Monday, January 29, 2018

Dari bu Lucy - KARDINAL EIJK MEMINTA PAUS UNTUK MENGKLARIFIKASI....


KARDINAL EIJK MEMINTA PAUS UNTUK MENGKLARIFIKASI PERTANYAAN TENTANG (PASANGAN) YANG BERCERAI DAN MENIKAH LAGI

Oleh: Maike Hickson
26 Januari 2018

Seperti yang dilaporkan oleh Katholisch.de - situs resmi para uskup Jerman - hari ini, Kardinal Willem Eijk, kardinal Belanda dan Uskup Agung di Utrecht, meminta agar Paus Fransiskus membawa terang ke dalam kebingungan seputar pertanyaan tentang bagaimana menghadapi mereka yang bercerai dan menikah lagi di Gereja. Dalam sebuah wawancara yang diterbitkan hari ini di surat kabar Belanda Trouw, Cardinal Eijk (64) mengatakan: "Orang-orang menjadi bingung, dan itu tidak baik."

Kardinal Eijk merujuk kepada ajaran ambigu yang berasal dari dokumen paus Amoris Laetitia. Seperti yang dikatakan Katholisch.de:

Francis meminta agar gagasan itu dimungkinkan, dalam kasus-kasus individual, bahwa mereka yang bercerai dan menikah lagi bisa memiliki akses kepada Sakramen-sakramen - setelah pemeriksaan pastoral yang hati-hati, dan bahkan jika pernikahan kanonik mereka sebelumnya masih berlaku.

Kardinal Eijk mengusulkan agar paus menulis sebuah dokumen tambahan yang menghapus semua keraguan itu. Eijk sendiri, dalam hal ini, mendukung penafsiran yang lebih ketat terhadap Hukum Kanonik. Menurutnya, umat Katolik tidak boleh diizinkan untuk menikah kembali jika perceraian mereka belum diproses ke pengadilan perkawinan Gereja. Jika tidak, menurut Eijk, pasangan ini tidak boleh memiliki akses untuk menerima Komuni Kudus. Seperti yang dia katakan, menurut terjemahan Mark de Vries:

"Kita mempunyai Sabda Kristus, bahwa pernikahan itu satu kali dan tak terpisahkan. Itulah yang kami pertahankan di keuskupan agung. Ketika sebuah pengadilan gerejawi telah menyatakan sebuah pernikahan batal, maka secara resmi dikonfirmasikan bahwa tidak pernah ada pernikahan atas suatu pasangan. Hanya pada saat itulah, seseorang bebas untuk menikah (kembali) dan menerima sakramen Pengakuan dan Komuni Kudus."

Seperti yang dilaporkan Katholisch.de, Kardinal Eijk juga mengkritik perdebatan tentang topik ini di dalam Gereja Katolik: “Satu konferensi uskup menetapkan peraturan yang berbeda dari yang lainnya.” Dia berkata: "Tapi apa yang 'benar' di satu tempat tidak bisa tiba-tiba menjadi 'tidak benar' di tempat lain."

Pernyataan Kardinal Eijk ini memiliki bobot yang cukup besar karena dia adalah seorang ahli yang dihormati dalam hal pertanyaan-pertanyaan seputar teologi moral. Selain itu, dia bukanlah seorang prelatus pensiunan dan karenanya dia mengambil risiko lebih besar untuk membuat pendirian semacam itu. Pada tahun 2015, dia termasuk di antara para penandatangan surat 'tiga belas Kardinal' kepada Paus Fransiskus, yang meminta sebuah prosedur yang fair selama berlangsungnya Sinode para Uskup yang kedua tentang Pernikahan dan Keluarga.

Lebih jauh lagi menjelang Sinode Keluarga Kedua tahun 2015, Kardinal Eijk termasuk di antara sebelas kardinal yang menerbitkan sebuah buku untuk membela ajaran tradisional tentang pernikahan, yang berjudul Eleven Cardinal Speak on Marriage and the Family: Essays from a Pastoral Standpoint. Dalam buku itu, Kardinal John Onaiyekan (Nigeria) menyampaikan kata-kata berikut yang sekarang ini berdering dengan nada yang menusuk:

Sinode (tentang keluarga) diadakan bukan untuk memutuskan apakah pasangan yang bercerai dan menikah kembali bisa menerima Komuni Kudus. Ini tentu bukan tujuan sinode. Sinode juga tidak diadakan untuk membahas masalah homoseksualitas dan apakah dua pria Katolik atau dua wanita Katolik dapat hadir di altar untuk menikah. [...] Karena ini adalah isu-isu yang sudah jelas dalam doktrin kita. Sinode tidak diadakan untuk mengubah doktrin atau ajaran Gereja.


Silakan melihat artikel lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/

No comments:

Post a Comment