Friday, August 11, 2017

Cardinal Raymond Burke: KEBINGUNGAN DAN KESESATAN DARI PARA PEMIMPIN...


 NEWSCATHOLIC CHURCHFAITHTue Aug 8, 2017 - 4:08 pm EST

CARDINAL BURKE:
KEBINGUNGAN DAN KESESATAN DARI PARA PEMIMPIN KATOLIK MERUPAKAN PERTANDA DARI AKHIR ZAMAN

by Pete Baklinski


LOUISVILLE, Kentucky, 8 Agustus 2017 (LifeSiteNews) - "Kebingungan, perpecahan, dan kesesatan" di dalam Gereja Katolik yang berasal dari "para gembala" bahkan sampai pada tingkatan tertinggi menunjukkan bahwa kita berada pada saat akhir zaman,” kata Kardinal AS Raymond Burke di sebuah wawancara di Kentucky.

Kardinal, yang berbicara pada 22 Juli dalam acara "Church Teaches Forum" di Louisville, mengatakan bahwa, menurut pendapatnya, saat-saat sekarang ini "secara realistis nampak apokaliptik.”

"Kita sedang hidup di masa-masa sulit di dunia dan juga di dalam Gereja," katanya.

Burke, salah satu ahli hukum kanon terkemuka dalam Gereja Katolik, menjelaskan bagaimana kejahatan yang sekarang sering diterima di dalam budaya Barat yang "rusak" kini berhasil menyusup ke dalam Gereja, melalui para gembala hingga sampai kepada domba-dombanya.

Kardinal Raymond Burke berpidato saat Misa pembukaan dalam Forum 'Church Teaches' tahunan yang ke 27, pada tanggal 20 Juli 2017 di Glenn Rutherford

"Dengan cara yang jahat, kebingungan dan kesesatan yang telah menyebabkan budaya manusia berada di jalan kematian dan kehancuran kini juga masuk ke dalam Gereja, sehingga ia mendekati budaya busuk itu tanpa menyadari identitas dan misinya sendiri, tanpa memiliki kejelasan dan keberanian untuk mewartakan Injil Kehidupan dan Kasih Ilahi kepada budaya radikal di dunia," demikian katanya.

Dia mencontohkan sebuah pernyataan baru-baru ini dari presiden konferensi para uskup Jerman, Kardinal Reinhard Marx, yang mengatakan bahwa legalisasi "pernikahan" sesama jenis di Jerman bukanlah menjadi perhatian utama Gereja. Sebaliknya, Marx mengatakan bahwa Gereja harus lebih memperhatikan apa yang dia sebut intoleransi terhadap orang-orang yang memiliki ketertarikan terhadap sesama jenis.

Para gembala yang bersikap diam

Burke, yang juga merupakan salah satu dari empat Kardinal yang menandatangani dubia yang meminta kepada Paus Fransiskus untuk mengklarifikasi ambiguitas dalam pengajarannya, Amoris Laetitia, mengatakan bahwa ada banyak gembala yang tidak lagi benar-benar menggembalakan umat beriman yang dipercayakan kepada mereka.

"Karena alasan apapun, banyak gembala yang bersikap diam mengenai situasi di mana Gereja mendapati dirinya berada atau telah meninggalkan kejelasan dari ajaran Gereja, karena kebingungan dan kesesatan saat ini dianggap (secara keliru) menjadi penyebab dari keruntuhan total budaya Kristiani," katanya. .

Burke mengatakan bahwa satu tanda yang jelas baginya bahwa Gereja "telah gagal total " dalam misinya adalah bahwa Gereja saat ini tidak lagi menerima serangan permusuhan dari media sekuler.

"Beberapa waktu yang lalu, seorang Kardinal di Roma berkomentar bahwa sungguh baik jika media sekuler tidak lagi menyerang Gereja, seperti yang mereka lakukan dengan sangat sengit selama masa kepausan Paus Benediktus XVI," katanya. "Tetapi tanggapan saya adalah bahwa persetujuan dari media sekuler itu terhadap Gereja adalah, sebaliknya, bagi saya ini adalah sebuah pertanda bahwa Gereja telah gagal total dalam memberikan kesaksian yang jelas dan berani ke seluruh dunia, demi keselamatan dunia," tambahnya.

Secara khusus dia mencatat bagaimana media sekuler mengadu mereka yang setia kepada ajaran Katolik yang kekal melawan Paus Fransiskus beserta ‘agenda pastoralnya’ bagi Gereja.

Kardinal Burke menuduh "suara-suara sekuler" itu mempromosikan Paus Fransiskus sebagai "pembaharu yang revolusioner, yaitu sebagai seorang yang melakukan reformasi Gereja dengan cara  melanggar Tradisi, aturan iman (regula fidei) serta aturan hukum (regula iuris)."

"Mengenai berbagai pernyataan Paus Fransiskus yang sering dilakukannya, saat ini sedang dan telah berkembang sebuah pemahaman umum bahwa setiap pernyataan Bapa Suci haruslah diterima sebagai ajaran kepausan atau magisterium. Media massa tentunya ingin memilih dan mengutip di antara sekian banyak pernyataan Paus Fransiskus, untuk menunjukkan bahwa Gereja Katolik sedang mengalami sebuah revolusi dan merubah ajarannya secara radikal dalam hal isu-isu penting mengenai tentang iman dan terutama moral," katanya.

Mengidolakan kepausan

Kardinal Burke mencatat bagaimana PF tidak mengatasi situasi yang berkembang saat ini dengan secara teratur memilih untuk "berbicara dalam percakapan sehari-hari, baik itu dilakukannya selama wawancara yang diberikan di pesawat terbang atau kepada media-media berita, atau dalam ucapan spontan kepada berbagai kelompok tertentu."

Kardinal Burke mengatakan bahwa umat Katolik harus berusaha untuk tetap setia kepada Kristus, dan Gereja yang didirikanNya harus belajar membedakan antara ‘perkataan manusia yang kebetulan menjadi paus’ dengan perkataan Paus sebagai Wakil Kristus di bumi.’

"PF telah memilih untuk banyak berbicara pada tubuh pertamanya, yaitu tubuh orang yang kebetulan menjadi paus. Kenyataannya, bahkan di dalam dokumen-dokumen, yang di masa lalu telah mewakili pengajaran yang lebih penting, dia mengatakan dengan jelas bahwa dia tidak memberikan pengajaran magisterial, tetapi pemikirannya sendiri," demikian kata Kardinal Burke.

"Tapi mereka yang telah terbiasa dengan berbagai cara berbicara Kepausan yang berbeda pada masa lalu, ingin membuat setiap pernyataan PF saat ini sebagai bagian dari Magisterium. Jika seseorang bersikap seperti ini maka dia bertentangan dengan akal dan apa yang selalu dipahami oleh Gereja. Adalah salah dan berbahaya bagi umat untuk menerima setiap pernyataan dari Bapa Suci dengan menganggap bahwa hal itu sebagai ungkapan pengajaran kepausan atau magisterium," tambahnya.

Burke sebelumnya telah menyebut pernyataan kontroversial PF mengenai Amoris Laetitia "bukanlah tindakan magisterium" tapi sebuah "renungan pribadi dari PF." Anjuran Apostolik itu telah ditafsirkan oleh banyak uskup dan kardinal seolah mengizinkan umat Katolik yang bercerai dan menikah kembali dan hidup di dalam perzinahan, untuk menerima Komuni Kudus. Penafsiran semacam itu bertentangan dengan ajaran Katolik sebelumnya.

Kardinal Burke mengatakan bahwa membedakan antara "perkataan manusia yang kebetulan menjadi paus dengan perkataan Paus sebagai Wakil Kristus di bumi" adalah sangat penting untuk menunjukkan "penghormatan tertinggi" kepada Jabatan Kepausan sementara mereka masih tetap setia pada ajaran kekal dari Iman Katolik.

"Tanpa perbedaan ini, maka kita akan dengan mudah kehilangan rasa hormat terhadap Kepausan atau dituntun untuk berpikir bahwa jika kita tidak setuju dengan pendapat pribadi orang yang menjadi Paus, maka kita telah memutuskan hubungan dengan Gereja," katanya.

Dia memperingatkan umat Katolik tentang tindakan ‘mengidolakan kepausan’ yang merupakan ‘penyembahan berhala atas jabatan kepausan’ di mana setiap kata yang diucapkan oleh paus akan diperlakukan seolah-olah itu adalah doktrin, ‘bahkan meski perkataan itu bertentangan dengan firman Kristus, misalnya tentang tidak terceraikannya pernikahan.’

“Setiap pernyataan paus,” kata Burke, “harus dipahami ‘dalam konteks pengajaran dan praktik Gereja yang menetap,’ sebab jika tidak, maka kebingungan dan perpecahan tentang pengajaran dan praktik Gereja akan masuk ke dalam tubuh Gereja dan menimbulkan gangguan terhadap keselamatan jiwa dan menjadi bahaya besar bagi pewartaaan Injil kepada dunia."

"Umat beriman tidaklah harus mengikuti pendapat-pendapat teologis dari pejabat Gereja yang bertentangan dengan doktrin yang terkandung dalam Kitab Suci dan Tradisi Suci, dan ditegaskan oleh Magisterium, walaupun pendapat teologis ini disiarkan secara luas di dalam Gereja dan tidak diluruskan oleh para pastor, karena para pastor wajib untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh atasannya," tambahnya.

Dengan sedih Kardinal Burke memperingatkan umat Katolik atas situasi saat ini di dalam Gereja, bahkan ada yang berpikir untuk melakukan pemisahan, yaitu memisahkan diri mereka dari Gereja Katolik yang dipimpin oleh PF dengan harapan untuk menciptakan Gereja yang lebih baik.

"Tidak ada tempat dalam pikiran kita untuk bertindak memisahkan diri, yang selalu dan dimana saja adalah salah," katanya.

"Skisma adalah buah dari cara berpikir duniawi, yang berpikir bahwa Gereja berada di tangan kita, bukan di tangan Kristus. Gereja di zaman kita sekarang sangat membutuhkan pemurnian dari segala macam pemikiran duniawi," tambahnya.

Mengatasi krisis
Burke mengemukakan sejumlah cara praktis agar umat Katolik berusaha untuk dapat merespons krisis yang ada di dalam Gereja saat ini. Mereka harus:

  • Berdoa memohon iman yang lebih besar lagi kepada Tuhan Yesus Kristus, ‘Yang hidup bagi kita di dalam Gereja dan Yang tak pernah salah dalam mengajari kita tentang kesucian, dan menuntun kita semua di dalam Gereja’ dan ‘Yang ajaran-ajaranNya tidak pernah berubah.’ 
  • Belajar lebih tekun lagi mengenai ajaran-ajaran Iman yang ada di dalam Katekismus Gereja Katolik, dan mempersiapkan diri untuk membela ajaran-ajaran itu melawan segala kepalsuan yang melemahkan Iman dan persatuan Gereja.
  • Berkumpul bersama untuk memperdalam Iman dan saling menguatkan satu sama lain.
  • Datang kepada Perawan Maria Terberkati, untuk memohon pengantaraan Keibuannya,
  • Selalu menyerukan pengantaraan dari St.Michael sepanjang hari.
  • Berdoa setiap hari kepada St.Yosef, terutama dengan melalui gelarnya sebagai ‘Kengerian bagi setan’ untuk memohon damai di dalam Gereja, dan memohon perlindungannya dalam menghadapi segala bentuk kebingungan dan perselisihan yang selalu merupakan usaha dari setan.
  • Berdoa bagi paus, terutama melalui pengantaraan St.Petrus.
  • Berdoa bagi para kardinal agar mereka menjadi pembantu yang sejati bagi Bapa Suci dalam melaksanakan tugasnya.
  • Tetap bersikap tenang karena Iman kita kepada Kristus yang tidak mengijinkan ‘gerbang-gerbang neraka’ bisa menang atas Gereja.
  • Menjaga kepercayaan kita kepada Jabatan Petrus dan kasih kita kepada penerus St.Petrus, yaitu PF.

Kardinal Burke mendesak umat Katolik untuk tidak "khawatir apakah masa-masa ini bersifat apokaliptik atau tidak, tetapi agar kita tetap setia, murah hati dan berani dalam melayani Kristus di dalam Tubuh MistikNya, Gereja."

"Karena kita telah tahu bahwa bab terakhir dari kisah zaman ini telah dituliskan. Ia adalah kisah kemenangan Kristus atas dosa beserta buahnya yang paling mengerikan: kematian kekal," katanya.

"Tetapi kita harus tetap menulis, bersama dengan Kristus, bab-bab yang diisi oleh perbuatan kita: kesetiaan, keberanian, dan kemurahan hati kita sebagai rekan kerja sejati dari Kristus, sebagai prajurit Kristus yang sejati. Maka kita harus menjadi hamba yang baik dan setia yang selalu menanti untuk membukakan pintu bagi Guru kita, pada saat KedatanganNya nanti," demikian tambahnya.


Editor’s Note: Read Cardinal Burke’s full address here.

Silakan melihat artikel lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/

No comments:

Post a Comment