Monday, March 26, 2018

TED FLYNN – PERPECAHAN YANG SEMAKIN MELUAS...


TED FLYNN – PERPECAHAN YANG SEMAKIN MELUAS SEDANG TERJADI DI DALAM GEREJA KATOLIK
by TED FLYNN MARCH 22, 2018

G.K. Chesterton pernah berkata, “Kita tidak butuh sebuah agama yang hanya benar ketika kita bertindak benar. Apa yang kita butuhkan adalah sebuah agama yang tetap berjalan benar ketika kita bertindak salah.” (G.K. Chesterton adalah seorang ahli filsafat dan penulis rohani yang terkenal, 1874-1936)

Saat ini kita sedang menyaksikan sebuah perang, dalam skala penuh, atas arah yang sedang ditempuh oleh Gereja Katolik dan Apostolik Roma. Tarik ulur antara mereka yang terlibat dalam pertempuran ini sebenarnya telah berlangsung sejak zaman Reformasi dulu, dan selama berlangsungnya Konsili Vatikan II dan sesudahnya, hingga kini. Janganlah menutup mata tentang hal itu, tentang kenyataan yang ada di belakang layar, dan sering kali secara diam-diam, bahwa ada orang-orang tertentu yang ingin mengubah secara agresif apa yang telah diajarkan oleh Kristus dan Gereja-Nya selama 2.000 tahun ini.

Sekarang sudah berjalan lima tahun sejak 13 Maret 2013, ketika Paus Fransiskus mengambil posisinya sebagai Wakil Kristus di bumi, dan perubahan-perubahan yang dilakukan terhadap gereja, di bawah kepausannya, sangatlah dalam. Zaman Reformasi dulu telah menghasilkan perubahan yang tak terhitung banyaknya di dalam gereja dan dunia, dan beritanya berjalan lambat karena zaman itu, di mana peristiwa itu terjadi, berbeda dengan sekarang. Sejak Martin Luther menempelkan sembilan puluh lima tesisnya di sebuah pintu Gereja untuk dilihat oleh banyak orang pada tahun 1517, berbagai perubahan dari waktu ke waktu telah datang ke dalam  gereja, yang hanya dapat dibayangkan oleh beberapa orang saja. Dengan diadakannya Konsili Vatikan II dari tahun 1962-1965, kami melihat adanya penyimpangan dan pemisahan pemikiran lebih jauh dengan lahirnya Tatanan Baru dalam Misa (Novus Ordo) dan sebuah doktrin yang berbeda yang muncul dari inspirasi zaman-zaman sebelumnya.

Ada nuansa dan variasi pemikiran alami yang signifikan pada sekitar 1,3 miliar umat Katolik di dunia. Kita belum pernah menyaksikan perpecahan yang begitu hebat di antara umat beriman sejak Konsili Vatikan II. Umat saat ini menjadi kebingungan dan sulit untuk memahami semua ucapan yang keluar dari para pemimpin Gereja dan apa arti yang sebenarnya dari ucapan-ucapan itu. Baik zaman Reformasi maupun zaman Vatikan II tidak memiliki sarana media sosial, namun saat ini apa yang terjadi di Roma atau di Yerusalem hari ini dan saat ini dapat dilihat dan diketahui secara real time. Dengan jutaan jumlah blogger, situs web, dan wartawan, begitu banyak orang memiliki berbagai pendapat tentang segala hal. Seringkali terjadi lebih banyak panas ketimbang terang pada sebagian besar perbincangan yang terjadi di dalam gereja dan politik.

Sebagai hasil dari apa yang terjadi saat ini, orang-orang nampaknya jatuh ke dalam salah satu dari tiga kubu utama. Kelompok-kelompok ini telah muncul sejak asap putih menaiki cerobong di Kapel Sistina lima tahun yang lalu (konklaf):

Kelompok 1
Kelompok ini mengancam untuk meninggalkan gereja karena mereka menentang apa yang mereka anggap sebagai ajaran sesat oleh Paus Fransiskus. Mereka melihat adanya sejumlah orang homoseksual yang berada pada pos-pos penting (di mana sedikit sekali yang dilakukan untuk mengawasi orang-orang pembela homosex ini); orang-orang inilah yang mengarahkan perjalanan Sinode tentang keluarga (2014 & 2015), dan orang-orang ini jugalah yang menyusun bahasa ambigu dan membingungkan dalam Amoris Laetitia (The Joy of Love) yang banyak orang menganggap hal itu memang disengaja. Amoris Laetitia dirilis pada 19 Maret 2016 pada Hari Raya St. Yoseph yang merangkum dokumen dari dua Sinode, tentang kasih di dalam keluarga. Banyak orang dalam kelompok ini yang merasa skeptis sejak awal masa kepausan Francis dimana Sinode pertama (2004) telah dibajak oleh kontingen yang sangat liberal dari para Uskup dan Kardinal. Kelompok ini tidak yakin ke mana harus pergi saat ini dan mereka melihat lebih banyak ke arah Misa Latin Tradisional untuk kelangsungan peribadatan mereka atau mereka akan meninggalkan gereja saja secara langsung. Mereka telah membaca buku-buku The Dictator Pope, dan The Lost Shepherd, How the Pope is Misleading His Flock, serta tulisan-tulisan lain yang pada kenyatannya adalah benar.

Kelompok 2
Sekelompok umat beriman disini tetap berada di dalam gereja dan mereka mau menerima tulisan-tulisan Paus Fransiskus, yang terinspirasi dari Sinode yang lalu, meski nampaknya memiliki masalah dengan Amoris Laetitia. Mereka tidak berbicara menentangnya, dan mereka  menerimanya sebagai kebenaran, karena hal itu berasal dari kepausan. Mempertanyakan otentisitas kepausan tidak dapat diterima oleh kelompok ini.

Di sinilah adanya area yang kabur. Banyak umat Katolik dari kelompok ini memiliki untaian DNA yang datang sejak lahir untuk menghormati otoritas di Roma yang mereka anggap sebagai Injil. Apa yang Roma katakan, itulah yang Injil katakan. Banyak orang dalam kelompok ini yang tidak mau mempertanyakannya. Mereka adalah ibu-ibu yang bersikap ‘nrimo’, mungkin ada ayah atau ibu yang bekerja dalam dua pekerjaan atau banyak lembur untuk memenuhi kebutuhan rumah, berkurban demi cinta pada keluarga, serta orang tua yang benar-benar peduli dengan nilai raport anak-anak mereka dan menjaga anak-anaknya agar tidak bertengkar dengan anak-anak tetangga. Pulang dari kantor, mereka bertanya-tanya bagaimana mereka akan membayar tagihan dokter gigi. Orang tua melatih liga kecil sepak bola dan membawa gadis-gadisnya ikut les balet. Sering kali, menurut mereka, membaca dokumen-dokumen magisterial yang berisi masalah yang tidak dapat mereka kendalikan adalah di luar kemampuan emosional dan waktu mereka. Mereka mempercayai gereja begitu saja karena mereka telah diajari untuk mempercayai gereja begitu saja. Mereka berusaha untuk bertahan di tengah budaya yang sedang memburuk di depan mata mereka. Banyak umat yang termasuk dalam kelompok ini tidak dapat meceritakan kepada anda bahasa sulit yang ada di dalam ensiklik atau nama-nama hierarki gereja yang mempromosikan suatu agenda tertentu dengan cara apa pun. Mereka adalah para ibu dan ayah yang sibuk mengganti popok, belanja, menyiapkan makanan, dan mengajak anak-anak tidur tepat waktu di malam hari karena ini adalah tempat mereka dalam kehidupan. Seringkali orang-orang seperti ini menjadi garam dunia. Mereka selalu setia pada apa yang telah diajarkan pada mereka di masa lalu dan terkadang (bahkan sering) mereka tidak menyadari adanya agenda liberal tersembunyi yang terjadi di belakang layar yang ingin membawa gereja menuju arah yang baru. Kadang-kadang ada ketegangan yang cukup panas dengan orang-orang ini jika ada seseorang tidak setuju dengan mereka. Mereka mungkin melihat terjadinya kemurtadan iman di tengah-tengah kita, dan kemudian gereja diserang, tetapi mereka akan tetap mengikuti keputusan kepausan karena mereka tidak tahu ke mana harus berpaling.

Kelompok 3
Ini adalah kelompok yang terkecil. Kelompok ini menentang beberapa ajaran dari Paus Fransiskus sebagai ajaran yang sesat, seperti yang dilakukan kelompok 1, tetapi kelompok ini memutuskan untuk tetap tinggal di dalam Gereja, karena mereka percaya bahwa mereka berdiri di atas kebenaran magisterial yang telah bertahan melalui lebat dan tipisnya kabut asap yang menerjang selama berabad-abad ini, di mana gerbang neraka tidak akan pernah bisa mengubah arah kebenaran dalam jangka panjang. Kelompok ini menganggap kebingungan saat ini di dalam gereja hanyalah benturan lain dalam perjalanan panjang Gereja Katolik. Seringkali kelompok ini dianiaya dan dipinggirkan oleh kelompok 2 karena bersikap kritis terhadap Wakil Kristus. Lima kata dari "Who Am I to Judge" telah mengirim mereka melewati tapal batas kesabaran mereka di awal pemerintahan Francis.

Tak seorangpun sekarang ini yang kebal dari suasana kebingungan ini. Tanggal 7 April 2018 akan ada sebuah konferensi di Roma dengan para klerus yang akan menghadirinya, di luar kardinal-kardinal Dubia, untuk menangani berbagai masalah yang disebabkan oleh pernyataan-pernyataan dari Paus Fransiskus, dimana konferensi itu berjudul: Gereja Katolik: ke mana akan menuju?

Jawaban
Pada tahun 1830, Bunda Terberkati menampakkan diri kepada seorang novis muda di sebuah kapel, bernama Catherine Laboure di Rue du Bac, Paris. Antara 18 Juli dan Desember 1830, Suster Catherine menerima karunia yang luar biasa karena bisa berbicara dengan Bunda Terberkati dalam tiga kesempatan terpisah. Suatu ketika, Bunda Maria menunjuk ke altar, dimana tabernakel berada, dan berkata, “Datanglah menuju kaki altar ini. Di sini, rahmat akan melimpah kepada semua orang yang memintanya dengan penuh keyakinan dan semangat.” Bunda Maria mengatakan bahwa pesannya saat itu tidak didengarkan oleh manusia, seperti yang dimintanya. Kemudian Bunda Maria, seperti biasanya, selalu memberikan jawaban bagi umat manusia dan jawaban itu ada di dalam diri Putera-Nya.

Maka, pada tahun 1846, Bunda Maria menampakkan diri di sebuah dusun pertanian yang terisolasi kepada dua anak muda di pegunungan Prancis yang bernama LaSalette. Di sini Bunda Maria memberikan salah satu pesan paling keras dalam sejarah penampakan. Bunda Maria berkata, "…imam-imam, para pelayan Puteraku, para imam itu dengan melalui kehidupan jahat mereka, dengan melalui sikap tidak hormat mereka dan ketidaksopanan mereka dalam perayaan misteri-misteri suci, melalui cinta mereka terhadap uang, cinta mereka akan kehormatan dan kesenangan ... para imam telah menjadi sebuah tangki limbah ketidak-murnian… gereja akan berada dalam kekalahan… aku memberimu enam hari untuk bekerja; dan aku mencadangkan hari yang ketujuh untuk diriku, namun tidak ada orang yang mau memberikannya kepadaku. Inilah yang sangat membebani lengan Putraku dengan begitu besar... Roma akan menjadi tempat kedudukan anti-kristus.” Ini bukanlah pesan biasa. Pada tanggal 19 September 1851 Paus Pius IX secara resmi menyetujui diadakannya devosi publik dengan doa yang mengacu kepada pesan LaSalette sebagai "rahasia-rahasia." Pada tahun 1879, Paus Leo XIII memberikan Penobatan Kanonik kepada Basilika Bunda LaSalette.

Ada banyak lagi pesan-pesan otentik seperti ini selama seratus tahun terakhir, di mana dikatakan, "Setan akan mencapai bagian dalam dan puncak gereja, dan kemurtadan akan terjadi secara menyeluruh." Pertanyaan yang harus diajukan adalah: Apa sih sebenarnya Puncak dari gereja itu?

Pertempuran saat ini amat sengit dan kesejahteraan moral generasi masa mendatang dipertaruhkan. Itulah sebabnya kita harus fokus kepada salib dan buah dari Adorasi Ekaristi. Itulah obat Surga bagi segala penyakit manusia. Inilah saatnya untuk melipat-gandakan upaya kita dan masuk lebih jauh di dalam doa dan Adorasi.

Jesus, I Trust on You



Silakan melihat artikel lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/

No comments:

Post a Comment