Sunday, August 8, 2021

Umat Awam Meminta Paus Untuk Mengakhiri 'Perang Ideologis'

 

 

 

 

UMAT AWAM MEMINTA PAUS UNTUK MENGAKHIRI 'PERANG IDEOLOGIS' 

https://www.churchmilitant.com/news/article/laity-ask-pope-to-end-ideological-civil-war 

 

by Jules Gomes  •  ChurchMilitant.com  •  August 6, 2021  

 

'Berhenti, Francis, berhenti saja!' umat Katolik terkemuka meminta di surat kabar Italia 

 

ROMA (ChurchMilitant.com) - Umat Katolik mendesak paus Francis untuk mengakhiri "perang saudara ideologisnya" melawan kaum konservatif, sementara "Gereja kini sedang menyaksikan peristiwa-peristiwa seperti yang belum pernah ada sebelumnya" dan Gereja makin "terpecah dan terkoyak" seperti "pada zaman Luther."

 

"Berhenti, Francis, berhenti saja!" selusin umat terkemuka Italia meminta dalam sebuah surat terbuka kepada paus yang diterbitkan Kamis, 5 Agustus 2021, di surat kabar Il Foglio. "Umat awam telah kelelahan setelah delapan tahun menghadapi perang yang dilakukan dari atas: Kami menginginkan perdamaian."

 

Para pembuat petisi itu meminta kepada Francis untuk "mengakhiri perang saudara di dalam Gereja," dan mereka menuduh Francis "sering kali melampaui batas-batas hukum kanonik untuk mewujudkan agenda pribadi ideologisnya."

 

 

Dihancurkan oleh Sinodalisme, 'Sewenang-wenang'


Para penulis surat itu mengecam "jalan sinode yang tampak seperti perang saudara nyata, dengan manuver yang dilakukan untuk menjamin demokrasi gaya Soviet, dan yang telah menghasilkan dokumen kontroversial dan praktis sama sekali tidak berguna."

 

Kaum awam, tulis surat itu, tersiksa oleh "kesewenang-wenangan yang semakin meningkat dari dunia klerus" dan "menderita karena iklim Gereja yang semakin suram, hingga hampir tidak dapat bernapas," dengan "kehilangan total semua pluralitas yang sehat di dalam Gereja."

 

"Bunda Gereja tampak semakin seperti ibu tiri, terus-menerus melontarkan dan memaksakan kutukan, pengucilan dan pembatasan" sementara umat yang setia setiap hari menyaksikan "api yang secara perlahan melahap dan menghancurkan Gereja Katolik di Italia dan di seluruh dunia." 

 

“Umat awam telah kelelahan setelah delapan tahun perang yang dilakukan dari atas: Kami menginginkan perdamaian.” GabTweet


Prof. Dr. Giovanni Zenone,

director of Fede e Cultura 

 

Profesor Dr.Giovanni Zenone, direktur penerbit Katolik tradisionalis terkemuka Italia, Fede e Cultura, mengatakan kepada Church Militant bahwa surat itu "telah ditulis dengan rasa sakit dan kesedihan yang mendalam dari anak-anak yang merasa diusir oleh ibu mereka sendiri, yang sekarang menganggap mereka sebagai anak tiri dan tidak lagi menyambut mereka dalam keluarga."

 

“Surat ini ditulis dengan sepenuh hati kepada seorang paus yang tampaknya saja sangat peduli pada kaum terpinggirkan, minoritas, teraniaya, dan karena itu dia selayaknya mau mendengarkan jeritan kesakitan anak-anak Gereja, kepada siapa telinganya harus ditempatkan," kata Zenone, salah satu penandatangan.

 

 

Dekrit tentang TLM: 'Kekacauan dan Perpecahan'

 

Para penulis surat bertanya kepada paus Francis mengapa dia mengeluarkan motu proprio baru-baru ini, Traditionis Custodes, yang justru memberlakukan pembatasan kejam kepada Misa Latin Tradisional (TLM), membatalkan Summorum Pontificum Paus Benediktus XVI, dan "mempermalukan sekelompok kecil umat beriman" dengan menuduh mereka memecah belah, tanpa dasar atau tanpa kemungkinan untuk melakukan banding.

 

"Ketentuan terakhir Anda terhadap apa yang disebut Misa Latin telah mendatangkan malapetaka dan perpecahan lebih lanjut tanpa motivasi apa pun. Mengapa Anda menyangkal apa yang telah diberikan para pendahulu Anda?" surat itu bertanya.


Slogan Francis, "Gereja yang maju," alih-alih memiliki penerapan nyata, malah ia membuat kota suci Roma memimpin jalan dalam membarikade gereja-gerejanya, memberi contoh kepada dunia tanda desersi total," tulis surat itu. .

 

Kata penting Francis tentang Gereja saat ini sebagai "rumah sakit lapangan" ironisnya telah direalisasikan,” kata surat itu melanjutkan, karena sekarang Gereja telah diisi dengan orang-orang "yang terluka" dari dalam Gereja sendiri, yang sebenarnya "tidak membutuhkan begitu banyak pidato tentang belas kasih, tetapi tindakan belas kasih yang benar, nyata, belas kasihan yang konkrit. Dan perdamaian." 

 

Liturgi bukanlah mainan para paus; itu adalah warisan suci Gereja. GabTweet 

 

“Gereja-gereja, tempat-tempat pengakuan dosa, bahkan pundi-pundi Vatikan, kini semakin kosong: ini adalah sebuah tanda bahwa Umat Allah tidak lagi mengenali suara para gembala,” keluh para penandatangan.

 

 

Keselarasan Yang Patut Dipertanyakan

 

Surat itu juga mengecam Francis karena kesepakatan rahasianya dengan kediktatoran Komunis Tiongkok, yang telah membawa penderitaan bagi umat Katolik yang setia yang dipimpin oleh Cdl. Joseph Zen

 

Surat itu juga menuduh orang kepercayaan Francis, seperti Cdl. Angelo Becciu, telah "masuk dalam skandal keuangan yang belum pernah terjadi sejak Marcinkus" (uskup agung Amerika dan mantan kepala Bank Vatikan), tetapi "para pejabat gereja yang baik, yang tetap setia seperti CaffarraBurkeSarahMüllerPell, justru dipermalukan, dibungkam dan diabaikan."

 

Umat awam yang setia juga mengecam paus Francis karena menganiaya seluruh ordo religius konservatif, dan uskup, imam, serta para religius konservatif, dengan cara yang "tidak terbayangkan bahkan di masa-masa paling gelap dalam Inkuisisi Suci."

 

 

Uskup Rob Mutsaerts dari Hertogenbosch

 

 

Deklarasi perang

 

Surat dari Italia itu datang beberapa hari setelah Uskup Rob Mutsaerts dari Hertogenbosch di Belanda, menerbitkan sebuah kolom di situs webnya yang mencatat bahwa penindasan Francis terhadap Misa Latin "tidak ada hubungannya dengan evangelisasi Gereja" tetapi "lebih sebagai ideologi."

 

Uskup Mutsaerts menyebut dekrit Paus tentang TLM sebagai "deklarasi perang yang sangat jelas," dan dia menulis bahwa "Francis telah menembak kakinya sendiri dengan motu proprio ini."

 

"Liturgi bukanlah mainan para paus; itu adalah warisan suci Gereja," gerutu Uskup Mutsaerts. "Misa Lama bukanlah tentang nostalgia atau rasa. Paus harus menjadi penjaga Tradisi; paus adalah tukang kebun yang harus merawat, bukan pabrikan yang menciptakan Tradisi."

 

"Gereja tidak pernah menghapuskan liturgi. Konsili Trent pun tidak. Francis benar-benar melanggar tradisi ini," tulis uskup itu, dan dia menyebut dekrit Paus sebagai "surat eksekusi" dan "tamparan di wajah para pendahulunya." 

"Mengapa? Demi Tuhan, mengapa? Apa obsesi Francis yang ingin menghapus kelompok kecil tradisionalis ini?" tanya Uskup Mutsaerts. Menulis dalam bahasa Belanda, Uskup Mutsaerts menggunakan kata Jerman ausradieren untuk kata "menghapus" — dimana ini menggemakan perkataan Hitler ketika berbicara tentang menghapus sebuah kota dari sebuah peta.

 

---------------------------------

 

Silakan membca artikel lainnya di sini: 

Kudeta Kaum Elit Reset Besar

Francis Menemui Uskup Agung Yang Diberhentikan Oleh Benediktus XVI

Pedro Regis, 5156 - 5160

Metode Francis: Sistem Mata-Mata...

Great Reset: Rencana Elite Global Untuk Mengubah Kehidupan...

Ned Dougherty – 2 Agustus 2021

Francis, Si Penghancur, Dan Nubuat St.Franciscus