Wednesday, December 7, 2016

Vol 2 - Bab 38 : Motiv didalam menolong jiwa-jiwa suci

Volume 2 : Misteri Kerahiman Allah

Bab 38

Motiv didalam menolong jiwa-jiwa suci
Contoh-contoh dari orang-orang kudus
Pastor James Laynez
Pastor Febricius
Pastor Nieremberg, kurban bagi kemurahan hatinya

“Dia yang melupakan para sahabatnya, dimana setelah kematian mereka dihapuskan dari matanya, tak akan pernah memiliki persahabatan yang sejati”. Perkataan dari Pastor Laynez ini, wakil kepala dari the Society of Jesus, terus diulanginya kepada anak-anak didik dari St.Ignatius. Dia ingin agar kebutuhan dari jiwa-jiwa itu juga mereka perhatikan, setelah kematian maupun seperti pada masa hidupnya. Sebagian besar jasa dari doa-doanya, kurbannya serta segala kepuasan yang dia peroleh dihadapan Allah melalui kerja kerasnya bagi pertobatan para pendosa, dia berikan hal itu bagi jiwa-jiwa di Api Penyucian . Para Kepala dari the Society of Jesus yang selalu setia kepada tindakan kemurahan hati, selalu memperlihatkan semangat yang besar terhadap devosi ini seperti yang tertulis didalam buku Heroes and Victims of Charity in the Society of Jesus, dari mana aku mengambil satu halaman saja dari buku itu. 

“Di Munster, Westphalia, menjelang pertengahan abad ke 17, sebuah wabah penyakit terjadi dimana setiap harinya menelan banyak sekali kurbannya. Rasa takut telah melemahkan sifat kemurahan hati dari sebagian besar penghuni biara itu, dimana hanya sedikit saja ada orang yang mau dan berani merawat orang-orang yang terkena wabah itu. Lalu Pastor John Fabricius terdorong oleh semangat dari Laynez dan Ignatius, segera turun tangan mengurbankan dirinya. Dengan mengesampingkan semua kewaspadaan bagi dirinya sendiri dia menghabiskan waktunya untuk mengunjungi orang-orang yang sakit, memberi obat kepada mereka, atau memberikan suasana lingkungan kematian Kristiani bagi mereka yang sudah sekarat. Dia melayani pengakuan dosa mereka, memberikan Sakramen-sakramen lainnya, menguburkan mereka dengan tangannya sendiri, dan merayakan Misa Kudus demi istirahat jiwa-jiwa mereka”.

“Kenyataannya, selama hidupnya hamba Allah ini memiliki devosi yang besar kepada jiwa-jiwa suci”.

“Diantara semua tindakan kebaikannya yang paling menyenangkan dia dan yang selalu dia anjurkan adalah mempersembahkan Kurban Kudus bagi orang yang meninggal, sesuai dengan aturan yang ada. Sebagai akibat dari kebiasaannya itu seluruh imam-imam di Munster bersepakat untuk mempersembahkan satu hari penuh setiap bulan bagi jiwa-jiwa orang yang meninggal. Mereka menghiasi Gereja-gereja dengan warna hitam dan berdoa dengan penuh semangat bagi orang yang meninggal”.

“Tuhan telah berkenan, seperti biasa yang Dia lakukan, memberikan ganjaran kepada Pastor Fabricius, dan mendorong semangatnya melalui berbagai penampakan dari jiwa-jiwa yang menderita itu kepadanya”.

“Beberapa jiwa ada yang meminta kepadanya untuk mempercepat pembebasan mereka. Yang lainnya ada yang berterima-kasih kepadanya karena keringanan yang diberikan kepada mereka. Yang lain lagi menyatakan kepadanya saat bahagia dari pembebasan mereka”.

“Tindakan kemurahan hatinya yang terbesar adalah apa yang dia lakukan pada saat kematiannya. Dengan sebuah tindakan kemurahan hati yang sangat terpuji dia melakukan kurban : segala permohonan, doa-doa, Misa Kudus, indulgensi, dan tindakan matiraga yang diberikan oleh the Society of Jesus kepada para anggotanya yang meninggal, hal ini semua dia serahkan bagi jiwa-jiwa di Api Penyucian. Dia memohon kepada Allah agar meluputkan dia dari semua jasa itu demi keringanan penderitaan jiwa-jiwa, dimana hal ini sangat menyenangkan Kebesaran IlahiNya”.

Kita telah pernah membicarakan tentang Pastor Nieremberg yang terkenal karena karya-karya kebajikannya yang dia terbitkan mengenai keutamaan-keutamaan yang dia lakukan. Devosinya kepada jiwa-jiwa suci tidak terbatas kepada kurban dan doa-doa saja, tetapi dia juga mau menderita bagi mereka dengan sebuah kemurahan hati yang sangat berani.

Diantara para penitentnya di Madrid, ada seorang wanita yang terkenal, yang oleh nasihat-nasihatnya yang sangat bijaksana, wanita itu telah memperoleh keutamaan yang tinggi ditengah-tengah dunia ini. Namun wanita itu disiksa oleh rasa takut akan kematian yang terlalu berlebihan jika dia merenungkan tentang Api Penyucian. Wanita itu jatuh sakit keras dan rasa takutnya meningkat sedemikian rupa sehingga wanita itu hampir kehilangan sifat Kristianinya yang agung. Bapa pengakuannya yang suci itu menerapkan segala cara yang bisa dilakukannya namun sia-sia belaka. Dia tidak berhasil memulihkan ketenangan wanita itu, bahkan dia tak mampu memberikan Sakramen Perminyakan kepadanya.

Untuk menandai kenyataan yang menyedihkan ini, wanita itu tiba-tiba kehilangan kesadarannya hingga keadaannya menjadi sangat gawat. Si Pastor tadi, dia merasakan adanya bahaya resiko yang dialami oleh jiwa wanita itu. Segera dia menuju ke kapel yang ada didekat kamar wanita itu. Disitu dia mempersembahkan Kurban Kudus dengan semangat yang besar agar wanita itu memperoleh waktu yang cukup untuk menerima Sakramen-sakramen Gereja. Pada saat yang sama didorong oleh kemurahan hati yang heroik, dia menyerahkan dirinya sebagai kurban kepada Pengadilan Ilahi agar didalam hidup ini dia mengalami penderitaan yang seharusnya diterima oleh jiwa wanita itu di Api Penyucian nanti.

Doa-doanya didengarkan. Belum berapa lama setelah Misa Kudus berakhir, wanita yang sakit itu tersadar kembali, dan didapati bahwa dia sudah berubah sama sekali. Dia sangat sadar akan dirinya dan meminta Sakramen Perminyakan yang kemudian dia terima dengan penuh semangat. Lalu bapa pengakuannya itu, setelah menasihati dia agar tidak takut lagi kepada Api Penyucian, maka wanita itu menghembuskan napasnya yang terakhir dengan sebuah senyuman di bibirnya.

Dari sejak itu Pastor Nieremberg menjadi akrab dengan segala macam penderitaan, baik pada tubuh maupun pada jiwanya. Sisa 16 tahun kehidupannya menjadi sebuah perjalanan kemartiran yang panjang dan menjadi sebuah pengalaman Api Penyucian di dunia ini yang terasa amat keras baginya. Tak ada keringanan dari manusia yang bisa menyenangkannya. Satu-satunya penghiburannya adalah ingatan akan sumber yang suci yang dia tanggung itu. Akhirnya kematian mengakhiri penderitaannya yang amat menyakitkan itu, dan pada saat yang sama, kita bisa mempercayai, bahwa kematian itu sekaligus membuka pintu-pintu Surga baginya, karena telah tertulis “Terberkatilah orang yang murah hatinya, karena mereka akan menerima kemurahan”.




No comments:

Post a Comment