Saturday, December 3, 2016

Vol 2 - Bab 37 : Motiv dari menolong jiwa-jiwa suci

Volume 2 : Misteri Kerahiman Allah

Bab 37

Motiv dari menolong jiwa-jiwa suci
Fasilitas didalam menolong mereka
Contoh para kudus dan orang-orang Kristiani yang bersemangat
Hamba Allah, Mary Villani
Dahi yang terbakar

Kita telah tahu betapa St.Catherine de Ricci dan beberapa orang lain melaksanakan tindakan heroik mereka hingga begitu jauh, hingga mereka mau menderita menggantikan jiwa-jiwa didalam Api Penyucian. Marilah kita menambahkan lagi contoh-contoh dari kemurahan hati yang amat terpuji ini. Hamba Allah yang bernama Mary Villani dari ordo St.Dominikus yang kemurahan hatinya diceritakan oleh Pastor Marchi, siang dan malam dia melakukan karya-karya kepuasan bagi orang yang meninggal.

Suatu hari sebelum saat Epifani, dia berdoa hingga lama, memohon kepada Tuhan untuk meringankan penderitaan jiwa-jiwa suci demi Yesus Kristus, dan mempersembahkan kepadaNya siksaan-siksaan yang kejam yang dialami Juru Selamat kita, mahkota duriNya, rantai-rantaiNya, paku-pakuNya, dan salibNya, dengan kata lain, seluruh sakitNya yang amat pahit itu dan semua sarana kesengsaraanNya. Malam berikutnya Tuhan berkenan menyatakan kepadanya betapa amat menyenangkan tindakan yang suci itu bagiNya.

Selama berdoa, dia mengalami ekstase dan dia melihat sebuah prosesi yang panjang dari orang-orang yang mengenakan jubah putih bercahaya. Mereka semua membawa lambang Kesengsaraan Yesus Kristus dan memasuki kemuliaan Surga. Hamba Allah itu mengerti bahwa itu adalah jiwa-jiwa yang telah dibebaskan karena doa-doa mereka yang tekun dan karena jasa-jasa dari Kesengsaraan Yesus Kristus.

Pada kesempatan yang lain, pada hari Pesta Seluruh Jiwa-jiwa dia diminta untuk bekerja menulis sebuah karya tulis seharian penuh. Karena sikap patuhnya, maka tugas ini dilaksanakannya sebagai sebuah cobaan atas kesabarannya : dia mengalami beberapa kali keraguan untuk mematuhi tugas itu karena dia sebenarnya ingin membaktikan seluruh hari itu untuk berdoa, bersilih dan melakukan tindakan suci lainnya demi keringanan penderitaan jiwa-jiwa. Untuk sesaat dia melupakan bahwa mengabaikan kepatuhan bisa membawa akibat berikutnya yang kurang baik, seperti ada tertulis : Melior est obedientia quam victimae – kepatuhan adalah lebih baik dari pada kurban (1 Raj. 15:23). Demi melihat kemurahan hati yang besar kepada jiwa-jiwa malang, maka Tuhan berkenan menampakkan Diri kepadanya untuk menuntun dan menghiburnya. “Patuhilah, puteriKu”, Tuhan bersabda kepadanya, “kerjakanlah tugas yang dibebankan kepadamu itu dengan kepatuhan dan persembahkanlah hal itu bagi jiwa-jiwa. Setiap baris yang akan kau tuliskan hari ini didalam semangat kepatuhan dan kemurahan hati, akan menolong membebaskan satu jiwa”. Mudah untuk dipahami bahwa dia segera menulis sebanyak mungkin agar bisa diterima oleh Allah. Kemurahan hatinya terhadap jiwa-jiwa suci tidaklah terbatas kepada doa-doa dan puasa. Dia bahkan ingin menanggung sebagian dari penderitaan dan rasa sakit mereka.

Suatu hari ketika sedang berdoa bagi ujub itu, dia dibawa menuju Api Penyucian. Disana, diantara sekian banyak jiwa-jiwa yang sedang menderita, dia melihat ada satu jiwa yang lebih besar siksaannya dari pada yang lain, dan yang sangat membuatnya merasa kasihan. Dia bertanya :”Mengapa kamu menderita siksaan yang begitu kerasnya ?. Apakah kamu tidak mendapatkan keringanan ?”. Jiwa itu menjawab :”Aku sudah cukup lama berada di tempat ini, dengan menanggung siksaan-siksaan yang amat mengerikan, sebagai hukuman atas kesia-siaan dan skandal yang besar didalam tindakanku dulu. Sejauh ini aku belum pernah menerima keringanan sedikitpun juga karena Tuhan telah mengijinkan agar aku dilupakan oleh orang tuaku, anak-anakku, saudara dan sahabatku. Bahkan mereka sama sekali tidak mempersembahkan satu doa saja bagiku. Ketika aku berada di dunia dulu, sepenuhnya diriku dikuasai oleh kemewahan serta kesia-siaan duniawi, dengan berpesta pora dan kenikmatan lainnya. Sama sekali aku tidak pernah berpikir tentang Tuhan dan kewajiban-kewajibanku. Keinginanku yang terutama adalah memenuhi kebutuhan duniawi keluargaku. Kini aku dihukum dengan sangat adil dan kamu melihat bahwa aku telah dilupakan oleh semua orang”.

Perkataan ini sangat berkesan didalam hati Mary Villani. Dia lalu meminta kepada jiwa itu untuk mengijinkan dirinya merasakan penderitaan jiwa itu. Dan pada saat yang sama terasa seolah ada lidah api yang mengenai dahinya, dan sakit yang dia rasakan begitu mendadak sehingga membuat ekstasenya berhenti. Tanda yang tersisa pada dahinya masih terlihat dan membuatnya sangat menderita. Hamba Allah itu mempersembahkan penderitaannya bersama dengan doa-doanya dan semua perbuatan baiknya bagi jiwa yang telah kita ceritakan diatas. Jiwa ini menampakkan diri kepada Mary Villani pada akhir bulan kedua berikutnya, dan mengatakan bahwa dirinya telah dibebaskan oleh karena pengantaraannya dan dia kini akan memasuki Surga. Pada saat yang sama maka bekas luka pada dahi Mary menghilang.



No comments:

Post a Comment