Thursday, February 1, 2018

CARDINAL ZEN: VATICAN KINI MEMBEKINGI SEBUAH GEREJA SKISMATIK (SEMPALAN) DI CINA


Cardinal Zen

NEWSCATHOLIC CHURCHTue Jan 30, 2018 - 1:21 pm EST

CARDINAL ZEN: VATICAN KINI MEMBEKINGI SEBUAH GEREJA SKISMATIK (SEMPALAN) DI CINA

by Doug Mainwaring

CHINA, 30 Januari 2018 (LifeSiteNews) – Kardinal terkemuka China, Kardinal Joseph Zen, ‘membunyikan alarm keras’ bahwa Vatikan telah ‘menjual Gereja Katolik di China’ dan bahwa hal itu berupa ‘memberikan restu kepada gereja skismatik yang baru ...’ yang diciptakan oleh Komunis.

"Jadi, apakah saya berpikir bahwa Vatikan telah menjual Gereja Katolik di China? YA, PASTI, jika mereka (Vatikan) melangkah ke arah yang jelas dalam segala hal yang telah mereka lakukan dalam beberapa tahun dan bulan-bulan terakhir ini," kata pensiunan uskup Hong Kong berusia 86 tahun itu yang menulis dalam sebuah surat pada tanggal 29 Januari yang ditujukan kepada "Friends in the Media," di mana dia mengkonfirmasi sebuah laporan bahwa Vatikan telah meminta para uskup China yang sah untuk mengundurkan diri dari pemilihan uskup untuk memberi kesempatan kepada uskup-uskup pilihan pemerintah komunis Cina. 

Kardinal Zen menjelaskan bagaimana sikap tunduk Vatikan kepada rezim komunis Cina hanya akan membuat rezim tersebut menindas lebih keras lagi kepada umat Katolik yang setia disana.

"Pemerintah Komunis membuat peraturan baru yang lebih keras yang membatasi kebebasan beragama. Mereka sekarang memberlakukan peraturan yang ketat yang sampai saat ini praktis hanya di atas kertas saja (tetapi mulai tanggal 1 Februari 2018 para pengikut Misa di bawah tanah tidak akan dapat ditolerir lagi)," dia menulis.

Surat Kardinal tersebut muncul beberapa hari setelah sebuah berita muncul yang mengatakan bahwa Vatikan telah meminta kepada para uskup yang sah untuk turun dari jabatan mereka guna memberi jalan bagi pengangkatan uskup-uskup baru yang tidak sah, yang dipilih oleh pemerintah Cina komunis.


Surat Card. Zen kepada media massa: http://oldyosef.hkdavc.com/?p=967



Kardinal Zen menceritakan dalam suratnya bahwa ketika Uskup Zhuang dari China, yang secara diam-diam ditahbiskan dengan persetujuan Vatikan pada tahun 2006, diminta oleh Vatikan pada musim gugur yang lalu untuk mengundurkan diri agar diganti oleh Uskup Huang Bingzhang yang disetujui pemerintah, dan uskup Zhuang meminta bantuan kepada Kard. Zen.

Tidak yakin apakah surat-suratnya sendiri pernah sampai kepada Paus Fransiskus, Kardinal Zen mengatakan bahwa dia pergi ke Roma awal bulan ini untuk "memastikan bahwa suara kami sampai kepada Bapa Suci."

Kardinal Zen mendarat di Roma pada pagi hari tanggal 10 Januari, dan pergi mengikuti audiensi publik hari Rabu dari Paus, yang diadakan di aula ‘Paul VI’, dengan harapan mendapat kesempatan untuk menyerahkan suratnya di tangan Paus. Ketika dia berkesempatan untuk bertemu dengan Paus, dia menjelaskan bahwa inilah satu-satunya alasan perjalanannya ke Roma.

Dua hari kemudian, Kardinal Zen diundang ke Santa Marta di mana dia bertemu secara pribadi dengan Paus Fransiskus. "Saya berada di sana di hadapan Bapa Suci untuk mewakili saudara-saudara saya yang menderita di China," kisah Zen dalam suratnya. Paus Francis berjanji untuk menyelidiki masalah ini.

Zen menceritakan bahwa setelah dia menjelaskan keprihatinannya, Paus mengatakan kepadanya kalimat berikut: "Ya, saya katakan kepada mereka (rekan-rekannya di Tahta Suci yang sedang berunding dengan China) untuk tidak menciptakan kasus Mindszenty lagi."

Komentar Kardinal Zen dalam suratnya:

Saya pikir adalah sangat berarti dan tepat bagi Bapa Suci untuk membuat referensi historis kepada kasus Kard. Josef Mindszenty, salah satu pahlawan iman kita. (Kardinal Josef Mindszenty adalah Uskup Agung Budapest, Kardinal Primat Hungaria di bawah penganiayaan Komunis. Dia banyak menderita selama beberapa tahun dalam penjara. Dalam revolusi singkat tahun 1956, dia dibebaskan dari penjara oleh para pemberontak dan, sebelum Merah Tentara menindas revolusi itu, dia berlindung di Kedutaan Besar Amerika Serikat. Di bawah tekanan Pemerintah, dia diperintahkan oleh Tahta Suci untuk meninggalkan negaranya dan segera dia diganti oleh orang yang sesuai dengan keinginan Pemerintahan Komunis setempat).

Kardinal Zen sebelumnya telah mengkritik sebuah kesepakatan antara Vatikan dengan pemerintah Komunis Cina yang atheis dan secara tidak langsung dia menuduh Paus Fransiskus mendukung sebuah gereja ‘palsu’ di China.

"Tapi semuanya adalah palsu. Mereka (Vatikan) memberikan kuasa yang menentukan kepada pemerintah komunis ... bagaimana bisa inisiatif memilih uskup diserahkan kepada pemerintah yang atheis? Mengerikan … mengerikan." katanya saat itu.

Bagian pertama dari surat Kardinal Zen adalah berupa narasi sederhana tentang kejadian seputar perjalanannya ke Roma, sedangkan bagian kedua mengungkapkan penilaiannya yang mengkhawatirkan kejadian-kejadian yang ada antara Vatikan, Gereja Katolik ‘bawah tanah’ yang sah di Cina, dan pemerintah komunis Cina.

Kardinal Zen menyampaikan delapan poin yang menggarisbawahi urgensi situasi yang sekarang sedang terjadi. Di antaranya adalah:

  • "Masalahnya bukanlah pengunduran diri dari uskup-uskup yang sah, tetapi permintaan untuk memberi tempat bagi uskup-uskup yang tidak sah dan bahkan telah di exkom."
  • "Saya mengakui bahwa diri saya adalah seorang yang pesimis dengan situasi Gereja saat ini di Cina, namun pesimisme saya ini memiliki landasan dari pengalaman langsung saya tentang keadaan Gereja di Cina. Dari tahun 1989 sampai 1996 saya biasa menghabiskan waktu enam bulan untuk mengajar di berbagai seminari di komunitas Katolik resmi. Saya memiliki pengalaman langsung tentang perbudakan dan penghinaan dimana para uskup kita menjadi sasaran."
  • "Dan dari informasi terkini, tidak ada alasan bagi saya untuk mengubah pandangan pesimis saya itu. Pemerintah Komunis membuat aturan-aturan baru yang lebih keras yang membatasi kebebasan beragama."
  • "Ada yang mengatakan bahwa segala upaya untuk mencapai kesepakatan dengan pemerintah Cina adalah untuk menghindari perpecahan gerejani, untuk mencapai penyatuan. Betapa konyolnya! Perpecahan telah ada di sana, di dalam Gereja yang independen! Paus berusaha menghindari penggunaan kata ‘perpecahan’ (skisma) karena mereka tahu bahwa banyak di kalangan pejabat Katolik resmi berada disana bukan atas kehendak bebas mereka sendiri, namun mereka mendapatkan tekanan berat. Usaha ‘penyatuan’ yang diusulkan akan memaksa semua orang untuk masuk ke dalam komunitas tersebut. Dengan demikian Vatikan akan memberkati dan merestui gereja skismatik yang baru itu."
  • Mengenai upaya untuk menjembatani perpecahan lebar antara Vatikan dan pemerintah Cina, “adakah sesuatu yang benar-benar bisa "saling menguntungkan" dengan sebuah rezim totaliter?"
  • "Dapatkah anda membayangkan adanya sebuah kesepakatan antara St. Yosef dengan Raja Herodes?
  • "Apakah saya berpikir bahwa Vatikan telah menjual Gereja Katolik di Cina? Ya, pasti, jika mereka (Vatikan) melangkah ke arah yang jelas dalam segala hal yang telah mereka lakukan dalam beberapa tahun dan bulan-bulan terakhir ini.”


Silakan melihat artikel lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/

No comments:

Post a Comment