Friday, August 25, 2017

Vortex : Kemurtadan & Dia bukanlah Allah

Vortex - Kemurtadan
Hanya inilah kata yang pas

Hari ini wawancara kardinal Burke dengan sahabat-sahabat kami di The Wanderer dimana dia menjawab pertanyaan mengenai ketidak-setiaan dari begitu banyak pemimpin di dalam Gereja Katolik pada hari-hari ini beserta kemurtadan yang menjadi akibatnya.

Kardinal Burke dengan tegas menyebutnya: kemurtadan ! Hanya inilah kata yang pas ! Sebuah gerakan yang menjauhi Iman, sebuah penolakan atas apa sebenarnya Gereja itu, yang tidak lain adalah Yesus Kristus, Mesias, Putera Allah, yang hadir di dunia dan melanjutkan misi penyelamatanNya sepanjang masa melalui peran serta manusia. Betapa jahatnya jika kelompok orang-orang yang tertahbis ternyata mereka tunduk kepada kemurtadan. Tak ada yang lebih buruk daripada kemurtadan apostolik, dan inilah yang terjadi saat ini pada diri para klerus dan uskup-uskup yang rusak, lemah dan munafik. 

Perkataan kardinal Burke mengajak kita kembali kepada penyangkalan Yudas, yang diceritakan di dalam Kisah Rasul-rasul, ketika paus pertama, Petrus, menyatakan bahwa Yudas, yang ikut berperan serta di dalam misi keselamatan namun kehilangan keselamatan itu beserta peran kerasulannya, dan Yudas harus pergi menuju ‘tempatnya sendiri’. Yudas adalah yang pertama kali murtad diantara para rasul. Dan sayangnya, Yudas bukanlah yang terakhir. Seperti halnya St.Petrus mengatakannya saat itu, demikian pula saat ini St.Petrus bisa mengatakan hal yang sama, agar umat beriman tidak dituntun kepada kesesatan lebih jauh.

Hadapilah kenyataan bahwa saat ini ada banyak Yudas-Yudas, pengkhianat, orang-orang yang murtad, yang bergerak bebas di dalam Gereja. Mereka menyangkal Kristus. Mereka menyangkal Gereja KudusNya. Mereka itu harus dibuka kedoknya dan dihentikan langkahnya.



Vortex - dia bukanlah Allah
Paham neo-arianisme sedang merasuki hirarki gereja

Saat ini paham neo-arianisme sedang merasuki hirarki gereja. Arianisme adalah sebuah aliran bidaah abad ke 4, yang menyangkal Keilahian Kristus.

Apakah dia adalah orang yang baik hati? Ya, demikian kata Arius, nama seorang imam sesat yang kemudian namanya menjadi nama dari paham aliran sesat itu: arianisme. Apakah dia seorang yang mulia? Ya, demikian jawab Arius beserta semua pengikutnya. Apakah dia semacam superman, seorang yang layak ditiru? Ya dan ya. Semua jawaban diatas adalah ya, kecuali bahwa dia bukanlah Allah. Itulah jawaban terakhir mereka. Dan jika jawaban seperti itu juga menjadi jawaban terakhir bagi klerus ‘Arianist’ maka mereka akan menderita nasib yang sama seperti imam abad ke 4 itu, yang memamerkan segala keangkuhannya di seluruh wilayah Constantinople setelah dia memperoleh rasa simpati dari kaisar dan diijinkan untuk kembali ke rumahnya setelah dia mengalami pengusiran.

Sementara mondar-mandir kesana kemari dia tiba-tiba diserang dengan apa yang oleh seorang penulis kontemporer disebut "relaksasi perut yang kencang, bersamaan dengan muntah-muntah, perutnya menonjol, diikuti oleh perdarahan yang berlebihan dan turunnya usus yang kecil…” Juga bagian limpa dan hatinya mengalami pendarahan ... "Singkatnya, Tuhan telah memukulnya. Tuhan mengizinkan dia, untuk sementara, tetap bertahan dalam kecongkakannya dan dosa-dosanya, tapi di dalam Tuhan, tidak hanya ada belas kasihan saja, namun juga ada keadilan.


Karena itu para kardinal, uskup serta imam yang saat ini berbuat seperti itu, segeralah kembali saat ini juga, karena mereka yang sedang berada di jalan yang sama dengan Arius. Mereka mondar-mandir dengan penuh kecongkakan, memberitakan segala apa yang mereka inginkan. Mereka harus berhati-hati dengan apa yang mereka makan.

Silakan melihat artikel lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/

No comments:

Post a Comment