Saturday, September 12, 2020

CORONAVIRUS DAN KEKACAUAN DUNIA BARU

 

SEP 10, 2020 AT 1:52 PM

 CORONAVIRUS DAN KEKACAUAN DUNIA BARU

 https://www.patreon.com/posts/coronavirus-and-41446194

 

  


 

 

(Prof. Roberto de Mattei). Era pandemi Coronavirus saat ini menyaksikan sebuah fase baru dalam pergulatan kosmik antara kekuatan surgawi dan kekuatan neraka. Dalam sejarah, kenyataannya, bersama dengan tangan Tuhan, kita juga perlu melihat adanya tangan Iblis yang selalu menyaingi rencana Tuhan untuk mewujudkan rencana-rencananya sendiri yang sesat. Kerajaan Allah adalah Kerajaan Ketertiban, Kedamaian dan Harmoni; Iblis adalah kerajaan kekacauan, konflik, dan revolusi abadi. Tuhan mengizinkan, demi kemuliaan-Nya yang lebih besar, bahwa dua kerajaan itu - yang pertama selalu menang, yang kedua selalu kalah – terus bergulat sampai akhir zaman.

 

Dewasa ini, pengikut Iblis adalah para ilmuwan, yang melalui laboratorium-laboratorium mereka, berusaha untuk menjadi penguasa atas kehidupan dan kematian umat manusia. Kemudian ada insinyur sosial, yang, dengan teknik canggih, memanipulasi keadaan pikiran opini publik. Setelah kegagalan dalam membuat ilusi besar yang membuka abad ke-20, kekuatan revolusioner itu kini mengembangkan skenario kekacauan mental dan sosial yang mendalam. Enam bulan setelah ledakan virus Wuhan, dampak terparah dari virus Corona hingga saat ini bukanlah di bidang kesehatan atau sosial saja, melainkan pada tatanan psikologis manusia dan masyarakat. Tidak ada orang yang tahu apa yang harus dipikirkan, dan seringkali pikiran yang berlawanan mengikuti satu sama lain, seperti dalam kasus disonansi kognitif. Dalam sebuah artikel persuasif yang ditulis oleh sosiolog Luca Ricolfi dalam sebuah harian di Roma, dia menulis bahwa fondasi di mana perubahan paling radikal sedang terjadi, adalah dalam cara pikiran kita bekerja.

 

Perubahan yang paling nyata adalah [diwujudkan dalam] ketidakpastian, yang bukan hanya kesulitan yang ditemukan dalam perencanaan untuk masa depan, tetapi merupakan “keadaan anarki mental yang digeneralisasikan.” Rezim anarki mental yang dipicu oleh Covid 19, tulis Ricolfi, sangat berbahaya bagi kohesi sosial, karena kehidupan masyarakat disatukan oleh aturan umum dan pola bersama dalam persepsi realitas “tetapi ia juga berbahaya bagi keseimbangan psikologis individu, karena dunia di mana setiap orang melihat apa yang ingin mereka lihat, tanpa memperhatikan apa yang dilihat orang lain, sangat tidak stabil dan hal ini menimbulkan kecemasan.” (Bagaimana Covid mengubah hidup kita, Il Messaggero, 5 September 2020).

 

Covid 19 adalah sebuah virus pengkhianat, penipu, dan berbagai segi, yang meneror beberapa pihak, melumpuhkan kekuatan mereka dan menghancurkan keseimbangan pihak-pihak yang lain, membuat mereka berpikir bahwa virus itu tidak ada. Berkat kontradiksi ini, maka ‘kerajaan Babel’ berkembang dalam suasana ketakutan dan pesimisme masyarakat luas. Maka sikap mengabaikan Penyelenggaraan Ilahi diperlukan untuk mampu melawan, tanpa kehilangan kebajikan supernatural dari harapan. Tanpa harapan adalah mereka yang hidup dalam teror karena terinfeksi, yang tunduk pada setiap dan semua pemaksaan oleh otoritas sipil dan gerejawi; tetapi juga [tanpa harapan] adalah mereka yang mengaitkan semua yang terjadi ini dengan proyek kehancuran dimana mereka tidak dapat melakukan apa-apa selain berteriak dalam kemarahan.

 

Mereka yang hidup dalam teror, kemarahan, dan frustrasi di era virus Corona ini, kalah dalam pertempuran melawan virus jahat itu. Hanya mereka yang menyimpan di kedalaman jiwa mereka sukacita dalam melayani Tuhan, yang akan menang. Sukacita ini adalah anugerah Ilahi dan bagi mereka yang tidak meminta bantuan ini - semuanya akan musnah baginya. Mereka yang percaya pada pertolongan rahmat Tuhan, sebaliknya, berjuang dan menang, terutama jika mereka mempercayakan diri mereka kepada dia yang adalah saluran dari segala rahmat - Perawan Maria Terberkati, yang Kelahirannya dan Nama Kudusnya diperingati di Gereja pada bulan September, masing-masing pada tanggal 8 dan 12 September.

 


 


In the 15th century St. Bernard of Siena opposed the revolution of customs with Devotion to the Holy Name of Jesus.  The Devotion to the Name of Mary constitutes a precious weapon against the psycho-social Revolution of the 21st century. After the name of Jesus there is no greater name that can resonate more than that of Mary, before which every knee in heaven, earth and hell bows.

(Philippians, 2,10). With this name on our lips and in our hearts, we have nothing to fear.

Pada abad ke-15 St. Bernard dari Siena menentang revolusi adat istiadat dengan senjata ‘Devosi kepada Nama Kudus Yesus.’ Dan devosi kepada Nama Maria juga merupakan senjata berharga untuk melawan Revolusi psiko-sosial abad ke-21 sekarang ini. Setelah nama Yesus, tidak ada nama yang lebih besar yang dapat bergema lebih dari nama Maria, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, (Flp.2:10)

(Prof. Roberto de Mattei)

 

Source: https://rorate-caeli.blogspot.com/2020/09/de-mattei-coronavirus-and-new-world-dis.html

 

*****

 

LDM – Kutipan Nubuat Tentang Tentakel Antikristus: Terorisme

Pedro Regis 5011 - 5015

7 Langkah Yang Dapat Dilakukan Untuk Mempertahankan Privasi Anda

Dari Pemantauan Big Tech

LDM, 5 September 2020

Injil Menurut Francis: "Peliharalah awan-awan-Ku"

LDM – Januari 2009 Bagian pertama

LDM - Kutipan Nubuat Tentang Skisma Di Dalam Gereja Katolik

 

 

 

1 comment:


  1. menang dengan mudah bermain di IONQQ
    ayo segera daftar dan coba
    WA; +855 1537 3217

    ReplyDelete