Thursday, December 22, 2016

Vol 2 - Bab 42 : Motiv dari keadilan

Volume 2 : Misteri Kerahiman Allah

Bab 42

Motiv dari keadilan
Air mata yang sia-sia
Thomas dari Cantimpre dan neneknya
Margaret Terberkati dari Cortona

Kita telah membicarakan kewajiban yang berdasarkan rasa Keadilan yang terletak di tangan para pewaris untuk melaksanakan kewajiban suci itu. Ada juga kewajiban lain yang berdasarkan rasa Keadilan juga, yang mengenai anak-anak. Mereka berkewajiban untuk mendoakan orang tua mereka yang meninggal. Sebaliknya, para orang tua juga terikat oleh hukum alam untuk tidak melupakan, dihadapan Allah, anak-anak mereka yang mendahului mereka pergi menuju keabadian. Celaka ! terdapat para orang tua yang merasa bersedih atas kehilangan seorang puteranya atau puterinya yang terkasih, tetapi bukannya mendoakan mereka, justru mereka tidak memberi apa-apa bagi anakanak itu kecuali air mata yang sia-sia belaka. Marilah kita mendengarkan apa yang diceritakan oleh Thomas dari Cantimpre mengenai masalah ini. Kejadiannya ada pada keluarganya sendiri.

Nenek dari Thomas telah kehilangan seorang putera, kepada siapa nenek ini telah mencurahkan seluruh harapannya. Siang dan malam dia menangisi anak itu dan dia tidak mau menerima penghiburan apapun juga. Didalam kesedihannya yang berlebihan itu, dia lupa akan kewajiban besar dari kasih Kristiani dan dia tidak berpikir sama sekali untuk berdoa bagi jiwa itu, yang sangat dikasihinya itu. Jiwa anak yang meninggal itu, karena kasih yang sia-sia itu, merana ditengah-tengah nyala api dari Api Penyucian, tidak menerima keringanan apapun juga didalam penderitaannya. Akhirnya Tuhan menaruh belas kasihan kepadanya. Suatu hari, ketika nenek itu masih tenggelam didalam kesedihannya, wanita ini mengalami penglihatan yang ajaib. Dia melihat pada suatu jalan ada sebuah prosesi dari anak-anak muda, dalam keadaan mulia seperti para malaikat. Mereka berjalan penuh dengan sukacita menuju sebuah kota yang penuh dengan kemegahan dan kemuliaan. Wanita itu mengerti bahwa mereka adalah jiwa-jiwa dari Api Penyucian, yang sedang masuk dengan jaya kedalam Surga. Dia lalu memperhatikan apakah ada anaknya diantara mereka. Celaka ! anaknya itu tidak ada. Namun wanita itu merasakan bahwa anaknya sedang berjalan mendekati dia jauh dibelakang orang-orang lainnya, dalam keadaan bersedih, menderita dan kelelahan, pakaiannya basah kuyup oleh air. “Oh, sumber kesedihanku”, teriak wanita itu kepada anaknya, “bagaimana bisa kamu tetap berada dibelakang prosesi yang meriah itu ? Aku ingin melihatmu berada dibagian depan dari para sahabatmu”.

“Ibu”, jawab anak itu dengan polos, “karena engkaulah, air mata itulah yang kau curahkan demi aku itulah yang telah membasahi dan mengotori pakaianku dan yang menghalangi masuknya diriku kedalam kemuliaan Surga. Janganlah engkau membiarkan dirimu didalam kesedihan yang sia-sia dan buta itu  Bukalah hatimu terhadap kemurahan hati Kristiani. Jika engkau sungguh mengasihi aku, kurangilah penderitaanku ini. Serahkanlah indulgensi bagiku, daraskanlah doa-doa, berilah sedekah, perolehlah buah-buah dari Kurban Kudus bagiku. Hanya dengan cara-cara ini ibu bisa membuktikan kasihmu kepadaku. Karena dengan melakukan hal itu engkau bisa membebaskan aku dari penjara ini, dimana diriku merana, dan bawalah aku menuju kehidupan kekal yang jauh lebih menggiurkan dari pada kehidupan duniawi yang kau berikan kepadaku selama ini”.

Lalu penglihatan itu menghilang dan ibu itu setelah ditegur seperti itu, dan dibawa kembali kepada sifat-sifat Kristiani yang sejati, tidak lagi dia bersedih seperti sebelumnya, tetapi dia lalu menjalankan tindakan-tindakan yang baik yang bisa meringankan jiwa puteranya.

Penyebab utama dari sifat yang jelek ini, kebodohan ini, tidak peduli ini, melalaikan dan tidak bijaksana terhadap orang yang meninggal ini, adalah karena tiadanya iman. Bukankah kita melihat bahwa umat Kristiani yang sejati, yang digerakkan oleh semangat iman, akan melakukan kurban-kurban yang amat agung demi sahabatnya yang meninggal. Didalam hati mereka akan turun ke tempat nyala api hukuman itu, dan disana mereka merenungkan kerasnya Pengadilan Ilahi, mendengarkan suara-suara jeritan orang yang meninggal yang memohon belas kasihan mereka, dan mereka hanya berpikir bagaimana meringankan jiwa-jiwa yang malang itu dan menjadikan hal itu sebagai tugas yang paling suci demi orang tua dan sahabat mereka yang meninggal, dengan memberikan segala permohonan yang dimungkinkan, sesuai dengan cara-cara dan keadaan yang ada. Berbahagialah umat Kristiani yang seperti ini. Mereka menunjukkan imannya melalui perbuatan mereka. Mereka amat bermurah hati, dan pada gilirannya nanti, mereka akan memperoleh kemurahan hati.

Margaret dari Cortona Terberkati, dulunya adalah seorang pendosa besar. Namun setelah dia bertobat dengan sungguh-sungguh, dia meninggalkan segala tingkah lakunya yang lama dengan melakukan tindakan penebusan dosa yang keras dan karya-karya kemurahan hati. Kemurahan hatinya terhadap jiwa-jiwa malang tak ada batasnya. Dia mengurbankan segala-galanya, waktu, istirahat, kepuasan hati, kesenangan, guna mendapatkan pembebasan jiwa-jiwa malang itu dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Dengan menyadari bahwa devosi kepada jiwa-jiwa suci yang diarahkan dengan benar, dimana sasaran yang pertama adalah orang tuanya, bapa dan ibunya telah meninggal, maka dia tak pernah berhenti mempersembahkan bagi mereka, doa-doanya, matiraga, berjaga-jaga, penderitaan, Komuni Kudus, Misa Kudus, dimana dia selalu bersukacita mengikutinya. Sebagai balasan atas kebaikannya itu, Tuhan menyatakan kepadanya bahwa dengan melalui doa-doanya maka dia telah bisa memperpendek waktu penderitaan orang tuanya di Api Penyucian. Tuhan menunjukkan bahwa dia telah mendapatkan pembebasan orang tuanya untuk masuk kedalam Surga.


No comments:

Post a Comment