Sunday, January 14, 2018

Ted Flynn - KARDINAL MELAWAN KARDINAL, USKUP MELAWAN USKUP

KARDINAL MELAWAN KARDINAL, USKUP MELAWAN USKUP

by TED FLYNN JANUARY 10, 2018


Akita, 13 Oktober 1973
Upaya dari setan akan merasuk kedalam Gereja sedemikian rupa hingga orang akan melihat kardinal melawan kardinal, uskup melawan uskup yang lain. Imam-imam yang menghormati aku akan dicemooh dan ditentang oleh sesama mereka. Gereja-gereja dan altar-altar akan dijarah. Gereja akan penuh dengan mereka yang mau menerima kompromi, setan akan menekan banyak imam dan jiwa-jiwa yang dikonsekrasikan agar meninggalkan pelayanan mereka kepada Allah.

Pesan dari Bunda Terberkati di Akita, Jepang
Penampakan Bunda Maria di Akita telah disetujui oleh Gereja Katolik. Penampakan dan pesan-pesan disana disampaikan kepada seorang biarawati Jepang yang bernama Suster Agnes Sasagawa, yang sakit-sakitan, yang menerima stigmata dari luka-luka Yesus. Kardinal Joseph Ratzinger, sebagai kepala Kongregasi untuk Ajaran Iman (CDF) di bawah Paus Yohanes Paulus II, yang telah membaca Rahasia Ketiga Fatima, mengatakan, "Pesan Fatima dan pesan Akita pada dasarnya adalah sama."

Pesan Akita secara keseluruhan bisa dibilang paling parah bagi kemanusiaan dan yang menyampaikan akibat-akibat dari dosa, dalam sejarah Gereja. Satu pesan yang dikutip di atas telah sering muncul dalam halaman-halaman pers harian di seluruh dunia. Banyak orang percaya bahwa Gereja telah mengalami perpecahan tanpa henti yang telah berlangsung selama kira-kira dua generasi. Ada banyak klerus yang mengedipkan mata dan anggukan "ramah kepada ayah" telah membiarkan dan mengizinkan umat paroki mereka memilih apa saja yang mereka sukai. Jika salah satu imam tidak dapat menerima doktrin (baru) tertentu, maka umat dapat pergi ke paroki tetangga untuk menemukan imam lain yang akan membiarkan mereka merasa nyaman dengan pandangan mereka sendiri mengenai masalah apa pun.

Namun, dengan Paus Fransiskus ini, sekarang kita melihat bahwa pertempuran semakin terbuka. Banyak hal yang bisa dilihat dengan jelas di mana seseorang berpihak dalam masalah apapun. Dengan demikian kebusukan dan perpecahan yang tidak terlihat selama ini, kini telah ada di bangku-bangku Gereja di dunia. Saat ini hanya ada sedikit sekali belas kasih dan toleransi terhadap satu sama lain - dan hal itu terus bertumbuh semakin cepat dan lebih ganas daripada saat-saat sebelumnya. Beberapa orang yang memiliki agenda tersembunyi yang bertentangan dengan ajaran Gereja sekarang dengan berani memamerkan pandangan mereka yang sesat itu. Kebingungan dan kurangnya disiplin seperti ini belum pernah terlihat sebelumnya, dalam kurun waktu yang bisa diingat seseorang. Celaka sekali, dan lihatlah, jika seseorang tidak setuju dengan orang lain yang mempromosikan agenda homoseksual, seperti anda, akan dibuang ke belantara dan dianggap tidak toleran. Janganlah mengharapkan undangan kartu Natal atau makan malam jika anda menyampaikan pandangan yang bukan seperti pandangan mereka.

Reformasi lima ratus tahun yang lalu, dilakukan untuk melawan doktrin. Tetapi perpecahan yang kita lihat saat ini sedang dilakukan terhadap nilai-nilai moral. Bahkan para Reformator dulu pun tidak mencoba merubah Sabda Kitab Suci, tetapi justru perbuatan melawan Kitab Suci inilah yang sedang terjadi sekarang. Suster Lucia dari Fatima mengatakan, sebelum dia meninggal, bahwa pertempuran terakhir di dalam Gereja akan dilakukan dalam bidang perkawinan dan keluarga. Kita sekarang berada dalam pertempuran itu dan hal ini sedang memisahkan orang dewasa dari anak-anak. Mereka yang benar-benar menjunjung ajaran Magisterial, dan mereka yang menginginkan iman yang semakin lemah, untuk disesuaikan dengan budaya saat ini, sedang terlibat dalam perang spiritual yang hebat ini.




Saat ini kita bisa melihat kardinal-kardinal dan uskup-uskup di Amerika Serikat, dan kota-kota lainnya di dunia, bukan hanya mengizinkan agenda LGBT untuk berkembang, namun mereka juga mempromosikannya. Para pembicara dan pendukungnya sedang menjadi pejuang dalam ‘perang suci’ terkemuka untuk membela hak-hak kaum homoseksual di seluruh negeri. Mereka bukannya berusaha untuk menghalangi kesesatan, tetapi sekarang mereka semakin berani secara terbuka mempromosikan agenda-agenda yang menolak Allah dan anti-Kitab Suci. Kardinal Muller, kepala Kongregasi untuk Ajaran Iman di bawah Paus Fransiskus ini, berkata, "Para kardinal pengusung dubia telah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang benar."

Saya ingat akan pembantaian terhadap orang-orang Yahudi di Jerman dan Eropa sebelum, dan selama, Perang Dunia II. Orang-orang Yahudi di seluruh dunia setelah perang bertanya-tanya bagaimana bencana itu bisa terjadi. Para sejarawan menulis dengan rasa heran karena tidak ada kekacauan awal ataupun tanda-tanda di antara orang-orang Yahudi Eropa, yang menunjukkan bahwa pembantaian itu akan terjadi. Sejarah mengatakan kepada kita bahwa orang-orang yang berkehendak baik akan merasa tidak percaya bahwa ada bangsa atau ras yang dapat melakukan sesuatu yang kejam dan terbuka seperti itu. Orang-orang Yahudi yang dibawa ke kamar gas berkata, "Mungkinkah hal ini terjadi? Hal itu tidak mungkin.” Terdapat penyangkalan mentah-mentah terhadap fakta yang ada, ditengah apa yang telah terjadi selama satu generasi di Jerman, dengan hilangnya iman secara total yang dimulai dengan proses cuci otak terhadap kaum muda dengan melalui filosofi humanistik dari George Hegel dan Friedrich Nietzsche. Rebutlah kaum muda, maka kamu bisa merebut negara. Amerika Serikat dan Barat telah diindoktrinasi oleh filsafat-filsafat tak bertuhan dan telah dihancurkan secara moral dengan melemahkan ajaran-ajaran yang teguh dan benar mengenai pernikahan dan keluarga. Hal ini telah menjadi agenda besar dari atheisme praktis. Jika sebuah bangsa menyingkirkan Tuhan dari kelas-kelas mereka, maka negara dapat dengan mudah memanipulasi pengajaran yang ada.

Setiap hari kita melihat di dalam berita-berita adanya sebuah pikiran yang melintas di benak setiap orang: Bisakah kamu mengatasi ini? Apakah kamu melihat berita hari ini? Apakah ini sungguh terjadi dengan pembusukan moral dalam budaya kita? Kemanakah hal ini berhenti? Dimanakah hal ini berakhir?

Jawabannya adalah, ia tidak berhenti sampai orang-orang yang berani akan mengungkapkan kebenaran, bukannya menerima penyelewengan moral sebagai hal yang tak terelakkan. Masalahnya adalah: kebanyakan orang tidak memiliki keyakinan untuk berbicara hal ini, karena takut pada apa yang dipikirkan orang lain.

Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu. Tetapi hindarilah omongan yang kosong dan yang tak suci yang hanya menambah kefasikan. (2Tim 2:15-16)



Yesus, aku percaya kepada-Mu


Silakan melihat artikel lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/

No comments:

Post a Comment