May 31, 2022

Uskup Kepala di Jerman Memberikan Komuni Kudus Seorang Protestan

 

en.news

 Uskup Kepala di Jerman Memberikan Komuni Kudus

Kepada Seorang Pejabat Tinggi Protestan

 https://gloria.tv/post/9JWoKxc4pMTj3y12VzDrmLWg6




Ketua Uskup Jerman, Georg Bätzing, memberikan Komuni Kudus kepada politisi Protestan, Thomas de Maizière, pada 29 Mei 2022 lalu.

Kesempatan itu adalah Katholikentag Stuttgart, sebuah pertemuan seperti festival yang diselenggarakan oleh kaum awam "Katolik". De Maizière adalah Menteri Dalam Negeri dan Pertahanan Federal Jerman (2009-2018) dan dia akan menjadi presiden Kirchentag Protestan tahun 2023.

Tindakan sakrilegi itu dipuji oleh mantan jurnalis Gereja, Christoph Strack, di Twitter.com, yang merangkum strategi gereja Katolik Jerman dengan kalimat “Lakukan terus.”

Para wartawan yang bekerja di gereja biasanya menutup-nutupi tindakan sakrilegi seperti dalam kasus politisi Muslim yang mengambil Komuni di Katholikentag yang sama.

#newsKsuoerxzqf

-----------------------------------

Silakan membaca artikel lainnya di sini:

Pesan Bunda Maria Akita Semakin Digenapi ...

Pejabat Vatikan Di Davos: Gereja Katolik Sedang Melaksanakan Agenda Forum Ekonomi Dunia

LDM, 27 Mei 2022

Gereja Jerman Membuat Langkah Selanjutnya...

Perjanjian WHO Terkait dengan Paspor Digital Global dan Sistem ID

Soros Mengakui COVID Membantu 'Melegitimasi Instrumen Kontrol'

Pedro Regis, 5286 - 5290

 

 



Monday, May 30, 2022

Soros Mengakui COVID Membantu 'Melegitimasi Instrumen Kontrol'

 Soros Mengakui COVID Membantu 'Melegitimasi' 'Instrumen Kontrol'

Yang Mendorong Munculnya 'Rezim Represif'

https://www.lifesitenews.com/news/soros-admits-covid-helped-legitimize-instruments-of-control-that-aid-repressive-regimes/ 

 

George Soros mengatakan bahwa 'Covid-19 juga membantu melegitimasi instrumen kontrol karena sangat berguna dalam menangani virus.' 

 


 

by Emily Mangiaracina 

 

Wed May 25, 2022 - 5:43 pm EDT

 

DAVOS, Swiss (LifeSiteNews) — George Soros, penyandang dana globalis dan miliarder sayap kiri radikal, kemarin menyatakan bahwa COVID-19 telah membantu "melegitimasi" metode pengendalian yang dimungkinkan oleh kecerdasan buatan (AI).

 

Komentar Soros ini muncul selama sambutan yang disampaikan pada KTT tahunan Forum Ekonomi Dunia (WEF) 2022 di Davos, saat dia menyinggung bahaya yang dia katakan ditimbulkan oleh AI terhadap masyarakat bebas.

 

Soros menyatakan bahwa “Rezim represif (penindas) sekarang sedang berkuasa dan masyarakat terbuka sedang dikepung,” dan menunjuk ke negara-negara yang dia yakini menimbulkan “ancaman terbesar bagi masyarakat terbuka” hari ini: Cina dan Rusia.

 

“Saya telah merenungkan lama dan mendalam mengapa itu harus terjadi. Saya menemukan sebagian jawabannya dalam pesatnya perkembangan teknologi digital, khususnya kecerdasan buatan,” lanjut Soros yang beberapa editorialnya telah diterbitkan oleh WEF.

 

“Secara teori, AI (kecerdasan buatan) seharusnya netral secara politik: bisa digunakan untuk kebaikan atau keburukan. Namun dalam praktiknya efeknya asimetris. AI sangat bagus dalam menghasilkan instrumen kontrol (sarana penindasan) yang membantu rezim represif dan membahayakan masyarakat terbuka,” lanjutnya, dan dia menambahkan, “Covid-19 juga membantu melegitimasi instrumen kontrol karena sangat berguna dalam menangani virus.”

 

Memang, tidak hanya negara-negara yang biasanya dianggap “represif”, tetapi mayoritas negara di dunia menjadi “tertutup” dalam berbagai tingkatan selama wabah COVID-19, dengan negara-negara seperti Prancis dan Kanada, misalnya, sama-sama dipimpin oleh para pemimpin muda globalis hasil didikan WEF. Para pemimpin itu menerapkan paspor COVID untuk mengontrol akses ke tempat-tempat umum, dan membatasi perjalanan internasional bagi warganya.


Faktanya, di bawah Perdana Menteri Justin Trudeau, Kanada terus memberlakukan beberapa kontrol perjalanan internasional paling ketat di dunia, bahkan ketika profesional kesehatan AS, misalnya, secara luas mengakui bahwa COVID-19 menjadi “semakin seperti flu biasa...”

 

Editor Catholic Family News, Matt Gaspers menyebut pengakuan Soros bahwa COVID-19 membantu memfasilitasi kontrol yang lebih besar ini cukup "menarik," tetapi menambahkan, "dia (Soros) salah tentang 'instrumen kontrol' yang efektif untuk 'menangani virus, dengan mengatakan,' bahwa ‘Lockdown tidak berfungsi."

 

Soros sendiri juga telah melanjutkan pembatasan kebebasan demi alasan COVID-19 dan tujuan sosial lainnya melalui jaringan Open Society Foundations-nya. September lalu, American Civil Liberties Union, yang menerima lebih dari $37 juta dari Soros antara tahun 2000 dan 2014 saja, dan mengatakan suntikan wajib COVID akan “meningkatkan kebebasan sipil.”

 

“Instrumen kontrol” yang, menurut Soros, diaktifkan oleh AI dan “dilegitimasi” oleh COVID-19 telah memfasilitasi apa yang disebut Harari sebagai “kediktatoran digital.”

 

“Para diktator selalu bermimpi untuk sepenuhnya menghilangkan privasi orang banyak, memantau semua orang sepanjang waktu dan mengetahui semua yang Anda lakukan, dan bukan hanya semua yang Anda lakukan, tetapi bahkan semua yang Anda pikirkan dan semua yang Anda rasakan … Mereka tidak pernah bisa melakukannya karena secara teknis tidak mungkin; dan sekarang hal itu menjadi mungkin,” Harari menjelaskan kepada moderator New York Times Liz Alderman selama pertemuan Forum Demokrasi Athena, dalam sebuah video yang sekarang lagi viral.

 

WEF tidak hanya mendukung pengawasan luas dengan alasan COVID – tetapi WEF juga mendukung, misalnya, aplikasi pencarian-dan-pelacakan untuk "mengisolasi orang yang terinfeksi dari yang tidak terinfeksi" - tetapi bertanya bagaimana pemerintah dapat "mengaktifkan sistem perawatan kesehatan" untuk menggunakan pelacakan kontrak digital “di luar COVID-19.”

Pertanyaan untuk Soros, WEF, dan rekan kelompok mereka: Di manakah mereka menarik garis batas antara kontrol yang bersifat "represif" dan kontrol yang bersifat "menguntungkan" masyarakat luas?

------------------------------

Silakan membaca artikel lainya di sini:

Hindari Pencemaran Terhadap Ekaristi Kudus

LDM, 21 Mei 2022

Pesan Bunda Maria Akita Semakin Digenapi ...

Pejabat Vatikan Di Davos: Gereja Katolik Sedang Melaksanakan Agenda Forum Ekonomi Dunia

LDM, 27 Mei 2022

Gereja Jerman Membuat Langkah Selanjutnya...

Perjanjian WHO Terkait dengan Paspor Digital Global dan Sistem ID

 

Sunday, May 29, 2022

Perjanjian WHO Terkait dengan Paspor Digital Global dan Sistem ID

These Last Days News -May 25, 2022

 

 

 


Perjanjian WHO Terkait dengan Paspor Digital Global dan Sistem ID... 

https://www.tldm.org/news54/the-who-treaty-is-tied-to-a-global-digital-passport-and-id-system.htm

 

NOQReport.org reported on May 24, 2022:

by Aaron Kheriaty

 

WHO baru-baru ini mengumumkan rencana untuk membentuk sebuah perjanjian pandemi internasional yang terkait dengan paspor digital dan sistem ID digital. Pertemuan pada bulan Desember 2021 dalam sesi khusus untuk kedua kalinya sejak WHO didirikan pada tahun 1948, Majelis Kesehatan WHO mengadopsi satu keputusan berjudul, Dunia Bersama.”

 

WHO berencana untuk menyelesaikan perjanjian ini pada tahun 2024. Ini akan bertujuan untuk mengalihkan otoritas pemerintahan yang sekarang dicadangkan kepada negara-negara berdaulat untuk diserahkan kepada WHO selama pandemi dengan mengikat secara hukum negara-negara anggota kepada Peraturan Kesehatan Internasional WHO yang direvisi.

 

Pada Januari 2022 Amerika Serikat mengajukan amandemen yang diusulkan pada Peraturan Kesehatan Internasional 2005, yang mengikat semua 194 negara anggota PBB, yang diterima oleh direktur jenderal WHO dan diteruskan ke negara-negara anggota lainnya. Berbeda dengan amandemen konstitusi kita sendiri, amandemen ini tidak memerlukan dua pertiga suara Senat kita, tetapi sekedar mayoritas dari negara-negara anggota.

 

Sebagian besar masyarakat dunia sama sekali tidak menyadari perubahan ini, yang akan berdampak pada kedaulatan nasional negara-negara anggota.

 

Usulan amandemen tersebut antara lain sebagai berikut. Di antara perubahan-perubahan tersebut, WHO tidak perlu lagi berkonsultasi dengan negara bagian atau berupaya mendapatkan verifikasi dari negara bagian di mana suatu peristiwa yang menjadi perhatian yang dilaporkan (misalnya, wabah baru) diduga terjadi sebelum mengambil tindakan berdasarkan laporan-laporan tersebut (Pasal 9.1 ).

 

Selain wewenang untuk menentukan keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional berdasarkan Pasal 12, WHO akan diberikan wewenang tambahan untuk menentukan keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian regional, serta kategori yang disebut sebagai kewaspadaan kesehatan menengah.

 

Negara terkait tidak perlu lagi menyetujui penetapan Direktur Jenderal WHO bahwa suatu peristiwa merupakan keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional. Komite Darurat baru akan dibentuk di WHO, yang akan dikonsultasikan oleh Direktur Jenderal sebagai pengganti negara yang wilayahnya telah terjadi keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional, untuk menyatakan keadaan darurat telah berakhir.

 

Amandemen tersebut juga akan memberi “direktur regional” di dalam WHO, bukannya perwakilan terpilih dari negara bagian yang bersangkutan, otoritas hukum untuk menyatakan Darurat Kesehatan Masyarakat yang menjadi perhatian regional.

 

Juga, meski ketika suatu peristiwa tidak memenuhi kriteria darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional, tetapi Direktur Jenderal WHO menentukan bahwa itu memerlukan kewaspadaan yang tinggi dan respons kesehatan masyarakat internasional yang potensial, maka dia dapat menentukan kapan saja untuk mengeluarkan “peringatan kesehatan masyarakat menengah” ” untuk menyatakan dan berkonsultasi dengan Komite Darurat WHO. Kriteria untuk kategori ini sederhana: “Direktur Jenderal telah menetapkan bahwa hal itu memerlukan kewaspadaan internasional yang tinggi dan respons kesehatan masyarakat internasional yang potensial.”

 

Melalui amandemen ini, WHO, dengan dukungan AS, tampaknya merespons penghalang jalan yang dibuat oleh Cina di masa-masa awal covid. Ini adalah kekhawatiran yang sah. Tetapi efek dari amandemen yang diusulkan ini adalah pergeseran kekuasaan dari negara berdaulat, termasuk kita, kepada birokrat yang tidak dipilih, di WHO. Dorongan dari setiap perubahan adalah menuju peningkatan kekuasaan serta kekuasaan terpusat yang didelegasikan kepada WHO dan tidak memerlukan persetujuan dari negara-negara anggota.

 

Leslyn Lewis, anggota parlemen Kanada dan pengacara dengan pengalaman internasional, telah memperingatkan bahwa perjanjian itu juga akan memungkinkan WHO secara sepihak untuk menentukan apa yang merupakan pandemi dan menyatakan kapan pandemi terjadi. “Kita akan berakhir pada pendekatan satu ukuran untuk semua, untuk seluruh dunia,” dia memperingatkan. Di bawah rencana WHO yang diusulkan ini, pandemi tidak perlu dibatasi pada penyakit menular karena ia dapat juga mencakup, misalnya, krisis obesitas yang dinyatakan secara sah.

 

Sebagai bagian dari rencana ini, WHO telah mengontrak anak perusahaan Deutsche Telekom yang berbasis di Jerman T-Systems untuk mengembangkan sistem paspor vaksin global, dengan rencana untuk menghubungkan setiap orang di planet ini kepada ID digital kode QR. “Sertifikat vaksinasi yang tahan terhadap kerusakan dan dapat diverifikasi secara digital akan membangun kepercayaan. Oleh karena itu WHO mendorong negara-negara anggota dalam membangun jaringan kepercayaan nasional dan regional dan teknologi verifikasi,” jelas Garret Mehl, kepala Departemen Kesehatan dan Inovasi Digital WHO. “Layanan gerbang WHO juga berfungsi sebagai jembatan antara sistem regional. Ini juga dapat digunakan sebagai bagian dari kampanye vaksinasi di masa depan dan catatan yang berbasis rumah.”

 

Sistem ini akan bersifat universal, wajib, trans-nasional, dan dioperasikan oleh birokrat yang tidak dipilih di LSM yang sudah terbukti ceroboh dalam menanggapi pandemi covid.

 

-----------------------------

Tanda dari Binatang dan Tanda dari Kristus yang Hidup

“Kamu telah diminta untuk mengenakan benda-benda sakramental di tubuhmu. Sekarang aku akan menjelaskan alasannya, anak-anakku. Aku telah memperingatkan kamu tentang kuasa-kuasa jahat yang tidak terlihat yang ada di sekitarmu. Aku telah memperingatkan kamu bahwa mata manusiawimu tidak dapat melihat hal ini. Tetapi itu ada, dan di dunia mereka, hal itu sama nyatanya dengan benda-benda yang ada di alam duniawimu. Ketahuilah, bahwa sekarang ada dua kubu di bumi: Lucifer di satu sisi, dan jalan menuju Surga dan para pengikutnya, di sisi lain. Kamu semua telah ditandai. Ada dua tanda sekarang: tanda dari binatang dan Tanda dari Kristus yang hidup.

    "Kenalilah tanda-tanda zaman, anak-anakku. Perang sedang berlangsung." - Bunda Maria, Bayside, 25 Maret 1972

 

 



 


    

-----------------------------------

Silakan membaca artikel lainnya di sini:

Bunda Miriam: Umat Katolik Tidak Boleh Mematuhi berbagai Pernyataan Francis yang Salah dan Berdosa

Hindari Pencemaran Terhadap Ekaristi Kudus

LDM, 21 Mei 2022

Pesan Bunda Maria Akita Semakin Digenapi ...

Pejabat Vatikan Di Davos: Gereja Katolik Sedang Melaksanakan Agenda Forum Ekonomi Dunia

LDM, 27 Mei 2022

Gereja Jerman Membuat Langkah Selanjutnya...

 

 

 

 

 

 

Friday, May 27, 2022

Gereja Jerman Membuat Langkah Selanjutnya...

en.news

  


 

Gereja Jerman Membuat Langkah Selanjutnya:

Muslim Diberi Komuni Kudus 

https://gloria.tv/post/eTA2NBk2AAv91xwecjJBVRNWS

 

Muhterem Aras - seorang politisi Jerman, Muslim, perempuan kelahiran Turki, dari partai perang Hijau, Jerman, dan ketua parlemen Baden-Württemberg, menerima Komuni Kudus pada hari raya Kenaikan Tuhan Yesus, 26 Mei lalu.

Perbuatan sakrilegi ini dilakukan pada Misa yang dipimpin oleh Uskup Stuttgart Gebhard Fürst, 73 thn. Ini adalah acara pembukaan Katholikentag Stuttgart, sebuah pertemuan, seperti festival, yang diselenggarakan oleh kaum awam "Katolik".

Presiden Gereja Lutheran di Württemberg, Sabine Foth, ikut menghadiri Ekaristi itu tetapi menahan diri untuk tidak menerima Komuni demi “menghormati uskup.” Selama Komuni, orang-orang mengambil sendiri Komuni dengan satu atau dua tangan dan mencelupkannya seperti biskuit ke dalam piala yang berisi anggur.

Menurut Stuttgarter-Nachrichten.de, para "tamu" itu nampak bersikap "santai" terhadap Hosti Kudus. Seorang Protestan bertanya apakah dia bisa menerima Komuni? dan wanita yang membagikan Komuni menjawab, "Saya tidak tahu. Saya hanya tahu bahwa itu adalah tubuh Kristus.”


#newsVpotkwrtxv

 


 

-----------------------------------

 

Silakan membaca artikel lainnya di sini:

Pedro Regis 5281-5285

Bunda Miriam: Umat Katolik Tidak Boleh Mematuhi berbagai Pernyataan Francis yang Salah dan Berdosa

Hindari Pencemaran Terhadap Ekaristi Kudus

LDM, 21 Mei 2022

Pesan Bunda Maria Akita Semakin Digenapi ...

Pejabat Vatikan Di Davos: Gereja Katolik Sedang Melaksanakan Agenda Forum Ekonomi Dunia

LDM, 27 Mei 2022

 

Pejabat Vatikan Di Davos: Gereja Katolik Sedang Melaksanakan Agenda Forum Ekonomi Dunia

 Pejabat Vatikan Di Davos Mengatakan Bahwa Gereja Katolik Sedang Melaksanakan Agenda Forum Ekonomi Dunia 

https://www.lifesitenews.com/news/scalabrinian-missionaries-superior-general-at-davos-says-the-church-is-at-the-forefront-of-implementing-wef-agenda/ 

 


Gereja Katolik bertekad untuk 'menerapkan kebijakan dan program untuk mempraktekkan isu-isu yang dipertimbangkan oleh forum (ekonomi dunia),' demikian kata Pastor Leonir Chiarello, Superior Jenderal dari ordo Scalabrinian.

 

By David McLoone

 

Thu May 26, 2022 - 1:46 pm EDT

 

DAVOS, Swiss (LifeSiteNews) – Seorang klerus Vatikan yang menghadiri KTT Davos 2022, sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh Forum Ekonomi Dunia (WEF) yang mengedepankan agenda “hijau”, perbatasan (negara) terbuka bagi imigran, dan manajemen “pandemi masa depan”, mengatakan bahwa Gereja Katolik “berkomitmen untuk mematuhi berbagai isu yang dibahas di forum.”

 

Berbicara kepada Vatican News, Pastor Leonir Chiarello, Superior Jenderal Kongregasi Misionaris Saint Charles (Scalabrinians), mengatakan bahwa Gereja Katolik memimpin dalam mengimplementasikan banyak cita-cita globalis WEF.

 

Chiarello, yang ditunjuk paus Francis sebagai anggota Kongregasi untuk Institut Hidup Bakti dan Serikat Hidup Kerasulan, menjelaskan bahwa ada delapan “tema mendasar” yang sedang dipertimbangkan oleh forum Davos pada pertemuan tahunannya, termasuk “iklim dan alam, ekonomi yang lebih adil … kesehatan dan perawatan kesehatan, kerja sama global, serta masyarakat dan kesetaraan.”

 

Superior jenderal dari Vatikan itu memuji forum ekonomi dunia (WEF) atas komitmennya untuk “bekerja bersama” di bawah payung “tanggung jawab bersama dan kerjasama internasional … untuk melanjutkan pencapaian hasil dari topik utama yang kita diskusikan di forum.”

 

Banyak “tantangan” yang ingin dibahas oleh forum tersebut, menurut klerus tersebut, termasuk krisis virus corona dan perang di seluruh dunia. Pada prinsipnya, pastor Chiarello mengatakan Gereja harus bekerja dengan organisasi sekuler untuk “membangun konsensus dan agenda bersama untuk menangani isu-isu kepedulian terhadap alam, ekonomi, tenaga kerja, teknologi, bisnis, perawatan kesehatan, kesetaraan sosial, dan isu-isu lain yang sedang dipertimbangkan oleh forum...”

 

Selain itu, pastor Chiarello mengatakan Gereja berkomitmen untuk “menerapkan kebijakan dan program untuk mempraktekkan masalah yang dipertimbangkan oleh forum” dan “untuk membangun mekanisme kerjasama internasional dan tanggung jawab bersama yang bertujuan untuk mencapai hasil nyata” dari tujuan yang ditetapkan di pertemuan di sebuah resort Swiss itu.

 

“Gereja Katolik sudah berkomitmen terhadap berbagai isu yang dibahas dalam forum tersebut, baik secara global maupun lokal,” tegasnya.

 

Imam itu merujuk “perspektif yang diusulkan oleh paus Francis tentang pemeliharaan alam dan promosi ekonomi yang lebih inklusif di Laudato Sí dan Fratelli Tutti” sebagai contoh Gereja yang menerapkan agenda WEF, tetapi menyarankan agar “Gereja Katolik dapat berbuat lebih banyak dengan cara terlibat dengan inisiatif lain yang sudah ada dan melibatkan inisiatif aktor sosial dan politik lainnya yang berkembang di tingkat lokal dan global.”

 

Kekhawatiran besar telah dikemukakan oleh kelompok-kelompok di lingkungan Gereja Katolik mengenai dukungan Paus terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang juga merupakan bagian dari Agenda 2030 yang didukung WEF yang lebih luas, yang menyerukan “akses universal” kepada kesehatan reproduksi” dan “hak reproduksi” (di balik ini termasuk juga penerimaan kontrasepsi dan aborsi).

 

Persepsi bahwa Vatikan telah menyelaraskan diri dengan tujuan PBB dan WEF diperkuat setelah paus Francis mengungkapkan rasa terima kasihnya atas pengesahan SDG pada konferensi kepausan 2016 yang dihadiri oleh pendukung aborsi dan pengendalian populasi terkenal, Jeffrey Sachs.

 

Sachs, salah satu pendukung SDGs yang paling menonjol di dunia dan sering berkunjung ke Vatikan, juga mengatakan bahwa ensiklik Paus Laudato Sí – yang dipuji oleh pastor Chiarello sebagai implementasi agenda Davos – telah “memungkinkan” lolosnya SDGs.

 

------------------------------------

 

Silakan membaca artikel lainnya di sini:

 

Peringatan Profetik Kardinal Manning Dari Ceramahnya Tahun 1861

Gereja Jerman Akan Melegalkan Pemberian ‘Berkat’ Bagi Pasangan Sejenis

Pedro Regis 5281-5285

Bunda Miriam: Umat Katolik Tidak Boleh Mematuhi berbagai Pernyataan Francis yang Salah dan Berdosa

Hindari Pencemaran Terhadap Ekaristi Kudus

LDM, 21 Mei 2022

Pesan Bunda Maria Akita Semakin Digenapi ...

 

 

Pesan Bunda Maria Akita Semakin Digenapi ...

 

Pesan Bunda Maria Akita Semakin Digenapi Di Tengah Meningkatnya Risiko

Pemusnahan Melalui Perang Nuklir 

https://www.lifesitenews.com/blogs/the-message-of-our-lady-of-akita-looms-large-amid-increased-risk-of-nuclear-annihilation/

  

“Api akan turun dari langit dan akan melenyapkan sebagian besar umat manusia' jika dosa terus 'meningkat dalam jumlah dan kekejiannya,” Bunda Maria dari Akita memperingatkan dan menggemakan hukuman atas Sodom. 

 

Statue of Our of Lady Akita

 

Patrick Delaney

Wed May 25, 2022 - 4:12 pm EDT

(LifeSiteNews) —Sementara neokonservatif Barat terus secara sembrono memaparkan dunia ke arah perang nuklir dengan Rusia, pesan dari penampakan Santa Perawan Maria Terberkati di Akita, Jepang, memberikan peringatan kepada kita.

 

Biara Para Pelayan Ekaristi Kudus di Akita menjadi tempat dari berbagai peristiwa adikodrati setelah kedatangan seorang novis tunarungu yang tak bisa disembuhkan, bernama Sr. Agnes Katsuko Sasagawa pada tahun 1973.

 

Sebulan setelah dia masuk biara itu di bulan Mei, laporan tentang penglihatan "cahaya cemerlang" yang memancar dari tabernakel bersama dengan keluarnya sejenis asap di tempat kudus dan bahkan "banyak makhluk yang mirip dengan Malaikat yang mengelilingi altar pemujaan" dilaporkan dan diamati bahkan oleh uskup setempat dan yang lain-lainnya.

 

Kemudian, ratusan orang menyaksikan patung Perawan Maria Terberkati yang sekarang terkenal itu, menangis pada 101 kesempatan antara tahun 1975 dan 1981.

 

Tetapi Sr. Agnes juga menerima penglihatan dan komunikasi langsung dari Malaikat Pelindungnya dan dari Perawan Terberkati, beberapa berisi peringatan yang mengerikan dan dorongan baginya dan bagi semua orang untuk berdoa dan melakukan tindakan penebusan dosa.

 

Pada tanggal 3 Agustus 1973, Sr. Agnes menerima pesan berikut dari Santa Perawan Maria saat berdoa di kapel biara:

 

Banyak orang di dunia ini yang menentang Tuhan … Agar dunia mengetahui murka-Nya, maka Bapa Surgawi sedang bersiap-siap untuk menjatuhkan hukuman besar atas seluruh umat manusia … Aku telah berusaha mencegah datangnya malapetaka itu dengan mempersembahkan kepada-Nya penderitaan Putra-Nya di atas Salib, Darah-Nya yang Berharga dan jiwa-jiwa terkasih yang menghibur-Nya membentuk kelompok jiwa-jiwa korban. Karena doa, penebusan dosa dan pengorbanan yang berani dapat melunakkan murka Bapa.

 

Pada tanggal 13 Oktober tahun itu, saat peringatan Keajaiban Matahari 1917 di Fatima, Portugal, Bunda Maria berbicara sebagai berikut kepada Sr. Agnes:

 

“Ulah iblis akan menyusup bahkan ke dalam Gereja sedemikian rupa sehingga orang akan melihat kardinal melawan kardinal, uskup melawan uskup lain ... Gereja akan penuh dengan orang-orang yang mau menerima kompromi ... Jika dosa semakin meningkat dalam jumlah dan kekejiannya, maka tidak ada lagi pengampunan bagi mereka.”

 

Dengan terjadinya konflik yang terus menerus antara para uskup Gereja dalam beberapa tahun terakhir, termasuk kontroversi saat ini mengenai tugas para uskup untuk menolak pemberian Komuni Kudus kepada politisi yang mengaku Katolik namun yang mendukung aborsi secara langsung, siapakah yang dapat menyangkal kenyataan “peningkatan jumlah dan kekejian” dosa-dosa di dunia selama satu abad terakhir?

 

Mengingat fakta bahwa aborsi (Kej. 4:10) dan sodomi (Kej.18:20-21) adalah dosa yang menuntut pembalasan ke surga, dan kota Sodom dihancurkan oleh api dari langit (Kej.19:24), maka kata-kata berikut ini dari Bunda Maria Akita kepada Sr. Agnes hendaknya diperhatikan dengan baik:

 

“Seperti yang kukatakan, jika orang-orang tidak bertobat dan memperbaiki diri mereka sendiri, maka Bapa akan memberikan hukuman yang mengerikan kepada seluruh umat manusia. Itu akan menjadi hukuman yang lebih besar dari Air Bah, seperti yang belum pernah dilihat orang sebelumnya. Api akan turun dari langit dan akan melenyapkan sebagian besar umat manusia, yang baik maupun yang jahat, tidak meluputkan pula para imam maupun umat beriman. Orang-orang yang selamat akan mendapati diri mereka begitu kesepian sehingga mereka akan merasa iri kepada orang yang mati.”

 

Belum pernah ada dua kekuatan nuklir berperang melawan satu sama lain, dan ironisnya, senjata seperti itu berfungsi, sampai sekarang, sebagai faktor penstabil, menghalangi konflik terbuka. Tetapi sejak pemerintahan Joe Biden mengambil alih kekuasaan tahun lalu, perang dengan nuklir Rusia telah menunjukkan dirinya sebagai tujuan kebijakan yang dimaksudkan, dimulai dengan penghinaan nyata pada Maret 2021 hingga pendanaan penuh kepada pemerintah dan militer Ukraina dengan “bantuan” baru-baru ini senilai $40 miliar. Direktur Intelijen Nasional Avril Haines mengatakan pada sidang Senat AS pada 10 Mei bahwa pemerintah mengakui bahwa Putin dapat memulai penggunaan senjata nuklir jika dia merasa “ada ancaman eksistensial yang efektif terhadap rezimnya dan terhadap Rusia,” dan lebih jauh lagi, skenario seperti itu bisa terjadi jika "dia merasa bahwa dia kalah perang di Ukraina."

 

Pada tahun 2019, Program Ilmu Pengetahuan dan Keamanan Global Princeton membuat simulasi tentang bagaimana perang nuklir dapat terjadi antara AS dan Rusia, “berdasarkan postur kekuatan nyata, target, dan perkiraan kematian.” Ini dimulai dengan pasukan Rusia dalam proses kekalahan dalam konflik konvensional melawan AS dan NATO dan berakhir dengan 91,5 juta korban, termasuk 34,1 juta kematian, dimana peningkatan jumlah ini karena dampak nuklir jangka panjang.

 

Terlepas dari bahaya dari bencana ini, pembentukan kebijakan luar negeri AS menimbun senjata ofensif yang lebih canggih di Ukraina, sementara setidaknya ia memberikan bantuan intelijen kepada militer Ukraina untuk membantu mereka dalam menargetkan satu kapal Rusia dan beberapa jenderal untuk dibunuh, sambil membual tentang hal itu ke media Barat.

 

Para komentator dengan tepat menyebut kebijakan pemerintah Amerika Serikat dalam hal ini, serta dorongan media untuk eskalasi perang, adalah sangat "sembrono," "gila, dan "benar-benar nihilistik," dengan beberapa anggota kongres yang berani mengajukan keberatan, termasuk Rep. Matt Gaetz ( R-FL), yang menuduh pemerintahan Biden dengan gila-gilaan “mengutak-atik garis merah nuklir Putin.”

 

Ketika rencana neocon untuk "membunuh Rusia" dengan terus menggelontorkan persenjataan besar-besaran kepada pasukan Ukraina dan rencana untuk melakukan serangan balik pada akhir musim panas ini - dengan tujuan implisit untuk melakukan segala sesuatu yang mungkin untuk memastikan Putin "menganggap bahwa dirinya kalah perang di Ukraina" – maka bahaya perang nuklir dapat meningkat secara drastis seiring waktu dalam beberapa bulan mendatang. Meskipun referensi Bunda Maria Akita tentang api yang jatuh dari langit memusnahkan "sebagian besar umat manusia" mungkin ya atau mungkin tidak, merujuk pada perang nuklir, namun obat yang disarankan Bunda Maria tetap sama:

“Manusia harus “bertobat dan memperbaiki diri… Satu-satunya senjata yang tersisa untukmu adalah Rosario dan Tanda yang diberikan oleh Putraku. Setiap hari berdoalah Rosario. Dengan melalui Rosario, berdoalah untuk Paus, para uskup, dan para imam.”

 

“Berdoalah Rosario sebanyak-banyaknya. Aku sendirilah yang akan menyelamatkan kamu dari malapetaka yang sedang menghampiri dunia. Mereka yang menaruh kepercayaan kepadaku akan diselamatkan,” demikian kata Perawan Terberkati kepada St. Agnes.

 

Setelah melalui banyak penelitian dan pembedaan, pada hari Minggu Paskah, 22 April 1984, Uskup John Shojiro Ito mengeluarkan surat pastoral yang menyatakan bahwa peristiwa Akita sebagai supernatural, termasuk juga mukjizat yang melibatkan pemulihan permanen atas  pendengaran Sr. Agnes, seperti yang dijanjikan Santa Perawan Maria kepadanya pada 30 Mei 1982.

 

 

Bunda Akita, doakanlah kami.

Bunda Fatima, doakanlah kami.

St Yosef, doakanlah kami.

 

 

Silakan membaca artikel lainnya: 

 

Nancy Pelosi snubs Abp. Cordileone’s Communion ban by receiving at Mass in Washington DC

‘Monumental provocation’: How US and international policy-makers deliberately baited Putin to war

The secret to peace in Ukraine lies in Our Lady of Fatima’s call to prayer and penance 

UN chief warns nuclear war ‘within the realm of possibility’ as Russia-Ukraine conflict continues  

Virgin Mary foretold a ‘terrible punishment’ from God if people did not heed her call to repent 

Our Lady of Fatima’s message of conversion is more relevant today than 100 years ago 

 

------------------------------------

 

Silakan membaca artikel lainnya di sini: 

Anne, lokusi 27 Maret 2021 (5 dari 5)

Peringatan Profetik Kardinal Manning Dari Ceramahnya Tahun 1861

Gereja Jerman Akan Melegalkan Pemberian ‘Berkat’ Bagi Pasangan Sejenis

Pedro Regis 5281-5285

Bunda Miriam: Umat Katolik Tidak Boleh Mematuhi berbagai Pernyataan Francis yang Salah dan Berdosa

Hindari Pencemaran Terhadap Ekaristi Kudus

LDM, 21 Mei 2022