Monday, August 2, 2021

Sosok Globalis, Bergoglio : Menindas Warisan Luhur Gereja Katolik

These Last Days News - July 29, 2021

 

 



Sosok Globalis, Bergoglio : Menindas Warisan Luhur Gereja Katolik 

https://www.tldm.org/news50/globalist-bergoglio-suppressing-the-heritage-of-the-catholic-church.htm

  

FfrontpageMag.com reported on July 29, 2017:

by Thom Nickels

 

Tulisan tangan bernada radikal terpampang di dinding saat Jorge Mario Bergoglio, Kardinal-Uskup Agung Buenos Aires, terpilih menjadi paus pada 2013.

 

Pada pidato pertamanya kepada orang banyak di lapangan Santo Petrus sebagai paus Francis, dia menolak untuk memakai mozzetta (pakaian) kepausan. Penyimpangan yang tampaknya tidak signifikan dengan tradisi ini adalah bendera merah pertama yang menandakan bahwa Uskup Roma yang baru itu adalah seorang modernis. Bendera merah kedua terjadi selama Misa pengukuhan Francis. Pada Misa itu, jubah Francis terlihat polos, tanpa asesoris yang biasa dikenakan seorang paus. Tidak hanya polos, tapi sangat polos. Mitra putihnya, dihiasi dengan salib merah sederhana, cocok dengan mitra yang dikenakannya saat memimpin pertunjukan boneka dan Misa Tango di Argentina. Berlutut di antara uskup-uskup ritus Armenia dengan mitra tinggi berhiaskan berlian selama kebaktian doa di depan ruang bawah tanah Santo Petrus, Francis tampaknya menunjukkan preferensinya untuk menempuh kehidupan “kesederhanaan.”

 

Paus baru ini dengan sangat cepat mampu menarik kekaguman dunia ketika dilaporkan bahwa dia membayar tagihan hotelnya dengan uang pribadi, setelah penutupan konklaf kepausan. Orang-orang non-Katolik yang tidak pernah memperhatikan para paus sebelumnya, sekarang memberikan perhatian yang besar kepada Francis. Banyak orang yang melihat penekanan Francis pada sikap kesederhanaan, sebagai atribut yang suci atas dirinya, terutama ketika dia memilih untuk tidak tinggal di istana kepausan tetapi di apartemen Vatikan. Dia sangat cepat dijuluki "Paus Rakyat."

 

Pada tahun 2014, ‘Paus Rakyat’ ini sudah mulai memecat Kolonel Daniel Rudolf Anrig, 42thn, kepala Pengawal Swiss, karena Francis menuduhnya bertindak ‘terlalu ketat dan otokratis’ kepada anak buahnya. Banyak laporan mengatakan bagaimana paus ini memerintahkan seorang Pengawal Swiss, yang telah bertugas jaga dengan berdiri tegak di luar apartemennya sepanjang malam, untuk duduk. Ketika penjaga mengatakan bahwa hal itu melanggar perintah komandannya, Francis menjawab, "Saya yang memberikan perintah di lingkungan sini!" dan kemudian dia segera keluar untuk mengambilkan secangkir kopi untuk penjaga itu.

 

Membayar tagihan hotelnya sendiri, dan memberikan secangkir kopi kepada Garda Swiss, yang telah bertugas jaga dengan disiplin, adalah cerita 'merasa nyaman' yang hanya merupakan sebagian kecil dari pria yang sangat rumit untuk dimengerti ini.

 

Dan ironisnya, seiring waktu berjalan, Francis terbukti sama otoriternya dengan komandan Garda Swiss yang dipecat dan digantinya. Otoritarianisme Francis itu nampak secara perlahan pada awalnya, dan akhirnya mencapai puncaknya dalam Motu Proprio 16 Juli 2021 lalu, yang membatasi perayaan Misa Latin Tradisional, sebuah liturgi kuno ritus Romawi yang digantikan oleh ibadah lain yang lebih ‘ramah Protestan’ pada tahun 1970 setelah KV II.

 

Bukan hal yang aneh bagi seorang paus untuk terlibat dalam masalah politik. Aliansi Paus Yohanes Paulus II dengan Lech Walesa dari Polandia, pendiri gerakan Solidaritas, telah berbuat banyak untuk mengakhiri Komunisme di sana. Paus Benediktus XVI secara blak-blakan berbicara tentang bahayanya kelompok anti Katolik dan bahkan dia mengadakan pertemuan pribadi dengan jurnalis Italia, Oriana Fallaci, penulis buku terlaris, “The Rage and The Pride,” untuk membicarakan hal itu, sebelum kematiannya pada tahun 2006. Francis menjadi bersifat sangat politis ketika dia mengatakan kepada wartawan pada 2015 bahwa Donald Trump "bukan Kristen" karena dia berencana membangun tembok di sepanjang perbatasan Amerika Serikat dengan Meksiko untuk mencegah orang asing masuk secara ilegal. Sebagai tanggapan, Trump, menurut media Politico, “membalas dengan pernyataan panjang, yang menyatakan bahwa, 'Untuk seorang pemimpin agama, mempermasalahkan tentang iman seseorang, adalah sangat memalukan.'”

 

Ketika Presiden Trump mengunjungi Francis di Vatikan, media dipenuhi dengan interpretasi tentang gerak gerik Francis selama pertemuan tersebut. Setiap gerakan dari paus, dari gerakan kepala yang sederhana hingga pandangan sekilas ke arah lantai, dibaca oleh media massa sebagai tanda dari ketidaksetujuannya terhadap Trump. Demikianlah secara tiba-tiba setiap reporter telah menjadi ahli bahasa tubuh.

 

Pendahulu Francis, Benediktus XVI, pernah menjadi salah satu arsitek progresif dari KV II (di mana dia muncul dalam foto mengenakan dasi) tetapi dia menjadi konservatif menjelang akhir kepausannya, dengan mengeluarkan Summorum Pontificum yang terkenal pada Juli 2007, yang membawa kehidupan baru dalam Misa Latin Tradisional, dengan memberikan izin kepada para imam untuk merayakan TLM tanpa izin dari uskup.

 

Demam reformasi yang dihasilkan oleh KV II pada tahun 1960-an dengan menggantikan Misa lama dengan Misa iringan gitar, himne sentimental yang menggelikan, gadis-gadis altar dengan sandal jepit dan Ny. Broadbent dari paduan suara gerejawi yang ikut membagikan Ekaristi sebagai ganti imam.

Arsitektur Gereja Katolik juga layak menjadi perhatian saat ini, dimana posisi altar yang tinggi, patung, dan mosaik, dikeluarkan dari dalam gereja dan digantikan oleh altar meja (meja Julie Child) dan tempat pembaptisan yang menyerupai hot tub hotel Las Vegas. Misa baru, atau Novus Ordo, secara khusus dirancang untuk membuat Misa menjadi tidak terlalu mistis dan lebih ‘ramah Protestan.’ Bergoglio, Jesuit dari Argentina, selalu membenci Tradisi dan Misa Latin Tradisional.

 

Ketika Benediktus XVI mengeluarkan Summorum Pontifum untuk memfasilitasi TLM, Bergoglio memang mengizinkan hal itu di sebuah paroki, tetapi jam yang dia pilih untuk merayakan Misa itu adalah pada saat-saat ketika orang tidak suka pergi ke Misa. Selebran untuk TLM dipilih sendiri oleh Bergoglio, tetapi para imam ini pada umumnya sama sekali tidak menyukai Misa Latin. Dia juga memberlakukan banyak pembatasan pada cara di mana Misa dapat dirayakan. Jesuit ‘yang baik’ ini tidak mematuhi semangat, jika bukan surat, Motu Propio yang dibuat oleh Paus Benediktus. Francis dengan sabar menunggu delapan tahun sebelum dia, sebagai kepala Gereja Katolik, mengambil tindakan melawan TLM.

 

Selama tahun-tahun itu fokusnya adalah ‘menavigasi perairan’ yang terkadang dirasa licin bagi ajaran Gereja yang liberal dan konservatif. Berpihak pada orang miskin, pengungsi ilegal, mendukung pemerataan ekonomi dan mengutuk hukuman mati, dihasilkan dari Gereja yang sama yang mengutuk aborsi, pengendalian kelahiran dan seks di luar nikah. Tetapi Francis, Jesuit yang selalu cerdas, memiliki bakat untuk menyuntikkan racun ambiguitas ketika dia merenungkan atau berbicara tentang doktrin Gereja yang paling ortodoks, hingga menyebabkan banyak umat Katolik bertanya, “Apa yang benar-benar dipercayai oleh paus Francis ini?”

 

Di bidang politik, keyakinan progresif kiri paus paling jelas diperlihatkan dalam pidato di hadapan Kongres Amerika Serikat pada tahun 2015. “Pada saat-saat ketika kepedulian sosial begitu penting,” kata Francis saat itu, “Saya tidak bisa tidak menyebutkan Day Dorothy, sebagai hamba Tuhan yang mendirikan Gerakan Pekerja Katolik. Aktivitas sosial Dorothy, semangatnya untuk keadilan dan perjuangan kaum tertindas, diilhami oleh Injil, imannya, dan teladan orang-orang kudus.”

 

Gerakan Pekerja Katolik, yang didirikan pada tahun 1933 selama terjadinya Depresi Besar, dimulai dengan penekanan pada upaya memberi makan mereka yang lapar dan memberikan perlindungan kepada para tunawisma. Dorothy (1897 – 1980) adalah seorang jurnalis dan aktivis sosial yang memeluk agama Katolik sambil mempertahankan keyakinan anarkisnya. Saat ini Gerakan Pekerja Katolik telah melampaui visi Day (Dorothy), yang sebagai seorang Katolik yang tegas tidak akan mengakui gerakan itu yang menerima adanya para imam wanita yang ditahbiskan secara tidak sah dan perayaan Misa di rumah-rumah organisasi gerakan itu, oleh siapa pun yang dipanggil untuk melakukannya.

 

Sebelum pemilihan presiden Amerika Serikat 2020, paus Francis melakukan segalanya kecuali memberikan berkat apostoliknya untuk kampanye Biden. Biden, yang mengaku sebagai seorang Katolik yang taat dan yang dikatakan selalu membawa rosario di sakunya, mendukung aborsi atas permintaan, dan telah dikritik oleh banyak uskup Katolik AS karena pandangannya itu. Pada Juni 2021, Konferensi Waligereja Katolik AS memberikan suara untuk menyusun pernyataan tentang makna Komuni Kudus, dan apakah Presiden Biden dan politisi lainnya harus ditolak untuk menerima Komuni berdasarkan sikap mereka tentang aborsi.

 

“Kami tidak terbiasa mendengar ucapan seorang paus, sebulan sebelum Hari Pemilihan, yang mengkritik sikap “nasionalisme rabun, ekstremis, benci dan agresif,” dan mengecam mereka yang, melalui tindakan mereka, menganggap masalah imigran sebagai “kurang layak, kurang penting, kurang manusiawi” demikian The Washington Post melaporkan pada Oktober 2020

 

Paus Francis telah menuduh dengan cepat atas berbagai masalah yang bukan menjadi bidangnya dan  bukan menjadi kompetensinya, termasuk masalah pengungsi, perubahan iklim dan kesetaraan ekonomi. Ensiklik lingkungan Juni 2015-nya “Laudato Si’ ” menyerukan pengurangan radikal dalam penggunaan bahan bakar fosil.

 

Skandal besar Francis yang pertama dalam masalah liturgi terjadi pada Oktober 2019 selama acara yang disebut Sinode Amazon, ketika patung-patung berhala yang mewakili dewi Ibu Pertiwi, atau Pachamama, dihormati di Basilika Santo Petrus. Selama upacara itu ada prosesi tarian yang mengusung patung berhala Pachamama, di mana orang-orang (termasuk para klerus) bersujud di depan dua patung kayu yang mewakili wanita telanjang dan hamil, dan patung kelamin pria yang berbaring di punggungnya.

 

Acara itu dimaksudkan untuk melambangkan “jeritan tanah Amazon dan penduduk asli.” Ketika patung-patung itu disimpan di gereja di Traspontina, seorang aktivis Katolik Austria, Alexander Tschunguel, mengambil berhala-berhala itu dan melemparkannya ke sungai Tiber. Francis kemudian meminta maaf kepada orang Amazon atas insiden tersebut.

 

Pada tahun 2017, sekelompok cendekiawan dan imam Katolik menulis surat terbuka kepada Kolese Uskup yang menuduh paus Francis melakukan bidaah.

 

Segalanya menjadi tidak pasti, tetapi Francis terus berbicara tentang pembangunan “kebaikan bersama secara global.” Francis sekarang adalah seorang populis yang tak tertahankan atau, seperti yang dikatakan seorang kritikus, “CEO Katolik yang mau berbuat baik dan berkeliling dunia.” Pada sebuah Misa di Lapangan Santo Petrus pada bulan September 2019 untuk merayakan Hari Migran dan Pengungsi Sedunia, Francis berkata, “Mengasihi sesama seperti diri kita sendiri berarti berkomitmen kuat untuk membangun dunia yang lebih adil, di mana setiap orang memiliki akses kepada barang-barang di dunia, di mana semua orang dapat berkembang sebagai individu dan sebagai keluarga, dan di mana hak-hak dasar dan martabat dijamin bagi semua orang.” Pada Januari 2021, paus Francis menguraikan pemikirannya dan menyerukan adanya perbatasan (negara) terbuka dimana dia menulis bahwa negara-negara memiliki kewajiban "untuk menyambut, mempromosikan, melindungi, dan mengintegrasikan kaum pengungsi yang datang mencari kehidupan yang lebih baik untuk diri mereka sendiri dan keluarga mereka."

 

Ironisnya, Katekismus Gereja Katolik selalu membela hak negara untuk membatasi imigran. Katekismus sebenarnya juga menyatakan bahwa para migran harus menghormati negara tuan rumah dan berasimilasi.

 

Ketika Francis terpilih sebagai paus, dia meramalkan bahwa kepausannya tidak akan lama, tetapi prediksi itu jelas gagal. Semakin lama pemerintahan Francis berlangsung, semakin banyak kerusakan yang dia ciptakan khususnya di dalam Gereja Katolik. Pada 16 Juli 2021, dia melakukan apa yang oleh banyak penganut Katolik Tradisional disebut sebagai tindakan kekerasan terhadap Gereja ketika dia membatasi perayaan Misa Tradisional Latin.

 

Di bawah pedoman baru Francis, seorang imam yang ingin merayakan ritus kuno itu harus terlebih dahulu meminta izin kepada uskupnya, setelah itu uskup harus meminta izin dari Roma. Sejak awal kepausannya, Francis hanya mengangkat uskup dan kardinal progresif. Hal ini menjamin jalan yang sulit untuk memperoleh izin bagi TLM.

 

Para komentator Katolik di You Tube seperti Taylor Marshall, Timothy Gordon, Michael Matt, Suster Meriam, Dr. Robert Moynihan, dan banyak lainnya, menghabiskan waktu berhari-hari untuk mencoba memahami Motu Proprio yang anti Misa Latin dari paus. Dokumen yang tumpul dan terkadang terdengar jahat itu merupakan penyalaan kembali yang jauh lebih keras dari apa yang dilakukan Francis terhadap komunitas Misa Latin di Buenos Aires. Jay Dyer, seorang Katolik Tradisional yang pergi ke Gereja Ortodoks (di mana Tradisi Katolik tidak tunduk pada mode zaman ini) meramalkan bahwa banyak Katolik Tradisional akan memasuki Gereja Ortodoks sebagai akibat dari caci maki Francis.

 

Tindakan kekerasan Francis terhadap umat Katolik Tradisional memiliki efek riak yang makin meluas. Sampai tulisan ini dibuat, reaksi-reaksi kecaman masih terus meningkat dan banyak pengamat melihatnya sebagai tantangan terakhir Paus. Francis, kata mereka, telah berhadapan dengan penolakan yang paling besar, komunitas Misa Latin di seluruh dunia, dengan banyak seminari dan biara yang berkembang, berbagai paroki yang penuh sesak, hal ini sangat kontras dengan bangku-bangku kosong dari gereja-gereja modernis Pachamama, dengan gadis-gadis altar memakai sandal jepit dan rambut ekor kuda.

 

-----------------

 

 Our Lady of La Salette, 19 September 1846

"Roma akan kehilangan iman dan akan menjadi tahta Antikristus."

 

“Gerakan kemurtadan yang besar sedang diorganisir di setiap negara untuk mendirikan gereja tunggal dunia yang tidak akan memiliki dogma, atau pun hierarki, tidak memiliki disiplin dalam berpikir atau mengekang hawa nafsu, dan yang, dengan dalih kebebasan dan martabat manusia, akan membawa kembali ke dunia (jika gereja seperti itu dapat menang) pemerintahan kelicikan dan pemaksaan yang disahkan, dan penindasan terhadap orang yang lemah, dan semua orang yang harus bekerja keras dan menderita.” - St. Pius X, Notre Charge Apostolique, 15 Agustus 1910

 

"Tanpa sejumlah doa yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan neraca pengadilan Ilahi serta tindakan penebusan dari manusia di dunia, akan ditempatkan di Tahta Petrus seseorang yang akan merebut dan menempatkan jiwa-jiwa dan Rumah Allah ke dalam kegelapan yang dalam." - Bunda Maria, Bayside, 18 Maret 1974

 

AGEN 666 SEKARANG TELAH BERKELIARAN DI ROMA

"Agen 666 sekarang telah berkeliaran di Roma dan telah masuk ke tempat-tempat tertinggi dalam hierarki. Ini akan menjadi uskup melawan uskup dan kardinal melawan kardinal, sampai semua yang tersisa akan keluar dari proses pembersihan." - Yesus, Bayside, Bayside, 25 Juli 1977

 

“Anak-anak-Ku, di masa lalu Gereja-Ku, umat-Ku telah melewati cawan penderitaan, tetapi Aku berkata kepadamu saat ini: Rumah-Ku, Gereja-Ku di bumi, sedang melewati pencobaan yang jauh lebih besar daripada apa pun dalam sejarah masa lalu. Lucifer dan agen-agennya sekarang sedang bekerja dengan tekun dan paling berhasil saat ini, dalam upaya mereka untuk menggulingkan Tahta Petrus dan menempatkan di Roma seorang paus yang merupakan anti-paus dari sejarah." - Yesus, Bayside, 18 Juni 1978

 

JANGAN TINGGALKAN GEREJA PUTRAKU

“Janganlah meninggalkan Putraku lagi dengan cara menolak Gereja-Nya. Janganlah menilai Gereja Putraku dengan pikiran manusia. Fondasinya adalah Putraku sendiri, Yesus. Dan meskipun temboknya bisa retak, namun fondasinya tetap kokoh. Anak-anakku, apakah kamu tidak ingin tetap tinggal di dalamnya dan menambal semua keretakan itu? Kami tidak ingin kamu terpecah menjadi kelompok-kelompok kecil yang penuh perselisihan. Tidak ada perpecahan yang boleh terjadi di dalam Gereja Puteraku. Bagi semua yang dibaptis, seorang Katolik Roma harus mati sebagai orang Katolik Roma agar bisa masuk ke Surga. Penolakan terhadap lembaga kepausan, penolakan Iman karena penalaran manusiawi, tidak akan diterima oleh Bapa Yang Kekal di Surga. Tetaplah setia dan benar selamanya, sampai akhir." - Bunda Maria, Bayside, 20 November 1979

 

MDM, KK, July 30, 2012, pesan dari Yesus

Gereja Katolik-Ku telah dicabik-cabik, namun jiwa dari Gereja-Ku tidak akan pernah bisa direbut atau dimusnahkan oleh Iblis.

 

------------------------------------------

 

Silakan membaca artikel lainnya di sini:

 

Uskup Schneider: Misa bukanlah milik pribadi paus.

Enoch, 28 Juli 2021

Penggunaan Meluas Atas Aplikasi Khusus Homoseksual, Grindr, Di Seantero Vatikan

Kardinal McCarrick Didakwa Bersalah

3 Cara Berdoa Rosario Lebih Baik, Menurut St. Yohanes Paulus II

LDM, 31 Juli 2021

Nama-Nama Di Balik Traditionis Custodes