Thursday, February 6, 2020

LIMA KARDINAL DAN DUA USKUP TERKEMUKA BERBICARA TENTANG AKHIR ZAMAN


JOHN-HENRY WESTEN
From the desk of the editor.


LIMA KARDINAL DAN DUA USKUP TERKEMUKA BERBICARA TENTANG AKHIR ZAMAN

“Gereja terselubung dalam kegelapan modernisme, tetapi kemenangan itu adalah milik Tuhan dan Mempelai Perempuan-Nya. Kami ingin untuk tetap bersama dengannya dan bersama Yesus, dalam Getsemani baru di akhir jaman ini.”

Tue Feb 4, 2020 - 10:53 am EST 
·          


4 Februari 2020 (LifeSiteNews) - Situasi di Gereja saat ini begitu parah sehingga lima orang Kardinal dan dua uskup paling terkemuka di dunia telah membicarakan hal ini sebagai saat akhir zaman.

Ini mungkin salah satu kisah yang paling tidak dilaporkan pada tahun 2019 (dan saya bertaruh bahkan sebagian besar dari Anda melewatkannya, karena itu sangat dekat dengan Natal) tetapi Uskup Agung Carlo Maria Viganò, mantan perwakilan kepausan untuk AS yang meniup peluit kepada Paus dengan berkata bahwa paus Francis memiliki pengetahuan tentang kasus pelecehan sexual dari mantan Kardinal Theodore McCarrick, dan dia memberikan ringkasan yang sangat penting tentang kepausan Francis yang layak didengar oleh semua orang.

Saya merasa sangat beruntung bisa memiliki waktu untuk berbicara dengan Uskup Agung Viganò ketika saya berada di Munich, Jerman, bulan lalu untuk acara Acies Ordinata. Dia tetap dalam kesehatan dan semangat yang baik. Dia tahu betul bahwa pertempuran ini adalah milik Tuhan dan dia mengatakan betapa dia menghargai semua doa yang didaraskan bagi dirinya oleh banyak umat Katolik yang berdoa baginya setiap hari.

Tepat sebelum Natal, Uskup Agung Viganò merilis kesaksian lain. Belum pernah sebelumnya saya melihat dari Uskup Agung Viganò jenis keterbukaan seperti ini. Dalam pernyataannya, dia mengatakan berikut:

Kisah tragis dari kepausan yang gagal ini berkembang dengan melalui serangkaian pemutarbalikkan dan pemelintiran fakta dan ajaran Gereja yang berliku-liku. Tidak satu hari pun berlalu bahwa dari tahta yang paling agung itu, Paus Agung, berusaha untuk membongkar Tahta Petrus, menggunakan dan menyalahgunakan otoritas tertingginya, bukan untuk mengakui tetapi untuk menyangkal; bukan untuk menegaskan tetapi untuk menyesatkan; bukan untuk menyatukan tetapi untuk memecahbelah; bukan untuk membangun tetapi untuk menghancurkan.

Ajaran-ajaran sesat, bidaah formal, penyembahan berhala, kedangkalan dari jenis apa pun: Paus Agung Bergoglio tidak pernah berhenti, dengan keras kepala, untuk menghina otoritas tertinggi Gereja. Tindakannya berusaha untuk melanggar Deposit Iman yang kudus dan untuk mencemarkan Wajah Katolik dari Mempelai Kristus, melalui segala macam perkataan dan tindakannya, melalui kebohongan dan penipuanya, melalui gerakan-gerakan teatrikal yang memamerkan spontanitas tetapi dengan cermat disusun dan direncanakan, dan melalui mana dia meninggikan dirinya dalam pemujaan diri narsis yang berkelanjutan, sementara figur Paus Roma yang suci dihinakan dan Kristus yang Manis di bumi dikaburkan.


"Selama lebih dari enam tahun hingga sekarang kita telah diracuni oleh magisterium palsu," tambahnya.

Tetapi Uskup Agung Viganò menunjukkan bahwa modernisme telah memengaruhi gereja sejak, setidaknya, Konsili Vatikan II:

Selama beberapa dekade terakhir ini, Tubuh Mistik perlahan-lahan kehabisan darah kehidupannya melalui pendarahan yang tak terbendung: Deposit Iman yang kudus secara bertahap disia-siakan, dogma-dogma dilunturkan, penyembahan dijadikan sekuler dan secara bertahap dinodai, moralitas direndahkan, imamat dihina dan dicemarkan, Korban Ekaristi dijadikan seperti Protestan dan dirubah menjadi sebuah Perjamuan makan yang ramah ...

Sekarang Gereja tidak lagi bernyawa, ditutupi dengan metastasis kanker dan dihancurkan. Umat ​​Allah meraba-raba, menjadi buta huruf dalam hal iman, dan dirampok iman mereka, berada dalam gelapnya kekacauan dan perpecahan. Dalam dekade-dekade terakhir ini, musuh-musuh Allah telah secara progresif membuat bumi menjadi kering dalam hal Tradisi Gereja yang telah berjalan selama dua ribu tahun.

Dengan akselerasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, berkat dorongan subversif dari kepausan ini, yang didukung oleh aparat Yesuit yang kuat, kudeta yang mematikan terhadap rahmat (pukulan maut) dilontarkan ke arah Gereja.

Dengan Paus Bergoglio - seperti halnya dengan semua kaum modernis - tidak mungkin lagi untuk mencari kejelasan, karena tanda khas dari bidaah modernis adalah penipuan dan kepura-puraan. Para ahli kesalahan dan ahli dalam seni penipuan ‘mereka berusaha untuk membuat apa yang ambigu diterima secara universal, menghadirkannya dari sisi yang tidak berbahaya yang akan berfungsi sebagai paspor untuk memperkenalkan sisi beracun yang pada awalnya disembunyikan.’ (Pater Matteo Liberatore SJ). Dan kebohongan itu, yang diulang-ulang dengan keras dan obsesif, akhirnya menjadi ‘benar’ dan diterima oleh mayoritas.

Hasil dari penyalahgunaan ini adalah apa yang sekarang kita miliki dan kita saksikan di depan mata kita: Gereja Katolik yang tidak lagi Katolik; sebuah wadah yang dikosongkan dari konten aslinya dan diisi dengan barang-barang pinjaman dari tetangga.

Munculnya Antikristus tidak bisa dihindari; itu adalah bagian dari epilog Sejarah Keselamatan. Tetapi kita tahu bahwa itu adalah prasyarat bagi kemenangan universal Kristus dan Mempelai-Nya yang mulia.

Kita yang tidak membiarkan diri kita dibohongi oleh musuh-musuh Gereja yang tercemar yang bercokol di dalam Tubuh gerejawi ini, harus bersatu padu dan bersama-sama menghadapi si Jahat, yang telah lama dikalahkan namun masih dapat mencelakakan dan menyebabkan kebinasaan kekal atas banyak jiwa-jiwa, namun sebentar lagi kepalanya akan dihancurkan selamanya oleh Perawan Yang Terberkati, Pemimpin kita.

Uskup Agung Viganò menyimpulkan refleksinya, yang dapat Anda baca secara lengkap dengan mengklik di sini, dengan mengatakan bahwa kita saat ini sedang hidup di "Getsemani dari akhir zaman."

Tetapi bukan hanya Uskup Agung Viganò saja yang melihat masa-masa sekarang ini sebagai apokaliptik.

Uskup lain yang suaranya telah diangkat oleh Allah di masa-masa sulit ini untuk mendapat pengakuan internasional adalah Uskup Kazakhstan, Athanasius Schneider.

Dalam sebuah wawancara baru-baru ini dengan Michael Matt dari the Remnant's, ditayangkan pada bulan November 2019, Yang Mulia Athanasius Schneider membuat perbandingan atas bencana di dalam Gereja saat ini dengan kesengsaraan Kristus dulu. Yang Mulia berbicara dengan mengingatkan pada salah satu isi Katekismus Gereja Katolik, terutama ketika ia mencatat bahwa Gereja akan “memasuki kemuliaan kerajaan hanya melalui Paskah terakhir ini, ketika dia akan mengikuti Tuhannya dalam kematian dan Kebangkitan-Nya."

Katekismus juga menyatakan bahwa kerajaan itu akan digenapi “bukan dengan kemenangan bersejarah Gereja melalui peningkatan yang progresif, tetapi hanya dengan kemenangan Allah atas pelepasan kejahatan yang terakhir, yang akan menyebabkan Mempelai Perempuannya turun dari surga. Kemenangan Allah atas pemberontakan kejahatan akan mengambil bentuk Penghakiman Terakhir setelah pergolakan kosmik terakhir dari dunia yang sedang berlalu ini.

Dalam hal para Kardinal Gereja yang berbicara tentang hal ini, kita beralih terlebih dahulu kepada Kardinal Yang Mulia Raymond Burke. Pada bulan Juli 2017 pada acara Church Teaches Forum di Kentucky, Burke mengatakan bahwa “kebingungan, perpecahan, dan kesalahan” di dalam Gereja berasal dari para gembala itu sendiri, bahkan pada tingkat-tingkat  tertinggi.

Yang Mulia berkata bahwa ini menunjukkan jika kita ‘mungkin’ berada di akhir jaman. “Kita hidup di masa-masa yang paling sulit di dunia dan juga di dalam Gereja,” katanya. "Dalam kondisi budaya yang begitu kacau, ada ketakutan yang jelas terhadap konfrontasi global yang hanya bisa berarti kehancuran dan kematian bagi banyak orang. Jelas, situasi dunia saat ini tidak dapat berlanjut tanpa mengarah pada pemusnahan total."

Kardinal Burke mengulangi pernyataan itu pada bulan Desember 2017 dalam sebuah wawancara dengan Paolo Gambi yang diterbitkan dalam the Catholic Herald di Inggris.

“Saat ini ada kebingungan dan kesalahan tentang ajaran Gereja yang paling mendasar, misalnya mengenai pernikahan dan keluarga,” kata Yang Mulia Kardinal Burke. Dia kemudian menggambarkan perdebatan di dalam Gereja tentang pemberian Komuni dan perceraian-dan- pernikahan kembali (dengan orang lain).“ Saat ini ada kebingungan mengenai apakah disini ada tindakan yang secara intrinsik jahat dan ini, tentu saja, adalah dasar dari hukum moral. Ketika dasar ini mulai dipertanyakan dalam Gereja, maka seluruh tatanan kehidupan manusia dan tatanan Gereja itu sendiri terancam punah.”

“Jadi ada perasaan bahwa di dunia saat ini, yang didasarkan pada sekularisme, dengan pendekatan yang sepenuhnya antroposentris ... Gereja itu sendiri tampaknya bingung. Dalam pengertian itu orang mungkin merasa bahwa Gereja memberikan kesan tidak mau menuruti mandat Tuhan kita. Maka mungkin kita telah tiba di saat akhir zaman.”

Perasaan bahwa kita berada di akhir zaman diungkapkan juga oleh almarhum, Kardinal Carlo Caffarra, salah satu penandatangan dubia.

Berbicara di acara Rome Life Forum pada bulan Mei 2017, Kardinal Caffarra mengingat surat Sr. Lucia dari Fatima yang dikirim kepadanya yang berbicara tentang “pertempuran terakhir antara Tuhan dan kerajaan setan adalah dalam masalah pernikahan dan keluarga”

Dia mengatakan bahwa sudah menjadi keyakinannya jika apa yang ditulis oleh Suster Lucia kepadanya itu “sedang digenapi pada zaman kita sekarang ini.” Perhatikan komentarnya dengan mengklik di sini.

Kardinal ketiga juga berbicara tentang masa-masa ini dengan referensi apokaliptik.

Menjelang Sinode Amazon (Oktober 2019), Kardinal Walter Brandmüller mengatakan, “…pertanyaan menakutkan muncul apakah protagonis sinode ini tidak lebih peduli dengan upaya diam-diam untuk menggantikan agama sebagai jawaban manusia terhadap panggilan dari Penciptanya dengan ‘agama alami panteistik dari manusia’ - yaitu, dengan varian baru paham Modernisme dari awal abad ke-20."

“Sulit untuk tidak memikirkan teks-teks eskatologis Perjanjian Baru!” serunya.

Ketika skandal Pachamama pecah selama Sinode Amazon, Kardinal Brandmüller membuat referensi langsung kepada peringatan apokaliptik dari Kristus, dan dia menyebut berhala Pachamama di Vatikan sebagai "kekejian yang membinasakan yang terjadi di tempat suci."

Kardinal Walter Brandmüller telah membuat referensi sambil memuji tindakan kedua pemuda yang melemparkan berhala Pachamama ke Sungai Tiber. “Kedua 'Makabe' pemberani yang telah menghapus 'kekejian yang membinasakan di tempat suci' adalah para nabi zaman sekarang,” katanya.

Penggunaan bahasa apokaliptik ini tidak hanya berasal dari para kardinal dubia. Kardinal Gerhard Müller, yang secara tidak resmi disingkirkan oleh Paus Francis adalah kepala Kongregasi Vatikan yang kuat untuk Doktrin Iman, mengeluarkan Manifesto Iman pada Februari tahun lalu.

Dalam dokumen heroik itu, Yang Mulia Kardinal Gerhard Müller berkata bahwa, “Untuk bersikap diam tentang kebenaran ini dan kebenaran-kebenaran lain dari Iman dan tidak mengajar orang lain tentang hal ini, adalah penipuan terbesar yang diperingatkan oleh Katekismus dengan keras. Ini merupakan cobaan terakhir Gereja dan membawa manusia kepada khayalan religius yang bohong, Kebohongan religius yang paling buruk datang dari Anti-Kristus” (CCC 675) “Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka. (2 Tes: 2:9 -10)

Kardinal kelima kami, kami memiliki Kardinal Willem Jacobus Eijk dari Belanda.

Menulis dalam the National Catholic Register  Mei 2018, Kardinal Eijk mengatakan, “Mengamati bahwa para uskup dan, di atas segalanya, Penerus Petrus, gagal mempertahankan dan menyampaikan dengan setia dan dalam kesatuan deposit iman yang terkandung dalam Tradisi Suci dan Kitab Suci, saya mau tidak mau memikirkan Pasal 675 dari Katekismus Gereja Katolik."

“Pencobaan terakhir Gereja, sebelum kedatangan Kristus yang kedua, dimana Gereja harus melewati pencobaan terakhir yang akan mengguncang iman banyak orang yang percaya. Penganiayaan yang menyertai ziarahnya di bumi akan mengungkap 'misteri kedurhakaan' dalam bentuk penipuan agama yang memberi orang solusi nyata untuk masalah mereka dengan ongkos kemurtadan dari kebenaran."

Dalam wawancara lanjutan dengan koresponden LifeSite Paris, Jeanne Smits, Cardinal Eijk menjelaskan rujukannya seperti ini:

“Saya mengutip Katekismus Gereja Katolik nomor 675. Karena ada beberapa kardinal yang memohon berkat bagi hubungan homoseksual, maka saya mengacu kepada paragraf Katekismus ini sebagai peringatan. Disini dikatakan bahwa sesaat sebelum Apokalips, suara-suara akan muncul di dalam Gereja itu sendiri, dan bahkan di antara otoritas tertinggi Gereja, yang akan mengungkapkan berbagai pendapat yang berbeda sehubungan dengan doktrin Katolik. Saya mengatakan ini sebagai peringatan: marilah kita berhati-hati untuk tidak membiarkan diri kita berada dalam situasi ini."


Seperti yang Anda lihat, setidaknya ada 5 kardinal dan dua uskup terkemuka yang telah membangkitkan ‘momok akhir jaman.’ Tapi seperti yang kami katakan di sini sebelumnya, itu bukanlah sesuatu yang bisa dikesampingkan.

Izinkan saya kembali pada kata-kata inspiratif dari Uskup Agung Viganò yang, setelah menyatakan dengan blak-blakan situasi bencana yang dihadapi Gereja hari ini, yang diakhiri dengan dorongan semangat.

Sekarang adalah giliran kita. Tanpa ragu-ragu, tanpa membiarkan diri kita diusir dari Gereja ini dimana kita adalah menjadi anak-anaknya sah dan di mana kita memiliki hak sakral untuk merasa berada di rumah sendiri, tanpa gangguan dari gerombolan musuh Kristus yang penuh kebencian yang membuat kita merasa terpinggirkan, terpecah, dan di-exkom.

Sekarang adalah giliran kita! Kemenangan dari Hati Maria Yang Tak Bernoda – sebagai Coredemptrix dan Mediatrix dari segala rahmat – melalui ‘anak-anak kecilnya,’ yang tentu saja lemah dan berdosa tetapi benar-benar menentang para anggota yang terdaftar dalam pasukan Musuh. ‘Anak-anak kecil’ ini yang dikonsekrasikan tanpa syarat dan batas apa pun kepada Yang Tak Bernoda, agar bisa menjadi tumitnya, bagian yang paling dihina dan dicemooh, yang paling dibenci oleh neraka, tetapi yang bersama-sama dengan Maria akan menghancurkan kepala si Monster jahat dari neraka itu.

Gereja tengah diselimuti oleh kegelapan modernisme, tetapi kemenangan itu adalah milik Tuhan dan Mempelai Perempuan-Nya. Kami berharap untuk terus menganut iman abadi dari Gereja dalam menghadapi kejahatan yang mengaum-ngaum dan mengepungnya. Kami ingin untuk tetap bersama dengannya dan bersama Yesus, dalam Getsemani baru dari akhir zaman ini; untuk berdoa dan melakukan penebusan dosa sebagai ganti rugi atas banyaknya pelanggaran yang dilakukan terhadap Yesus dan Gereja-Nya.

 *****










1 comment:

  1. Permisi Ya Admin Numpang Promo | www.fanspoker.com | Agen Poker Online Di Indonesia |Player vs Player NO ROBOT!!! |
    Kesempatan Menang Lebih Besar,
    || WA : +855964283802 || LINE : +855964283802

    ReplyDelete